Gricelin Noah Fallon ingin merayakan ulang tahun Calon Tunangannya Harley Gunawan dihotel, tak disangka Harley yang ditunggu tidak datang dan malah tiga pria lain yang masuk ke dalam kamar hotel yang dia pesan.
Dia yang sudah diberikan obat perangsang oleh ibu kandungnya tidak bisa menolak sentuhan pada kembar dan sangat hebat diatas ranjang.
Tak disangka, semua hal yang terjadi malam itu adalah konspirasi ibu kandungannya Marina Fallon, yang ingin menghancurkan hidupnya dan membuat Harley berpaling pada anak tirinya Diandra Atmaja.
Semua itu, ibunya lakukan untuk mendapatkan cinta dari suami dan anak tirinya.
Tapi takdir berkata lain, Gricelin yang hamil anak ketiga kembar itu malah dicintai secara ugal-ugalan, bahkan ketiga kembar itu membantunya balas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitria callista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 27
Harley terlihat sangat gelisah, rapat sudah berlangsung lebih dari setengah jam.
Tapi Gricelin belum menunjukan batang hidungnya.
Para pemegang saham di Universitas Utara sudah hampir memenuhi ruang rapat yang mewah dengan dinding berpanel kayu dan kursi kulit yang berbaris rapi.
Harley, dengan jas rapi dan rambut yang tertata sempurna, berdiri di depan meja panjang sebagai CEO dan pemilik saham terbesar.
Ekspresinya menunjukkan kedalaman pemikiran, namun matanya sesekali melirik ke pintu, menunjukkan rasa gelisah yang tak bisa disembunyikan.
"Kenapa dia belum datang juga? Apakah terjadi sesuatu? Sebenarnya sekarang dia itu tinggal dimana?" Bebarapa pertanyaan sekarang ini berkecamuk dalam benak Harley.
Saat itu juga, pintu ruang rapat terbuka dengan suara ketukan yang mendesak.
Semua mata langsung tertuju ke arah pintu, melihat Rava yang masuk dengan langkah mantap.
Pria itu mengenakan setelan yang tak kalah rapi, bahkan Harley akui.
Rava juga sangat tampan, bahkan bisa dibilang ketampanannya itu tak kalah dari model ternama, melihat hal itu tatapannya menggelap.
Ia menatap Rava penuh permusuhan.
Harley langsung menginterupsi ketenangan yang sempat tercipta dengan pertanyaan yang terdengar hampir mendesak, "Di mana Gricelin?" Rasa penasaran dan kekhawatiran bercampur dalam intonasi suaranya.
Rava menghela nafas sebelum menjawab dengan nada yang berusaha dipertahankan tenang, "Calon istriku tidak datang ke kampus. Dia sedang sakit."
Rava akui, dia sedikit merasa kesal karena Harley yang begitu memperdulikan Gricelin.
"Jadi aku datang sekarang ini untuk mewakilinya, sekaligus menunjukkan beberapa progam yang ingin aku lucurkan dikampus ini, agar kampus semakin maju."
Menyadari bahwa rapat harus dilanjutkan meskipun tanpa kehadiran Gricelin, Rava segera mengalihkan topik, "Mari kita fokus pada agenda hari ini dan membahas kemajuan yang telah dicapai oleh Universitas dan untuk Gricelin sebagai pemilik saham utama, sekarang aku adalah walinya. Jadi keputusannya juga keputusan ku." Suaranya kini lebih tegas, mencoba memasukkan profesionalitas kembali ke dalam ruangan yang sempat dilanda kegelisahan.
Harley mengangguk, meskipun dia masih tidak puas dengan jawaban yang diberikan oleh Rava , ia mengerti pentingnya memisahkan masalah pribadi dari urusan bisnis.
Dengan tegas, ia memulai presentasi tentang strategi dan inovasi terbaru yang akan diimplementasikan di Universitas lewat makalah- makalah yang semalam ia susun, mencoba menarik perhatian semua yang hadir kembali ke topik utama rapat.
Bagaimana pun juga, dia adalah pewaris utama Grup Gunawan.
Dia tidak boleh mengacaukan rapat yang sudah dihadiri oleh seluruh pemilik saham hanya karena Gricelin.
Sementara dirumah mewah Rava, Gricelin nampak duduk termenung seraya berpikir.
Ucapan Regan benar-benar menganggu otaknya.
Dia tidak mengerti, kenapa Regan yang sebelumnya sangat peduli? Tiba-tiba sekarang sangat membencinya.
"Apa kesalahanku?"
Saat sedang duduk, seorang pelayan menghampiri dirinya.
"Nona, ada seorang tamu? Apakah perlu dibukakan pintunya?" tanya pelayan rumah Rava dengan sopan pada Gricelin.
Gricelin bingung, mengingat dia tidak mendapatkan pesan apapun dari Rava.
"Tolong bibi Hubungi Rava dulu! Tanyakan padanya, apakah boleh menerima tamu?" Kata Gricelin, bagaimana pun juga dia sadar diri.
Kalau dia hanya numpang tidak memiliki hak penuh untuk rumah ini.
Pelayan rumah pun pamit pergi, untuk menelpon Rava.
Sementara Gricelin kembali menatap ke arah kolam renang.
Pikirannya sekarang ini menelisik jauh ke arah pembicaraan Rava dan juga Regan tadi pagi.
"Kenapa aku merasa sedih dengan ucapan Regan? Bukankah harusnya aku senang, karena nggak harus menikahi tiga pria sekaligus."
Ntah kenapa? Sekarang ini Gricelin merasa aneh pada dirinya.
Sementara itu, seorang pelayan dirumah mewah Rava terpaksa memperbolehkan Angel dan Jordan masuk ke dalam rumah.
Karena ponsel Rava sama sekali tidak bisa dihubungi.
"Bisakah kalian berdua meninggalkan kartu identitas kalian?" Kepala pelayan bertanya pada kedua tamu itu.
Jordan merasa kesal, "saya dan teman saya adalah teman masa kecil Rava. Kami bertiga bertumbuh bersama."
Jordan menunjukkan beberapa bukti foto kebersamaan mereka sejak kecil, Bahakan makan bersama beberapa tahun lalu.
"Kami berdua tidak membawa kartu identitas. Kami sudah biasa bertemu, sekarang kamu rencanannya ingin membuat kejutan untuk Rava karena sudah lama tidak bertemu." Imbuh Jordan dengan wajah menyakinkan.
Angel menimpali, "kami berdua berasal dari kota Alaska, bukan asli penduduk kota ini."
Kepala pelayan itu hanya bisa menghembuskan napas kasar, lalu dengan sopan meminta maaf pada Jordan dan Angel.
Lalu mereka mempersilahkan Jordan dan Angel untuk masuk.
Kepala pelayan itu terus menghubungi ponsel Rava.
Lalu menelpon Regan dan juga Rivan.
Tapi yang mengangkatnya hanya Regan, tapi Regan berkata dia sangat sibuk sekarang ini dan tidak bisa diganggu.
Jordan berbisik pada Angel, "aku akan mematikan semua cctv dirumah ini. Kamu mencari keberadaan gadis itu."
Angel mengangguk dengan semangat.
"Oke." Dia tentu saja tidak bisa membiarkan pernikahan Rava dan Gricelin besok di catatan sipil.
Dia harus menggagalkannya.
Kemarin dia tidak sengaja mendengar percakapan asisten pribadi Rava di rumah sakit dengan direktur rumah sakit, yang membahas perihal penyakit Gricelin dan pernikahan dadakan Rava.
Angel baru mengetahui, ternyata kehamilan Gricelin itu nyata.
Bukan bualan semata yang keluar dari bibir Rivan.
Jordan berkutat dengan laptop miliknya, dengan cekatan menghapus semua rekaman CCTV dirumah Rava.
Lalu dia mematikan sambungan listrik diarea perumahan itu.
Kepala pelayan pun bingung, saat listrik di rumah mewah ini padam.
Mengingat sudah lebih dari 10 tahun bekerja dirumah ini, belum pernah mengalami listrik padam.
Walaupun Rava jarang menempati rumah ini, karena bolak balik pergi ke kota Alaska dan kota lainnya.
Tapi Rava termasuk bos yang royal dan setia. Dia tidak memecat pelayan begitu saja.
Gricelin ingin memejamkan matanya, dia mengantuk berat sekarang.
Tiba-tiba sebuah tangan mencengkram pergelangan tangannya.
Sontak saja kedua bola mata Gricelin terbuka lebar.
"Si - siapa kamu?" tanya Gricelin dengan nada terbata.
"Aku adalah istri sah Rava, dan sekarang aku sedang mengandung anak kedua kami. Kamu dengan kurang ajar menjadi selingkuhannya, bahkan sering kali bercinta dengannya!" kata Angel dengan wajah merah padam.
Walaupun Gricelin merasa tidak asing dengan wajah Angel, tapi wajah Angel terlihat menyakinkan.
Angel lalu menunjukan beberapa foto dirinya dan Rava dulu saat kuliah, bahkan Jordan yang pintar dalam kecerdasan buatan juga tak lupa mengedit foto dirinya dan Rava dengan seorang bayi digendongannya.
Gricelin awalnya tidak ingin mempercayainya.
Tapi akhirnya dia percaya, dengan suara gemetar dia bertanya, "Apa yang kamu inginkan?"
Angel dengan wajah bengis dan suara percaya diri berkata, "aku ingin kamu membayar semua hal menyakitkan yang sudah kamu perbuat. Kamu sudah menjadi pelakor yang menghancurkan rumah tanggaku dengan Rava, sekarang kamu harus membayarnya dengan ikut denganku."
Air mata luruh dari kedua bola mata Gricelin.
Dia mengangguk pasrah, bagaimana pun juga dia juga sangat membenci seorang pelakor.
Apalagi sekarang pelakor itu dirinya.
Jordan dengan langkah kaki cepat berjalan ke arah Angel dan Gricelin.
"Ayo, kita segera pergi dari sini. 5 menit lagi, kelistrikan akan nyala otomatis. Aku nggak mau jika sampai Rava tahu jejak kita."
Angel mengangguk dan membawa Gricelin pergi. "Jordan, aku akan pergi dulu. Kamu urus pesangon pada lima orang pelayan yang nanti akan menjadi saksi. Tolong lakukan dengan cepat!"