Sivania Amelia merupakan putri dari keluarga konglomerat. Tanpa kasih sayang orang tua dan perhatian dari semua orang membuatnya menjadi sosok arogan.
Hingga suatu hari dirinya menemukan sebuah buku novel di lorong sekolahnya. Buku dimana dirinya menjadi tokoh antagonis. Seorang putri palsu yang berusaha keras untuk membunuh putri asli. Tapi berakhir dengan kematian tragis.
Anehnya, semua nama tokoh di buku itu merupakan anggota keluarganya. Satu persatu kejadian dalam buku benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata. Sebuah buku dengan akhir cerita kematiannya yang penuh derita.
Tapi satu hal berbeda, hati Sivania telah membeku, meninggalkan keluarganya untuk diberikan pada putri asli.
Ini bukan miliknya, maka dirinya akan membuang segalanya. Tapi kenyataan lain terbongkar membuat keluarganya memohon agar Amelia kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meet
Tristan membuka matanya. Ini bukan ciuman pertama baginya. Mungkin kedua kalinya dengan Tiara.
Mata yang saling menatap keheningan tercipta. Napas pemuda itu tidak teratur. Tapi tetap saja dirinya harus menahan segalanya sampai disini saja.
Tiara terlihat gugup, mundur selangkah, kemudian kembali tersandung entah oleh apa. Dengan cepat pula, Tristan menangkapnya.
"Terimakasih..." Tiara kembali terlihat gugup. Mata mereka kembali bertemu.
Mungkin satu hal yang ada dalam benak Tiara, bagaimana membimbing pemuda liar ini ke ranjang. Tubuh Tristan yang tercetak dari pakaiannya akibat seragam yang basah terlihat begitu menggiurkan. Walaupun tidak begitu besar termasuk atletis.
Satu hal yang harus dilakukan Tiara untuk memprovokasi."Aku keinginan..." Ucapnya kala Tristan melepaskan pegangannya.
"Jika dia bukan pria idiot, dia akan membawaku ke resort dekat pantai untuk berganti pakaian. Memanfaatkan kesempatan tidur bersama." Itulah yang ada dalam pikiran gadis cantik yang tengah menunduk gugup ini. Bagaikan kelinci putih yang berada di dekat singa.
"Aku akan mengantarmu pulang." Entah kenapa pikiran Tristan begitu kacau. Memutuskan untuk tidak melakukan apapun hari ini. Memakaikan jaket pada Tiara guna untuk mengantarnya pulang.
Bayangan pemuda tengil yang telah hampir 3 tahun lamanya menyatakan cinta pada Amelia bagaikan menghantuinya. Apa yang mereka lakukan? Apa benar pacaran? Apa berciuman sepertinya dan Tiara lakukan?
"Goblok..." Batin Tiara tersenyum, menyesali Tristan terlalu lugu.
"Te... terimakasih. Aku rasa aku mulai sedikit menyukaimu." Ucap Tiara berjinjit mencium pipi Tristan.
Pemuda yang cukup terkejut, tapi masih tanpa ekspresi mengingat pemuda playing victim yang berada di samping Amelia kini.
"Ayo pulang..." Ucap Tristan menaiki motor sportnya, setelah memakaikan helm pada Tiara.
Kacau! Bukankah seharusnya dirinya senang dicium oleh Tiara. Kenapa jadi tidak karuan. Malah yang ada di otaknya Savier dan Amelia tengah bermain air di pantai, bermesraan, kemudian berciuman. Gila! Otaknya terasa konslet.
Motor melaju membelah jalanan perkotaan. Dua buah gumpalan hangat terasa di punggungnya, ditambah Tiara yang memeluknya dari belakang. Jika dalam keadaan normal, ada yang tegap bukan keadilan, ada yang memantul tapi bukan trampolin, ada yang bulat tapi bukan tekad. Dalam keadaan pikiran kacau melayang kemana-mana, otak Tristan setelah berciuman dengan Tiara, dipenuhi oleh bayangan Savier yang memangku Amelia, kemudian berciuman agresif. Siapa yang tidak akan menjadi gila.
Hingga hari telah sedikit gelap. Pakaiannya basah, membuatnya sedikit kedinginan. Mata Tristan menelisik, mobil semua orang telah terparkir, termasuk mobil Amelia.
"Masuk dulu ke dalam, berganti pakaian. Mungkin pakaian ayah ada yang muat denganmu." Ucap Tiara terdengar canggung.
Entah kenapa dirinya menurut, lagipula udara terasa benar-benar dingin. Apa Amelia ada dirumah? Itulah yang ada dalam otaknya. Tapi tidak! Ini karena dirinya kedinginan.
Bagaimana pria cool yang tsundere. Dirinya peduli, tapi tidak peduli, mengelak perasaannya. Hingga saat pintu dibuka, tidak ada satu orang pun di ruang tamu.
Namun tawa beberapa orang terdengar, entah darimana. Melangkah bersama Tiara hendak melewati ruang makan.
"Jadi kamu sudah menyatakan cinta 99 kali, tapi jadian saat Amelia yang mengajak pacaran duluan?" Tanya Gina antusias, menikmati dessert sembari mengobrol santai.
"A...aku juga tidak menyangka. Saat diterima seperti seluruh dunia ada di tanganku. Aku menyukai Amelia, dia baik. Om, Tante dan kak Siska juga, orang kaya yang paling baik yang pernah aku temui." Lagi-lagi senyuman memabukkan yang bagaikan memunculkan sepasang sayap malaikat. Ini gila! Semua orang terpesona, kecuali Amelia yang masih makan dengan tenang.
"Amelia, setelah lulus nanti, aku akan bekerja kemudian melamarmu." Ucap Savier penuh senyuman.
Narendra bertepuk tangan."Paman akan mendukungmu. Kalau perlu nanti paman pinjami modal tanpa bunga."
"Aku juga, akan mengerahkan seluruh relasiku untuk mendukungmu." Siska tersenyum meletakkan potongan buah di piring Savier.
"Sebaiknya konsep apa? Ibu tidak sabar lagi. Melihat malaikat sepertimu dan boneka Anabelle menikah." Gina tertawa, bagaikan Savier adalah putranya sendiri. Padahal baru pertama kali bertemu dengan makhluk ini.
Amelia tidak dapat berkata-kata. Bukankah suasana rumah benar-benar kacau? Tapi kenapa tiba-tiba menjadi keluarga Cemara? Kekuatan sayap malaikat bahkan mengalahkan keceriaan yang ditimbulkan Tiara.
Tag!
Tag!
Suara helm terjatuh terdengar, membuat perhatian semua orang teralih. Melirik ke arah Tiara dan Tristan yang baru saja tiba.
Amelia mengangkat salah satu alisnya. Bukankah seharusnya malam ini mereka tidak pulang?
Dalam novel yang ditemukan oleh Amelia, seharusnya malam ini Tristan dan Tiara terhanyut akan cinta. Kemudian melakukannya di luar nikah. Hingga saat lulus mereka sempat putus, baru bersatu lagi beberapa tahun kemudian.
Kenapa alurnya berubah? Tapi pakaian mereka memang basah seperti dalam novel. Melakukannya di penginapan pinggir pantai. Sungguh pria tukang selingkuh dan wanita murahan.
"Ayah... ibu... kakak...maaf aku baru pulang. Tadi Tristan membawaku ke pantai untuk menghiburku. Ka... karena Amelia..." Tiara menunduk dengan air mata mengalir menangis terisak.
"Amelia apa lagi yang kamu lakukan pada Tiara!?" Tanya Narendra menahan rasa kesalnya.
"Baru saja kelurga Cemara, sudah mulai perang saudara." Amelia kembali menikmati dessert nya.
"Ayah, ibu jangan salahkan Amelia. Ini karena aku merebut posisinya. Seharusnya aku memang sadar diri." Air mata, tangisan kebenaran dari anak kandung terbuang. Tentu saja semua anggota keluarga harus pasang badan melindungi.
"Amelia! Berlutut minta maaf pada Tiara!" Perintah dari sang ibu.
Amelia hendak bangkit, tapi Savier menahannya. Melangkah ke hadapan Tiara dan Tristan, kemudian pemuda itu berlutut.
"Bi...biar aku saja. Aku sudah terbiasa. Ja...jangan kalian perlakuan Amelia seperti ini." Tidak dengan tangisan, hanya terdengar kata-kata gugup penuh ketakutan bagaikan terlalu sering mengalami penganiayaan. Siswa korban pembullyan, itulah yang terlihat kini.
"Savier ayo bangun..." Gina melunak, tidak mungkin pemuda yang bagaikan malaikat ini berbohong.
"Kalian! Sudah aku peringatkan jangan menggangu pacarku lagi." Amelia membantu Savier bangkit.
"A... Amelia, kamu yang memaksaku untuk duduk di kursi yang dilumuri lem Korea. A...aku sudah memaafkan, kenapa kamu seperti ini." Lagi-lagi Tiara menyerang dengan air mata yang lebih jernih daripada air sumur bor.
"Amelia apa benar---" Kalimat Siska disela.
"Benar." Jawab Amelia acuh.
"Amelia!" Narendra hendak menampar Amelia. Dirinya sudah banyak berhutang pada Tiara, ditambah dengan Amelia yang berbuat jahat.
"Jangan! A... Amelia hanya tidak bisa menjelaskan. Ka.. karena bersamaku Amelia menjadi korban pembullyan. Ada yang meletakkan lem Korea di kursi Amelia. Ini semua salahku... karena aku menjadi pacar Amelia." Kalimat dari Savier membuat Amelia tertegun, sayap malaikat yang begitu rapuh melindunginya.
"Lalu kenapa kamu memaksa Tiara untuk duduk---" Kalimat Siska disela.
"Dia bilang menduduki lem Korea bukan hal serius. Harus dimaklumi, jadi aku ingin anak kandung ini memberikan contoh, bahwa lem Korea tidak berbahaya untuk kulit." Perlahan Amelia tersenyum bagaikan iblis. Seperti boneka Annabelle? Mungkin saja.
Tapi pemuda yang bagaikan malaikat tetap melindunginya.
"A... Amelia, jika kamu terus disudutkan dan merasa tidak nyaman. Kamu boleh tinggal di rusun bersamaku." Tawaran dari Savier, bagaikan sebuah kebaikan. Sejatinya? Akan mengurung Amelia dalam pengawasan nya.
"Tinggal bersama!? Tidak boleh!" Ucap Tristan cepat.
kangen sama ceritanya
yg bikin novel lgi lgi bermain adil..mmbri kesempatan antagonis& protagonis untk merubah takdir. kl amelia jls berubah,ntahlah klo tiara...mngkin makin mrjaa lela kebobrokannya,,, ato mngkin taubat..hnya othor yg maha tau sgl ceritanya🙃
kayaknya antara amelia& tiara semua bukan putrinya gina...ke2 nya putri palsu🤗
apakah ada yg balik lagi kah ke masa lalu😱😱😱