NovelToon NovelToon
Married By Mistake (Terpaksa Menikahi Sahabat)

Married By Mistake (Terpaksa Menikahi Sahabat)

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Konflik etika / Pernikahan Kilat / Persahabatan / Romansa
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Moira Ninochka Margo

"Aku hamil, Fir, tapi Daniel tidak menginginkannya,"

Saat sahabatnya itu mengungkapkan alasannya yang menghindarinya bahkan telah mengisolasikan dirinya selama dua bulan belakangan ini, membuatnya terpukul. Namun respon Firhan bahkan mengejutkan Nesya. Firhan, Mahasiswa S2, tampan, mapan dan berdarah konglomerat, bersedia menikahi Nesya, seorang mahasiswi miskin dan yatim-piatu yang harus berhenti kuliah karena kehamilannya. Nesya hamil di luar nikah setelah sekelompok preman yang memperkosanya secara bergiliran di hadapan pacarnya, Daniel, saat mereka pulang dari kuliah malam.

Di tengah keputus-asaan Nesya karena masalah yang dihadapinya itu, Firhan tetap menikahinya meski gadis itu terpaksa menikah dan tidak mencintai sahabatnya itu, namun keputusan gegabah Firhan malah membawa masalah yang lebih besar. Dari mulai masalah dengan ayahnya, dengan Dian, sahabat Nesya, bahkan dengan Daniel, mantan kekasih Nesya yang menolak keras untuk mempertahankan janin gadis itu.

Apa yang terjadi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moira Ninochka Margo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DUAPULUH TUJUH Saat ada Pelangi, pasti ada badai

"Tuan muda?" Suara Pria berotot dan tinggi kini terdengar di belakang kami membuat kami menoleh sejenak. Pria itu telah menundukkan kepala dengan sikap sopan sambil dengan sigap berdiri seolah berbicara dengan komandan kompinya. Asumsiku, dia adalah salah satu bodyguard di sini, aku sempat melihatnya tadi sebelum datang ke tempat acara ini.

"Lanjutkan, Sam!" titah Firhan sembari merangkulku. Aku masih menyandarkan kepala di dada seraya memandang para pelayan dari kejauhan yang mulai membereskan sisa pesta sambil sesekali menyesap minuman manisku.

"Malam ini, smoke room aktif lagi, Tuan," info pria bernama Sam itu. Kalimat uniknya berhasil membuat aku menoleh ke arahnya hingga Firhan juga menoleh.

"Siapa?" tanya Firhan memandang dengan sorotan mata serius.

"Tuan besar," Firhan sepertinya cukup terhenyak. Aku memandangi wajah mereka satu-persatu.

Kenapa atmosfernya jadi berubah serius begini?

"Baiklah, Sam. Terima kasih. Sebentar lagi aku menyusul. Kau boleh kesana terlebih dahulu," pinta Firhan.

"Baik, Tuan!" setelah menunduk sopan, pria itu pergi.

"Ada apa?" Tanyaku memandangnya denga. Raut wajah heran.

Firhan memeluk lembut pinggangku, lalu menunduk dan berbisik di telinga, “Sayang, aku temui Ayah dan Om-om dulu ya. Mereka manggil semua cowok-cowok untuk ngobrol sebentar. Kamu istirahat saja dulu di kamar, oke?”

Aku tersenyum kecil. “Aku di sini dulu, hanya sebentar, masih ingin nikmatin sisa pestanya.”

"Tapi tidak apa-apa, kan, aku pergi dan ninggalin kamu di sini sendirian?" tanyanya make sure. Raut wajahnya agak cemas.

Aku mengangguk. "Aku baik-baik saja,"

Firhan mencium keningku pelan. “Jangan kelamaan ya, nanti kedinginan.”

Lagi, anggukanku tampak. Dia pun melangkah masuk ke rumah, menuju tempat yang entah kemana tadi pria itu menyebutkan. Sejujurnya, aku pun tidak tahu maksud dari pria bernama Sam itu.

Masih asyik duduk sendiri di sudut halaman belakang, memandang para pelayan yang sibuk membereskan sisa pesta. Meja-meja sudah banyak yang kosong, sisa bunga, gelas, dan piring-piring bekas mulai dibersihkan oleh para pelayan. Lampu gantung di atasnya masih menyala, tapi kini sinarnya terasa sepi, sendu. Aku bersedekap, memeluk dirinya sendiri, menikmati angin malam yang lembut sambil tersenyum tipis.

Suara langkah high heels terdengar dari arah samping. Tepat saat aku menoleh, Tante Claudia berdiri di sana dengan ekspresi yang ... Entahlah, wajahnya kenapa datar begitu? Seperti ingin melabrak pelakornya. Aku mengetahui namanya karena saat sore tadi, İstri memberitahu dan memperkenalkan siapa saja nama-nama keluarga mereka.

“Sendirian?” tanyanya datar. “Biasa ya, anak orang biasa ... gak terbiasa di antara orang kelas atas kayak kami.”

Aku hanya diam. Tak ingin membalas, tapi juga tidak mau kalah. Sekilas aku melirik, beberapa pelayan yang tidak jauh dari kami, sejenak menoleh ke arah kami. Namun, hanya sepersekian detik, kemudian kembali dengan aktivitas masing-masing.

Tante Claudia melipat tangan, “Kau tahu, aku masih tidak habis pikir, Firhan bisa jatuh cinta sama kau. Anak yatim piatu, gak jelas asal usul, hidup pun serba pas-pasan. Apa yang dia lihat darimu, Nesya?”

Aku menarik napas pelan.

Sial! Mataku mulai berkaca-kaca.

“Aku … tidak pernah meminta menikah dengan seseorang dari keluarga kaya, Tante,” ucapku lembut, berusaha menahan suaranya agar tetap tenang.

Tapi Tante Claudia malah mendekat, suaranya makin tajam, “Cinta aja tidak cukup, Nesya! Dunia ini tidak semudah dongeng yang kamu khayalkan! Kau pikir semua orang bisa menerima kamu cuma karena kamu sekarang jadi istri Firhan?”

Ucapan itu seperti peluru. Perlahan, tapi pasti, menusuk jantungku. Rasanya sesak sekali.

Aku menunduk. Airmata akhirnya jatuh. Aku akhirnya mengangguk pelan. “Saya tahu, Tante. Tapi saya tidak pernah paksa siapa pun buat terima saya,” lirihku dengan suara nyaris berbisik.

Aku lalu berdiri perlahan, membungkuk sedikit sopan, sebelum berbalik dan berjalan cepat menuju rumah. Air mata mulai jatuh satu per satu dari pipi. Napas gemetar, dada bergemuruh dengan sesak, bahkan tenggorokan terasa tercekat karena menahan rasa sakit dan kesedihan sedari tadi.

Begitu masuk ke rumah, aku melewati para tamu yang masih tersisa, tubuhku terasa berat. Hatiku makin hancur setiap langkahnya menuju kamar. Begitu sampai di kamar, aku menutup pintu, bersandar di baliknya, lalu jatuh perlahan ke lantai.

Pertahananku akhirnya runtuh. Tangisku pecah. Tidak ada suara. Hanya isakan pelan dari seorang wanita yang berusaha keras untuk kuat selama ini, tapi malam ini sedikit patah. Wanita itu berhasil menyadarkanku tentang sebuah kenyataan selama ini hingga membuatku lupa diri. Ya, Tante Claudia, benar. Aku terlalu berbeda untuk ukuran Firhan yang begitu berkilau.

Masih dalam keremangan dan tenang dan terduduk di lantai sambil bersandar di balik pintu. Isak tangisku mulai tak terkontrol. Airmata jatuh tanpa henti di pipi.

Pandangannya lurus ke depan, mematung dengan sorotan tatapan kosong dalam linangan airmata.

Seorang gadis kecil, kurus, dengan rambut berantakan sedang duduk di depan rumah reyot berlantai tanah. Baju sekolahnya lusuh, lututnya kotor. Tapi di tangannya memeluk erat sebuah buku tulis yang warnanya sudah pudar. Dia Nesya kecil yang berusia dua tahun. Saat itu genap dua bulan ayahnya meninggal dunia. Dia tinggal bersama ibunya di rumah yang sebenarnya terbilang rumah yang sudah tidak layak huni. Meski rumah kayu, tapi pondasinya sudah keropos. Belum lagi atap rumah yang di beberapa titik sudah tidak ada hingga jika hujan datang, maka akan membasahi mereka bahkan terkadang banjir. Rumah itu bahkan milik orang yang meminta mereka menyewanya seharga limaratus ribu perbulan.

Ibunya seperti biasa, jarang ada di rumah. Kata tetangganya, ibunya pergi bekerja. Terkadang pulang larut malam saat anak sekecil itu ketiduran menanti ibunya, terkadang pula sang ibu tidak pulang berhari-hari. Nesya bahkan jarang makan dan tidak terurus, hingga biasanya ia menangis dalam kelaparan dan berakhir ketiduran.

Setelah masuk sekolah dasar, dia mulai belajar bantu-bantu orang-orang disekitarnya dan diberi upah untuk jajan, atau bahkan sepiring nasi. Terkadang dia membantu membawakan barang belanjaan orang-orang, terkadang pula menawarkan untuk menyapu halaman rumah tetangganya atau halaman sekolahnya, bahkan membantu untuk menimba air di sumur atau membantu lap sepatu tetangga-tetangganya. Anak sekecil itu, harus berjuang sendirian menjalani takdirnya. Semiris dan se-menyedihkan itu memang.

Saat ibunya meninggal, ketika ia di bangku kelas enam sekolah dasar, ia ingat betul, dirinya sempat tidur di kuburan ibunya selama empat hari karena ia masih tidak rela ibunya pergi secepat itu, walaupun gadis kecil itu terkadang di tinggalkan berhari-hari dengan alasan ibunya bekerja, tapi baginya ibunya adalah dunianya, ibunya yang membuatnya kuat bahkan bisa menahan laparnya. Apapun hal buruk yang pernah dikatakan tetangganya tentang ibunya bahwa sengaja tidak memperdulikannya, tapi bagi Nesya, ibunya adalah malaikatnya dan ia sangat mencintai wanita itu.

Tapi di hari ke sepuluh, Nesya di usir dari rumah reyotnya. Ia tinggal di jalan, untungnya ada seorang pria paruh baya yang mengizinkannya tidur di bengkel miliknya—berhubung bengkel itu kosong saat malam dan hanya beroperasi hingga sore hari. Dan saat pagi hari, dia harus pergi dari bengkel itu—begitu seterusnya dan itu cukup berlangsung lama hingga ia masuk di bangku SMA.

Suara kecilnya terdengar saat gadis yang baru duduk di bangku SMP itu menjadi tukang ojek payung dalam rinai hujan yang berjatuhan deras. "Kalau aku rajin belajar ... kalau aku kerja keras ... mungkin suatu hari aku bisa punya hidup yang lebih baik. Aku janji, Bunda, Ayah. Nesya tidak akan menyerah walaupun sekarang sendirian."

Kilatan ingatan muncul silih berganti. Nesya kecil mengantar kue buatan tetangganya ke rumah-rumah demi uang jajan, mencuci baju di rumah orang demi bisa beli buku pelajaran. Nesya menunggu di luar warnet sambil catat buku milik temannya karena di keluarkan dari kelas akibat tidak membayar uang sekolah. Nesya berdiri lama di halte sambil bawa map cokelat berisi surat beasiswa. Lalu flashback terakhir ia berdiri sendirian di depan gedung universitas, memandangi kampus dengan mata berkaca-kaca, penuh harapan dan akhirnya diterima di universitas itu.

...* * * *...

1
**plyrc.ai(Junho wifey):v**@❤️
ayo semangat!!
**plyrc.ai(Junho wifey):v**@❤️
shhh udah biarin ajah!
Moira Ninochka Margo: biarin apa kak? biarin abisin duitnya?haha
total 1 replies
Drezzlle
semangat menulis, nanti aku mampir lagi
Drezzlle
mampir nih
**plyrc.ai(Junho wifey):v**@❤️
lanjutt!! aku tungguin Thor! hihi:)
**plyrc.ai(Junho wifey):v**@❤️
lanjut!!! aku penasaran loh:)
**plyrc.ai(Junho wifey):v**@❤️
ihh lanjut oke?
aku mau tau kelanjutannya!:?
iqbal nasution
lanjut
Moira Ninochka Margo: siaaap
total 1 replies
Drezzlle
hadiah bunga untukmu /Wilt/
Moira Ninochka Margo: aww makasih
total 1 replies
**plyrc.ai(Junho wifey):v**@❤️
ihhh seru!!!
mampir juga yuk ke karya ku:)
iqbal nasution
lanjut
Drezzlle
mampir juga ya ke novelku
Drezzlle
romantis banget
Drezzlle
bagus ceritanya
tasha angin
Gak sabar nunggu kelanjutannya!
Moira Ninochka Margo: halo kak, makasih udah baca, udah di up ya sampai bab 10
total 1 replies
Sky blue
Salah satu cerita terbaik yang pernah aku baca, mantap!
Moira Ninochka Margo: halo, makasih udah mampir dan support. Moga betah, hehe
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!