Katanya, Arsel pembunuh bayaran. Katanya, Arselyno monster yang tak berperasaan. Katanya, segala hal yang menyangkut Arselyno itu membahayakan.
Seorang Berlysa Kanantasya menjadi penasaran karena terlalu banyak mendengar desas desus mengenai cowok bernama lengkap Arselyno M Arxell. Semua murid sekolah mengatakan bahwa Arsel 'berbahaya', menantang gadis yang bernama Lysa untuk membuktikan sendiri bahwa yang 'katanya' belum tentu benar 'faktanya'.
Penasaran kecil yang berhasil membuat Lysa mengenal Arsel lebih dalam. Penasaran kecil yang sukses menjebaknya semakin menjorok ke dalam jurang penasaran.
Pada akhirnya, Lysa mengerti; ternyata mencintai Arsel, memang seberbahaya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon __bbbunga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab :// XXVII Tips Alyn
"Sa, balik nanti nonton bioskop, yuk! Ada film bagus nih, diangkat dari novel best seller. Gimana?"
"Hm?" Lysa mengangkat kepalanya dari ponsel. "Eh, lupa gue, Fa. Balik nanti gue ada belajar bareng tutor."
Aufa memiringkan kepala. "Dih, sejak kapan lo belajar pakai tutor-tutoran segala?" sahutnya mencibir.
Lysa hanya menoyor Aufa sebal. Aufa terkekeh. "Memangnya siapa tutor lo? Bapak-bapak? Ibu-ibu? Atau mungkin seumuran kita?"
Lysa memutar kepala memandang Aufa sambil senyam-senyum absurd. "Seumuran." Lysa kemudian berbisik. "Arsel tutornya."
Berbeda dari Aufa yang biasanya, kali ini cewek yang memakai sweater biru muda itu hanya mendengus malas. Tidak mengomel ataupun menasehati Lysa lagi mengenai Arsel.
"Ish, sama Arsel terus, deh, lo. Sama guenya kapan, dong?" salak Aufa sambil berlagak memajukan bibir, pura-pura cemberut. Lysa hanya tertawa singkat.
"Eh iya, Sa, lo udah dengar kalau ada anak pindahan di kelas sebelah?"
Lysa mengangguk sekilas. "Udah, sih. Tapi bodo amat," kekeh cewek itu tak acuh.
"Dengar-dengar namanya Nana. Kalu nggak salah, sih..." Aufa mengangkat jari telunjuk, mencoba mengingat sesuatu. "Dia itu mantannya Arsel."
Lysa seketika mengerutkan kening. Mendengar kata 'mantan Arsel', Lysa jadi kepikiran ke mana-mana. Arsel ternyata punya mantan? Sekarang satu sekolahan? Kalau misalnya masih sama-sama sayang gimana, dong?
"Dengar-dengar juga..." Aufa mendekatkan kepalannya ke depan telinga Lysa, berniat membisikkan sesuatu. "Dia pernah hamil. Dan katanya dihamili sama Arsel!"
Lysa langsung melotot. Gosip macam apa itu? "Ih, lo mulai lagi, deh,Fa. It ain't make sense. Mana mungkinlah Arsel kayak gitu."
Aufa mengedikkan bahu. "Ya, itu masih gosip, sih. Gue juga nggak terlalu percaya. Soalnya dengar cerita lo yang bilang Arsel itu baik, jadinya gue mikir kayaknya nggak mungkin, deh. Mungkin itu hoaks."
Ya. Mungkin hoaks
Melihat bagaimana perlakuan Arsel yang selalu melindunginya, bahkan bertindak tegas jika seseorang lelaki bertindak kurang ajar terhadap wanita, menyakinkan Lysa bahwa gosip yang beredar itu sangatlah tidak masuk akal. Arsel tidak seberengsek itu. Setidaknya itu penilaian saat ini tentang cowok itu.
...****************...
Saat ini Lysa tengah berada di atas motor Arsel, dengan sang empunya yang fokus mengendarai di jalanan. Hari ini mereka memutuskan untuk belajar di kafe yang sama seperti tempo hari.
selama dalam perjalanan tidak ada yang membuka obrolan. Yang terdengar hanya suara mesin kendaraan sekitar juga sesekali bunyi guntur karena awan sedang mendung.
"Yah, yah! Hujan!" mata Lysa menyipit ketika gerimis menetesi wajahnya.
Arsel menambah kecepatan motornya. "Berteduh dulu, ya. Kebetulan rumah gue dekat sini."
Lysa hanya mengangguk sekenanya. Arsel berbelok ke kanan, semakin melajukan kecepatan sebelum hujan berangsur semakin deras.
Arsel buru-buru memarkirkan motornya ketika sudah sampai di depan rumah dan mengajak Lysa masuk. Cowok itu lantas mengambil handuk di kamarnya, menyarankan cewek itu agaknya mengeringkan rambut yang basah.
"Lo, Bang Arsel hujan-hujanan, ya?" celetuk Alyn yang baru saja keluar dari kamarnya. Matanya langsung melirik ke arah Lysa yang tengah mengelap rambut di samping Arsel.
"Hah?! Kakak ini kak Berlysa, kan? Yang suka bikin vidio YouTube itu, kan.?"
Lysa tersentak, lantas hanya tersenyum malu sebagai respons.
"Wah! Alyn senang banget bisa ketemu kakak!" Alyn spontan memeluk Lysa bersemangat. "Alyn sering nonton vlog-nya kak Lysa. Alyn ngefans banget sama kaka!"
"Kalian ngobrol-ngobrol sebentar, ya. Abang ke kamar Ibu dulu."
"Bang! Alyn pinjam HP Abang, dong!"
Arsel merogoh sakunya, lali memberikan ponselnya kepada gadis berkembang sati itu. Setelah mengacak gemas poni adik kesayangannya sambil tersenyum, Arsel lantas berlalu menuju kamar. Lalu melihat ibunya yang tengah melirik keluar jendela sambil rebahan di atas kasur.
Arsel menyalami tangan ibunya sebelum duduk di tepi ranjang. "Gimana kondisi ibu hari ini? Agak enakan?"
Safira tersenyum seraya mengelus pipi anaknya. "Ibu selalu sehat, kok."
"Ibu harus banyak-banyak istirahat. Ibu udah makan? Udah minum obatnya? Ibu jangan sampai lupa minum obat, ya."
Safira masih tersenyum seraya menggenggam lembut tangan Arsel. Menatap putra tertuanya intens.
"Ibu mau Abang berhenti. Ibu mau perawatan berhenti. Ibu cuma akan menyusahkan kamu, sayang. Kita cuma akan membuang-buang uang. kamu juga tau kalau semua ini sia-sia."
"Nggak ada yang sia-sia, Bu, selagi kita masih berusaha. Ibu jangan pasrah gitu aja."
Setitik air mata lolos dari pelupuk mata sayu Safira. Bahkan Arsel tidak bisa berbohong kalau ia jelas menangkap tatapan sendu dari wanita yang semakin hari semakin kurus itu.
"Jangan benci papa kamu, ya."
Lagi dan lagi. Komentar yang sangat Arsel benci itu keluar lagi dari bibir pucat itu
...****************...
thor mampir juga dong ke ceritaku..