Amezza adalah seorang pelukis muda yang terkenal. Karakternya yang pendiam, membuatnya ia menjadi sosok gadis yang sangat sulit ditaklukan oleh pria manapun. Sampai datanglah seorang pria tampan, yang Dnegan caranya membuat Amezza jatuh cinta padanya. Amezza tak tahu, kalau pria itu penuh misteri, yang menyimpan dendam dan luka dari masa lalu yang tak selesai. Akankah Amezza terluka ataukah justru dia yang akan melukai pria itu? Inilah misteri cinta Amezza. Yang penuh intrik, air mata tapi juga sarat akan makna arti cinta dan pengampunan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Ada Kenangan
"Kamu kena bola di punggung. Apakah sakit?" tanya Amezza.
"Tidak. Aku baik-baik saja. Kamu nggak kena bola kan?"
Amezza menggeleng.
"Terima kasih." Amezza menatap sekumpulan anak-anak itu yang sudah lari menjauh. "Mereka masih anak-anak jadi tak tahu masalah apa yang bisa ditimbulkan karena perbuatan mereka."
Evradt kembali duduk di samping Amezza. "Kamu suka pantai?"
Amezza menggeleng. "Tidak terlalu suka. Aku lebih suka danau yang tenang."
"Aku juga suka danau. Danau selalu memberi rasa ketenangan."
"Kalau tenang, aku bisa melukis dengan tenang."
"Kamu juga seorang pelukis?"
"Ya."
"Wah, hebat ya? Aku sebenarnya tak terlalu suka dengan dunia seni. Termasuk juga lukisan. Namun aku punya beberapa lukisan di rumahku. Sebentar aku tunjukan." Evradt membuka ponselnya dan memperlihatkan beberapa lukisan yang ada di ruang kerjanya. Sebenarnya lukisan itu adalah lukisan yang dibeli Evradt saat Amezza pertama hadir di Perancis dalam sebuah pameran.
Antonio yang menggantung lukisan itu di sana tanpa mengatakan siapa pelukisnya. Ia tak mau kalau nyonya Vania membuang lukisan itu saat tahu siapa yang melukisnya.
Amezza melihat lukisan itu. "Cantik ya? Lukisan tentang alam. Sama seperti aku, suka melukis tentang alam."
"Melukis hanya sekedar hobi atau memang sudah menjadi pekerjaanmu?" tanya Evradt.
"Sebenarnya aku sudah melukis sejak usiaku 5 tahun. Namun mulai menekuni bidang ini saat berusia 10 tahun. Melukis sebenarnya adalah kehidupan ku. Main Film hanya sekedar mengikuti saran Erland saja karena filmnya juga ada hubungannya dengan lukisan." kata Amezza panjang lebar.
"Oh begitu ya. Berarti kamu pernah melaksanakan pameran untuk lukisan mu dong."
"Iya."
"Sesekali datanglah ke Paris. Di sana biasanya berkumpul para pelukis hebat."
"Akan ku usahakan."
Evradt berdiri. "Aku ke kamar ku dulu ya. Capek banget. Soalnya baru saja tiba di Bali dan langsung diajak jalan-jalan oleh Caleb."
"Ok. Silakan." Amezza mempersilahkan Evradt untuk pergi. Ia kembali menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi dan menikmati suasana sore ini dengan perasaan damai.
Tak lama kemudian Erland datang. "Maaf ya, aku lama. Soalnya bertemu dulu dengan papa dan mamaku. Mereka ternyata datang juga."
"Wah, asyik dong."
Erland duduk di samping Amezza. "Evradt kemana?"
"Mau ke kamarnya. Dia capek katanya."
"Oh......" Erland mengangguk. "Kamu nggak mengenal Evradt Floquet? Dia asal Perancis tapi mamanya orang Spanyol."
"Oh ya? Dia pengusaha ya?"
"Ya. Sama seperti kakakku. Mereka bahkan sudah lama bekerja sama dalam berbagai proyek besar. Menurut mu, dia tampan nggak?"
Amezza menatap Erland sambil mengerutkan dahinya. "Apa maksud pertanyaan mu?"
"Mau tahu saja pendapatmu mengenai Evradt."
"Tampan itu relatif. Menurut ku dia sama saja kayak kamu, kakakmu juga kayak adikku. Lelaki mapan karena dibesarkan sebagai anak orang berada tapi juga memiliki sifat yang mau bekerja keras. Pantaslah jika disukai oleh banyak wanita."
"Apakah dia termasuk tipe mu?"
Amezza semakin bingung. Ia dengan gemas mencubit punggung Erland. "Kamu cemburu sama Evradt?"
"Tidak juga."
"Terus kenapa bertanya seperti itu?" tanya Amezza sambil menatap Erland tanpa berkedip. Erland langsung membuang mukanya. Ia tak sanggup ditatap Amezza seperti itu.
"Erland." Amezza memegang pipi cowok itu agar menatapnya. Erland langsung memeluk Amezza. Dia tahu kalau ide gilanya ini untuk mempertemukan Amezza dan Evradt bisa saja membuatnya kehilangan perempuan ini.
"Ada apa?" tanya Amezza dalam pelukan Erland.
"Ingin peluk saja. Memangnya nggak boleh?"
"Boleh. Asalkan jangan minta cium."
Erland tertawa. Ia melepaskan pelukannya. "Ayo kita makan sup!"
Amezza mengangguk. Ia tahu kalau Erland suka memasak. Dan Amezza paling suka sup buatan Erland.
************
Evradt dan Caleb baru saja selesai rapat dengan beberapa pekerja yang lain. Kini mereka tinggal berdua saja di ruangan kerja Caleb.
"Minum?" tanya Caleb.
"Asalkan kandungan alkoholnya nggak tinggi. Aku nggak mau mabuk di malam pertama ku di Bali."
Caleb terkekeh. Ia menuangkan minuman pada gelas dan menyerahkan pada Evradt.
"Ruangan kerjamu bagus juga. Eh, lukisannya cantik. "ujar Evradt sambil menunjuk pada satu-satunya lukisan yang ada di ruangan itu. Evradt berdiri dan melihat sebuah inisial nama di bagian bawa lukisan itu. "AG? Apakah itu nama pelukisnya?"
"Ya. Namanya Amezza Gomez."
"Amezza Gomez yang adalah pacar adikmu? Jadi dia memang pelukis terkenal?"
"Cari saja di internet. Kamu akan tahu kalau dia termasuk 20 pelukis terkenal menurut versi majalah Times."
"Pada hal dia masih muda kan? Beruntung sekali Erland. Katanya kalau pelukis itu orangnya cenderung introvert tapi penyayang dan setia."
Caleb tersenyum. "Sebenarnya Amezza dan Erland belum jadian. Mereka hanya dekat saja. Eh, menurut mu, Amezza itu cantik nggak?"
"Cantik."
"Bisa masuk kriteria cewek yang kamu sukai, nggak?"
Evradt jadi tertawa mendengar pertanyaan sahabatnya itu. "Maksud kamu apa sih?"
"Aku hanya bertanya."
Evradt diam sejenak. "Aku nggak suka dengan cewek yang introvert. Aku lebih suka dengan perempuan yang bisa berjalan bersama ku dalam semua pekerjaan ku. Makanya aku juga tak terlalu serius dengan Gaby. Dunia kami juga berbeda."
"Aku dan Grace juga memiliki dunia yang berbeda. Namun aku bahagia menikah dengannya. Walaupun dulu sempat bingung dengan perasaan ku pada Zeline, namun kini aku yakin dengan pilihanku. Kamu tak ingin menikah dan memiliki wanita yang terbaik dalam hidupmu? Usiamu sudah hampir 31 tahun."
"Masih muda." Evradt tertawa. Caleb pun ikut tertawa. Ia diam-diam mengirimkan hasil rekaman percakapannya dengan Evradt kepada adiknya. Karena Erland memang ingin tahu bagaimana kesan pertama Evradt saat bertemu dengan Amezza.
************
Malam terlah larut. Amezza sempat tertidur sebentar. Namun menjelang pukul 1 dini hari, ia terbangun dan akhirnya susah untuk memejamkan matanya lagi.
Gadis itu keluar dari kamarnya. Kamar Amezza memang tak berada di dalam gedung utama the Thomson ini. Kamarnya justru berada di bagian belakang gedung utama dan langsung menghadap ke pantai.
Amezza melihat cahaya bulan sangat indah dan ia memutuskan untuk melukis langit di bawa cahaya rembulan menjelang tengah malam di Bali.
Amezza mengambil buku gambar dan beberapa krayon yang dibawahnya jika bepergian. Ia berjalan ke arah pantai dan duduk di kursi. Buku gambar itu diletakkan di pangkuannya dan Amezza mulai melukis.
Begitu asyiknya ia melukis sampai tak menyadari bahwa ada sepasang mata yang sedang menatapnya tak jauh dari situ.
Ternyata itu adalah Evradt. Lelaki itu pun belum mengantuk dan memutuskan untuk jalan-jalan.
"Amezza ?"
Amezza menoleh dengan kaget. "Eh, Evradt."
"Apa yang kau lakukan di sini?" keduanya langsung tertawa karena menanyakan pertanyaan yang sama.
"Aku tak mengangguk. Mungkin karena tadi sore tidurnya lumayan lama. Dan kamu?" tanya Evradt
"Aku sempat tidur tadi. Tapi bangun lagi karena ingin ke kamar kecil tapi setelah itu tak bisa tidur lagi. Mungkin karena kita ada di negara yang berbeda waktu dengan negara kita ya?"
"Bisa juga." Evradt menunduk dan memperhatikan gambar yang ada di pangkuan Amezza. "Kamu melukis?"
"Iya."
Evratd meraih buku gambar di pangkuan Amezza. Ia menatap gambar itu kalu menengadah ke langit dan memperhatikan pantai yang ada di depannya. "Wah, smaa persis dengan pantai, langit dan bulannya. Kamu memang hebat."
Amezza tersipu menerima pujian itu. "Belum selesai." ia mengambil kembali buku gambar itu dan mulai melukis kembali. Evradt duduk di samping Amezza dan memperhatikan gadis itu melukis. Rambut Amezza yang panjang nampak cantik di tiup angin sepoi-sepoi. Bibir Amezza yang tipis dibagian atas namun sedikit tebal di bagian bawah sesekali ikut bergerak seirama dengan tangannya.
Hidungnya yang mancung nampak indah dipayungi oleh sepasang alis yang tertata rapi. Evradt yakin alisnya itu masih asli tanpa disulam.
Merasa diperhatikan, Amezza menoleh ke arah Evradt. "Ada apa?"
"Kamu cantik."
Amezza merasakan wajahnya menjadi merah. Gadis itu hanya tersenyum lalu melanjutkan lagi lukisannya.
***********
Bagaimana rasanya jatuh cinta lagi dengan orang yang sama?
harus nya Vania SDR insyaf jgn jht Mulu dong
zaa...bingung...ev.... bingung....er.... bingung.....jadi bingung kan....cinta mo di bawa kmna.....😄🤭