"Meski kau adalah satu-satunya lelaki di dunia ini, aku tetap tidak akan mau denganmu!" Britney menolak tegas cowok yang menyatakan cinta padanya.
Tapi bagaimana kalau di hari Britney mengatakan itu, terjadi invasi virus zombie? Seketika satu per satu manusia berubah menjadi zombie. Keadaan Zayden High School jadi kacau balau. Pertumpahan darah terjadi dimana-mana.
Untungnya Britney mampu bertahan hidup dengan bersembunyi. Setelah keadaan aman, dia mulai mencari teman. Dari semua orang, satu-satunya orang yang berhasil ditemukan Britney hanyalah Clay. Lelaki yang sudah dirinya tolak cintanya.
Bagaimana perjalanan survival Britney dan Clay di hari kiamat? Apakah ada orang lain yang masih hidup selain mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter ²⁵ - wedding dress
Matahari baru naik setengah ketika Clay berdiri di atap bangunan tua itu, memandang jalanan kosong yang terbentang sejauh mata memandang. Asap tipis dari reruntuhan masih menari di udara, meninggalkan aroma logam dan debu yang sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka sehari-hari. Britney muncul di belakangnya, rambut pirangnya berantakan tapi wajahnya bersinar oleh cahaya pagi.
“Sudah mikir lagi, Profesor Gila?” godanya sambil menyender di pintu.
Clay menoleh dengan senyum miring. “Kali ini ideku nggak gila. Kita butuh truk besar.”
“Truk?” Britney mengangkat alis. “Untuk apa? Pesta keliling dunia kiamat?”
Clay terkekeh pelan. “Untuk bertahan hidup. Kalau darahmu benar-benar kebal, mungkin suatu hari ada cara untuk menyelamatkan orang lain. Tapi sampai itu terjadi, kita harus bisa hidup cukup lama. Kita kumpulkan makanan, bahan bakar, dan cari tempat aman. Mungkin rumah besar di pinggir kota, atau kabin di gunung.”
Britney menatap langit. “Tempat yang punya kasur empuk, harapanku satu itu.”
“Dan dapur besar,” timpal Clay. “Aku capek makan makanan kaleng dingin.”
Britney tersenyum kecil. “Kedengarannya seperti kencan yang sangat panjang, ya?”
Clay menatapnya lama, lalu menjawab pelan, “Mungkin memang begitu, Brit.”
Mereka menemukan truk besar di jalan tol yang sudah lama kosong, kendaraan logistik yang tampaknya ditinggalkan tergesa-gesa. Catnya pudar, tapi mesinnya masih utuh. Clay memeriksa bensin dan baterainya, lalu tersenyum puas ketika suara mesin akhirnya menggeram pelan. “Masih bisa jalan,” katanya dengan nada puas.
Britney menepuk sisi truk. “Kau tahu, aku selalu ingin punya mobil besar seperti ini. Dulu untuk liburan ke pantai, tapi sekarang…” Ia menatap sekeliling kota yang hancur. “Ya, begitulah hidup.”
“Sekarang liburannya lebih... ekstrem,” jawab Clay, mencoba ringan.
Britney tertawa pelan. “Kau tahu, Clay… kalau bukan karena semua kekacauan ini, aku mungkin nggak akan pernah mengenalmu seintim sekarang.”
Clay menoleh, matanya menatapnya lekat. “Kau pikir kita akan cocok di dunia normal?”
“Hmm…” Britney pura-pura berpikir. “Aku mungkin tetap jadi gadis populer yang cuek, dan kau tetap si cowok tenang yang suka menyendiri.”
“Jadi kita nggak akan bicara?”
“Mungkin cuma di momen acak, seperti kalau aku butuh contekan.”
Clay tertawa pendek. “Tapi di dunia kiamat ini, kau yang justru ngajak aku bicara setiap waktu.”
Britney tersenyum dan melangkah lebih dekat. “Ya, karena di dunia ini cuma kau yang tersisa buat kudengar suaranya.”
Ada jeda. Angin berhembus membawa aroma bensin dan debu, tapi di antara mereka ada sesuatu yang lebih hangat dari itu. Britney menatap Clay dengan tatapan yang sulit dijelaskan, ada rasa aman, tapi juga rasa ingin lebih dekat lagi.
Clay menelan ludah, lalu pelan-pelan mengangkat tangannya, menyentuh pipi Britney. “Aku bersyukur, Brit.”
“Untuk apa?”
“Untuk tidak sendirian.”
Britney tidak menjawab. Ia hanya tersenyum, lalu menyentuh tangan Clay di wajahnya. Ketika ia mencondongkan tubuh dan bibir mereka bertemu, dunia di sekitar seolah menghilang. Ciuman itu lembut, tapi berisi rasa syukur, ketakutan, dan cinta yang baru tumbuh di tengah kehancuran.
Perjalanan mereka berlanjut melewati kota-kota mati. Mereka berhenti di supermarket, apotek, dan pom bensin, mengumpulkan apa pun yang bisa berguna. Clay menyusun persediaan di bagian belakang truk, sementara Britney sibuk mencari hal-hal kecil yang bisa membuat hidup mereka sedikit lebih manusiawi, sabun, selimut, bahkan lilin beraroma.
“Serius, lilin aroma vanila?” tanya Clay sambil terkekeh.
Britney meletakkan lilin itu di dashboard truk. “Kalau dunia ini bakal berakhir, setidaknya biar baunya enak.”
Clay menggeleng. “Kau aneh.”
“Kau baru sadar?” jawabnya dengan senyum menggoda.
Saat malam turun, mereka berhenti di pinggir jalan, di depan sebuah toko perabot kecil. Mereka menyalakan lilin di dalam truk, duduk berdampingan di kursi depan sambil memakan roti dan selai kacang hasil jarahan mereka.
Britney menatap Clay lama, lalu bersandar di bahunya. “Kau sadar nggak, Clay, kalau kita mulai terlihat seperti pasangan sungguhan?”
Clay menatap lilin kecil di dashboard. “Ya, cuma bedanya pasangan normal nggak harus siap nembak zombie setiap lima menit.”
Britney terkekeh kecil, lalu menatap wajah Clay dari jarak dekat. “Kalau begitu, kita pasangan edisi apokalips.”
Clay mengangkat dagunya sedikit, dan mata mereka bertemu. “Kedengarannya keren.”
“Dan berbahaya,” bisik Britney.
Ciuman mereka datang begitu saja, penuh kehangatan dan kerinduan. Malam itu, truk besar mereka menjadi tempat yang paling hidup di dunia mati. Di dalamnya, dua jiwa yang dulu asing kini saling menyatu.
"Ah... Ah..." Britney sengaja mendesah pelan agar tak menarik perhatian zombie. Membiarkan Clay terus menggempurnya dengan intens. Semenjak itu, bercinta adalah hal biasa untuk mereka lakukan. Keduanya kadang menghentikan truk ke tepi jika tiba-tiba gairah muncul begitu saja.
...***...
Langit mulai meremang jingga ketika Clay memutar setir truk melewati jalanan kota yang retak. Roda besar itu menimbulkan suara berat, berpadu dengan desir angin yang mengibaskan debu halus di udara. Mereka sudah berhari-hari berkeliling, berpindah dari satu kota mati ke kota lainnya, mencari tempat aman seperti yang diimpikan, tapi sejauh ini, semua tempat sama saja, sepi, berdebu, dan penuh kenangan dari dunia yang sudah lenyap.
Britney duduk bersandar di kursi penumpang, rambutnya menari di hembusan angin yang masuk lewat jendela terbuka. Ia menatap keluar, menatap papan toko yang miring, mobil terbalik, dan boneka mainan yang tergeletak di trotoar. “Kau tahu, Clay,” katanya tiba-tiba, “kadang aku merasa kita seperti dua hantu yang masih belum sadar kalau dunia ini udah berakhir.”
Clay meliriknya sebentar, lalu tersenyum tipis. “Kalau aku hantu, berarti aku hantu yang jatuh cinta sama hantu lain.”
Britney menoleh dengan senyum nakal. “Romantis juga untuk hantu. Biasanya kan hantu sibuk menakuti orang.”
“Ya,” balas Clay sambil menatap jalan, “tapi aku cuma takut kehilangan kau.”
Britney terdiam sejenak, lalu tertawa kecil, menepuk pundaknya. “Aduh, kalau terus ngomong manis begini, aku bisa jadi baper di tengah kiamat, tahu nggak?”
“Tujuanku memang itu,” jawab Clay santai.
Perjalanan mereka terus berlanjut hingga menjelang sore. Di kejauhan, papan besar bertuliskan “Forever Yours Bridal” tampak setengah roboh tapi masih terbaca jelas. Gedungnya tidak terlalu rusak, kaca etalasenya hanya retak di beberapa bagian, dan di baliknya masih tergantung deretan gaun putih yang kini tertutup debu.
“Lihat itu,” kata Britney sambil menunjuk. “Toko pengantin.”
Clay memelankan laju truk. “Kau mau mampir?”
Britney tersenyum misterius. “Kenapa tidak? Kita belum pernah ke pesta pernikahan di akhir dunia, kan?”
Clay tertawa kecil. “Kau memang gila.”
“Dan kau suka kegilaanku,” balas Britney cepat.
Clay mengangkat bahu. “Ya… aku akui.”
Mereka memasuki toko dengan hati-hati, memegang senjata di tangan, kebiasaan yang sudah jadi naluri. Namun, tak ada suara selain derit angin dan bunyi kaca pecah di lantai. Rak-rak besar berisi sepatu hak tinggi dan aksesoris pernikahan masih berdiri di sisi kanan, sementara di sisi kiri, deretan gaun putih dan jas pria tergantung seperti pameran kenangan yang membeku.
Britney menatap satu gaun panjang di dekat cermin besar. Meski berdebu, gaun itu masih tampak indah, renda putihnya lembut, kilau mutiara kecilnya masih tersisa di leher dan dada.
“Clay,” katanya lirih, “boleh aku coba?”
Clay mengedikkan bahu. “Tentu. Kalau zombie muncul, aku yang jaga pintu.”
Britney menatapnya sinis. “Romantis banget, penjaga pengantin.”
Clay tersenyum. “Tugas suami masa depan, mungkin.”
Britney mendengus, tapi pipinya memerah. Ia membawa gaun itu ke balik partisi dan mulai mengenakannya. Beberapa menit kemudian, ia keluar, dan Clay, yang baru saja duduk di kursi, mendadak terpaku.
Gaun putih itu memang sedikit kebesaran, tapi di tubuh Britney, semuanya tampak pas. Matahari sore masuk lewat jendela retak, memantulkan cahaya lembut ke arah rambut pirangnya. Sesaat, Clay seperti melihat sosok dari dunia yang masih utuh, bukan dunia zombie dan kehancuran, tapi dunia tempat dua orang benar-benar bisa menikah.
“Bagaimana?” tanya Britney sambil memutar pelan, mencoba menutupi gugupnya dengan nada bercanda. “Aku kelihatan kayak pengantin yang kabur dari altar, ya?”
Makhluk hidup yang terkena atau yang mengalami mutasi disebut dengan mutan.
Mutan adalah makhluk hidup yang mengalami perubahan genetik (mutasi) pada DNA-nya, yang menyebabkan timbulnya sifat atau karakter baru yang berbeda dari makhluk hidup normalnya.
Berarti ada kemungkinan Jennifer jadi Mutan...😲👹
Mutasi ini bisa menghasilkan sifat baru yang diwariskan ke keturunannya, seperti perubahan fisik drastis atau perubahan yang tidak terlihat secara langsung pada karakter.
Dampak mutasi menghasilkan kekuatan super atau perubahan fisik unik...💪🦹😰
SELAMAT DATANG peradaban baru.
Itulah kalimat yang layak diucapkan saat ini.
Manusia ditakdirkan menjadi khalifah, pembawa perubahan dan pembentuk peradaban di muka bumi.
Mengubahnya dan memicu lahirnya peradaban baru bagi umat manusia.
Virus zombie yang mewabah di hampir semua daerah ini telah mengubah hampir seluruh sendi kehidupan masyarakat bahkan sangat tidak siap dengan kehadiran wabah yang mematikan ini.
Manusia hadir untuk bertindak melakukan perubahan dan membangun peradaban yang diamanatkan oleh Allah SWT.
Dimana semua orang bisa hidup damai, membuat sebuah daerah mampu bangkit dan berkontribusi dalam peta peradaban...🤩🥰