NovelToon NovelToon
Sebatas Pendamping (Derita Yang Tak Berujung)

Sebatas Pendamping (Derita Yang Tak Berujung)

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Pengganti / Obsesi
Popularitas:8.2k
Nilai: 5
Nama Author: Cty S'lalu Ctya

Pahit nya kehidupan yang membelengguku seolah enggan sirna dimana keindahan yang dulu pernah singgah menemani hari-hari ku terhempas sudah kalah mendapati takdir yang begitu kejam merenggut semua yang ku miliki satu persatu sirna, kebahagiaan bersama keluarga lenyap, tapi aku harus bertahan demi seseorang yang sangat berarti untuk ku, meski jalan yang ku lalui lebih sulit lagi ketika menjadi seorang istri seorang yang begitu membenci diri ini. Tak ada kasih sayang bahkan hari-hari terisi dengan luka dan lara yang seolah tak berujung. Ya, sadar diri ini hanya lah sebatas pendamping yang tak pernah di anggap. Tapi aku harus ikhlas menjalani semua ini. Meski aku tak tahu sampai kapan aku berharap..
Adakah kebahagiaan lagi untuk ku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dia Memang Tampan

Yoga mengerjap ketika mendengar dering ponselnya, sayup-sayup dia membuka mata, ketika dia hendak mengambil ponsel di nakas ternyata tiba-tiba tangan Alana memeluk tubuhnya, Yoga memperhatikan wajah Alana yang sedang tidur pulas yang menghadap ke arah nya, mungkin saking capek nya usai dia genjot beberapa ronde.

"Ternyata meski tidur kamu masih cantik" guman Yoga seraya tangan nya terangkat hendak memegang pipi tirus Alana tapi tangannya hanya menggantung, takut membuat Alana terbangun. Yoga menggeleng lalu tangan nya beralih mengambil ponsel di atas nakas yang terus berdering. Anehnya Alana tidak terganggu akan dering ponsel itu terus menerus.

"Hallo, ada apa?" sarkas Yoga ketika mengangkat panggilan.

"..."

"Ok, nanti aku akan ke pabrik" balas Yoga seraya mematikan panggilan nya. Di lihatnya sudah pukul empat dini hari, dia memilih bangun dan akan melaksanakan sholat subuh di masjid komplek perumahan yang tak jauh dari rumah pak Johan. Di singkirkan nya tangan Alana dengan hati-hati agar tidak membangun kan nya, setelah itu dia bergegas menuju kamar mandi. Lima belas menit sudah dia selesai mandi dan sudah berganti memakai baju kokoh, di lihat nya Alana yang masih terlelap, dia tak tega membangunkan nya lebih baik dia bangunin nanti jika sudah pulang dari masjid saja. Adzan pun berkumandang Yoga langsung berangkat ke masjid. Selesai sholat Yoga lebih memilih pulang karena dia akan membangunkan Alana, mereka hari ini harus kembali karena Yoga harus datang ke pabrik.

"Yoga, kamu dari masjid?" tanya Bu Maryam ketika berpapasan dengan Yoga di ruang tamu. Yoga hanya membalas dengan anggukan.

"Duh, papa kamu tuh gak ke masjid, dia masih tidur sama cucunya" ujar nyonya Maryam tersenyum bahagia.

"Apa Emir rewel?" tanya Yoga merasa tidak enak hati. Nyonya Maryam menggeleng.

"Tidak nak, malahan kita seneng ada Emir, dia sangat menghibur kami berdua" terang nyonya Maryam.

"Terima kasih ma, dan maaf sudah-"

"Hus, apaan sih, malahan mama dan papa mengharap kalian tinggal disini saja, biar mama dan papa gak kesepian" sela nyonya Maryam. Yoga nampak terdiam.

"Ya sudah, mama bangunin papa dulu, dan kamu pasti sudah di tunggu sama Alana" kata nyonya Maryam mencoba untuk mengerti keadaan.

"Baik, Yoga ke kamar dulu" jawab Yoga seraya kembali melangkah naik ke lantai dua.

Klek..

Derit bunyi pintu kamar terbuka membuat Alana segera mengerjap membuka mata nya, dan betapa kagetnya dia melihat Yoga yang masuk dengan menggunakan baju Koko beserta peci di kepalanya.

"Dia memang tampan" guman lirih Alana mengagumi Yoga.

"Cepat bangun, kita harus kembali ke pabrik!" seru Yoga berjalan menuju ke walk in closed untuk berganti baju. Alana tidak ingin membuat drama di pagi hari pun langsung bangun dan melangkah menuju kamar mandi meski badan nya terasa remuk akibat pergulatan nya tadi malam bersama Yoga, apalagi Yoga melakukan nya berkali-kali. Teringat dulu dia bersama dengan mantan suaminya dulu tidaklah seganas Yoga. Alana menatap cermin yang memantulkan badannya yang penuh dengan jejak merah bukan hanya di leher hampir semua di tubuh nya seolah. Alana mendesah kasar.

"Andai semua ini kamu lakukan dengan cinta, mungkin aku akan bahagia kak, tapi aku sadar semua ini hanya pelampiasan nafsu mu saja" lirih Alana nanar seraya memperhatikan jejak merah yang di ciptakan Yoga pada tubuh nya.

Tok.. Tok..

Bunyi ketukan pintu membuyarkan lamunan Alana, segera dia menutup tubuh nya menggunakan kimono lalu membuka pintu kamar mandi perlahan.

"Waktu subuh segera beranjak" ujar Yoga memberitahu. Alana pun segera keluar dari kamar mandi dan melakukan kewajibannya.

"Pakai ini, buat ganti!" seru Yoga memberikan paper bag pada Alana usai Alana melaksanakan sholat. Alana berjalan ke arah kamar mandi.

"Ganti disini!" seru Yoga, berhasil menghentikan langkah Alana.

"Tapi-"

"Jangan membuang waktu Alana!" sela Yoga yang berhasil membuat Alana menahan kesal. Dia pun mulai melepas kimono di depan Yoga dengan menahan malu sekaligus kesal dan memakai kulot di padu dengan kemeja krem. Tak lupa dia memakai pasmina yang dia pakai tadi malam.

"Ayo kita turun!" ajak Yoga, Alana segera mengambil tas lalu menyusul langkah Yoga menuruni tangga.

"Lho, kalian mau kemana?" tanya pak Johan saat berpapasan di tangga, sedangkan Emir dan nyonya Maryam sudah menunggu di ruang makan.

"Ke pabrik pa, ada pekerjaan penting" jawab Yoga, pak Johan terlihat menghela nafas.

"Papa gak ke kantor?" tanya Yoga melihat pak Johan masih berpakaian santai.

"Papa dan mama rencananya mau ajak Emir jalan-jalan" balas pak Johan.

"Ibu.." sapa Emir melihat kedatangan ibu nya bersama Yoga dan pak Johan.

"Hai sayang" balas Alana yang mendekat dimana Emir duduk dan sudah rapi.

"Ibu, kata Oma dan opa Emil akan di ajak jalan-jalan" ujar Emir dengan polosnya. Alana mengernyit, bukan nya hari ini mereka akan pulang.

"Iya Alana, kami ingin mengajak Emir jalan-jalan gak apa kan?" timpal nyonya Maryam. Alana melirik Yoga yang duduk di depan nya.

"Tapi Yoga dan Alana harus ke pabrik" balas Yoga. Alana kini beralih mengambil kan nasi untuk Emir. Sedangkan nyonya Maryam terdiam dengan rasa kecewanya.

"Kalian pergi saja ke pabrik, biar Emir pergi sama kita, kalau urusan kalian sudah selesai kalian pulang kesini!" ujar pak Johan. Yoga terdiam, dia melihat raut wajah nyonya Maryam membuatnya tak bisa menolak.

"Bagaimana Alana apa kamu setuju?" kini pak Johan berganti mendapatkan jawaban dari Alana.

"Begini, saya takut Emir merepotkan" jawab Alana.

"Soal Emir, jangan kamu khawatirkan, kami juga tahu keluhan Emir, dari pada di rumah Emir juga di jaga bibi mending Emir kita ajak jalan-jalan" Keke pak Johan seolah tak bisa di bantah. Alana beralih menatap anak nya dan bertanya dengan lembut.

"Emir mau sama bibi atau ikut omah dan opa nak?"

"Emil ikut omah dan opa boleh?"

"Boleh nak, tapi Emir janji jangan merepotkan omah dan opa"

"Baik Bu" angguk Emir, Alana pun mengelus puncak kepala Emir dengan lembut. Yoga kini menyetujui saran dari pak Johan. Kini mereka menyantap sarapan pagi dengan khidmat, suasana yang dari dulu di tunggu nyonya Maryam akhirnya sekarang terkabul juga dimana mereka menikmati sarapan bersama keluarga kecil yang bahagia. Nyonya Maryam pun mengulas senyum bahagia.

"Emir, jangan nakal dan kalau capek bilang sama Oma dan opa!" pesan Alana sebelum dia berangkat bekerja bersama Yoga. Emir mengangguk.

"Baik ibu, Emil akan jadi anak pintal" kata Emir meyakinkan Alana. Alana pun tersenyum lembut.

"Kita berangkat dulu, ma, pa" pamit Yoga pada nyonya Maryam dan pak Johan.

"Hati-hati" balas nyonya Maryam. Yoga menyalami nyonya Maryam dan beralih pada pak Johan

"Jangan terlalu capek Yoga" pesan pak Johan pada Yoga.

"Assalamu'alaikum.." Alana menyalami nyonya Maryam dan pak Johan.

"Wa'alaikum salam"

1
Retno Harningsih
up
Retno Harningsih
lanjut
AZLEN HASLINA BT. AWANG KPM-Guru
hebat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!