NovelToon NovelToon
CEO DINGIN

CEO DINGIN

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Kaya Raya / Keluarga / Romansa / Dendam Kesumat / Pembantu
Popularitas:8.1k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Arlena, gadis muda yang dipaksa menikah oleh keluarganya.
Arlena menolak dan keluarganya langsung mengusir Arlena
Arlena akhirnya memutuskan untuk meninggalkan rumah demi mencari arti kebebasan dan harga dirinya.
Dikhianati dan dibenci oleh orang tuanya serta dua kakak laki-lakinya, Arlena tak punya siapa pun... sampai takdir membawanya ke pelukan Aldric Hartanto — seorang CEO muda, sukses, dan dikenal berhati dingin.

Ketika Aldric menawarkan pekerjaan sebagai pelayan pribadinya, Arlena mengira hidupnya akan semakin sulit. Tapi siapa sangka, di balik sikap dingin dan ketegasannya, Aldric perlahan menunjukkan sisi yang berbeda — sisi yang membuat hati Arlena berdebar, dan juga... takut jatuh cinta.

Namun cinta tak pernah mudah. Rahasia masa lalu, luka yang belum sembuh, dan status yang berbeda menjadi tembok besar yang menghalangi mereka. Mampukah cinta menghangatkan hati yang membeku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Raka dengan tenang berdiri di sudut dan berpura-pura membeli roti sambil mengawasi gerak-gerik Ryan, Dimas, dan orang tua mereka yang tampak gugup mendekat ke area check-in.

Begitu mereka sudah cukup dekat, Raka segera berteriak.

"Angkat tangan kalian!"

Ryan spontan mencoba kabur, tapi langkahnya terhenti ketika timah panas dilepaskan mengenai kaki kanannya.

Ia langsung terjatuh menahan sakit. Polisi lainnya langsung bergerak mengamankan semua.

Situasi menjadi kacau dan Raka tetap sigap mengendalikan keadaan demi memastikan keluarga Arlena tidak lolos lagi.

“Kalian mau ke mana?!” teriak Raka tegas sambil menatap tajam ke arah Ryan, Dimas, dan orang tua mereka yang tengah kebingungan.

Tanpa menunggu lama, Raka berteriak ke polisi yang sudah siap di belakangnya.

“Bawa mereka ke penjara sekarang juga! Jangan beri mereka kesempatan kabur!”

Polisi sigap mengamankan ketiganya, memborgol tangan mereka, dan langsung mengawal menuju mobil tahanan.

Tak ada lagi jalan bagi keluarga itu untuk menghindar. Raka merasa lega, setidaknya ini satu langkah besar demi keselamatan Arlena.

Raka segera mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan singkat kepada Aldric

“Misi selesai. Keluarga Arlena sudah diamankan.”

Di tempat lain, Aldric menerima pesan itu langsung tersenyum npuas mengembang di wajahnya.

Akhirnya sebagian besar masalah mulai menemukan titik terang.

Ia merasa lega dan makin yakin bisa menjaga Arlena dengan lebih baik ke depan.

Tiga hari setelah kejadian yang melelahkan itu, dokter akhirnya memberikan izin kepada Arlena untuk pulang.

Kondisinya memang sudah jauh membaik, walau masih harus terus dipantau.

Dengan perasaan campur aduk antara lega dan cemas, Aldric menjemput Arlena dari rumah sakit.

Namun sebelum kembali ke rumah, Aldric memutuskan untuk membawa Arlena ke sebuah hotel mewah di pusat kota.

Dia ingin memberikan waktu sejenak bagi Arlena untuk beristirahat dan memulihkan diri dari trauma yang baru saja dialaminya, jauh dari hiruk-pikuk rumah dan kenangan yang menyakitkan.

Tanpa memberitahukan kepada Arlena, Aldric sudah mengatur agar kedua orang tua kandungnya, Tuan Maxim dan Nyonya Alena, juga berada di hotel tersebut.

Ia tahu betapa pentingnya momen ini untuk mempertemukan mereka secara perlahan, tapi ia ingin melakukannya dengan cara yang tepat dan pada waktu yang tepat.

Di perjalanan menuju hotel, Aldric duduk di samping Arlena dan sesekali melemparkan senyum penuh harap padanya.

Arlena yang masih lemah dan sedikit bingung, hanya mengangguk dan mencoba tersenyum kembali, walaupun hatinya penuh tanya.

Ia belum tahu bahwa orang-orang yang selama ini ia cari dan rindukan justru sudah dekat, menunggu untuk menyambutnya dengan pelukan hangat.

Sesampainya di hotel, Aldric membimbing Arlena masuk ke kamar yang telah disiapkan dengan penuh perhatian.

Ia ingin memberikan rasa aman, sekaligus ruang bagi Arlena untuk menata kembali hidupnya, sebelum akhirnya menghadapi kenyataan besar yang akan datang.

Aldric tahu perjalanan mereka masih panjang, tapi untuk sekarang yang terpenting adalah memberi Arlena waktu untuk sembuh dan merasakan bahwa ia tidak sendirian.

Tok tok tok...

Dena membuka pintu dan mempersilahkan aldric dan arlena masuk ke dalam kamar hotel.

“Arlena, ada yang ingin aku perkenalkan,” ucap Aldric dengan suara hangat penuh harap.

“Mereka adalah kedua orang tua kamu.”

Di ambang pintu, berdiri sosok Tuan Maxim dan Nyonya Alena, wajah mereka penuh haru dan harapan.

Mata mereka menatap Arlena dengan campuran kebahagiaan dan penyesalan tak percaya akhirnya bisa bertemu lagi dengan putri yang hilang selama ini.

Arlena terpaku, jantungnya berdebar kencang. Perlahan air mata mengalir di pipinya, membasahi wajah yang selama ini penuh luka.

Suasana hening sejenak, sebelum akhirnya Aldric menutup pintu di belakang mereka, membiarkan reuni penuh kehangatan itu dimulai.

Di sana, di kamar hotel yang nyaman itu, cerita lama mulai terurai, dan harapan baru mulai tumbuh.

“Papa... Mama...”

Tangisan Arlena pecah begitu mendengar suara yang selama ini hanya ia impikan.

Air matanya tumpah deras, melepaskan semua penat dan luka yang selama ini terpendam dalam hatinya.

Ia berlari ke pelukan kedua orang tua yang selama ini dicari, merasakan kehangatan yang telah lama hilang.

Tuan Maxim dan Nyonya Alena memeluknya erat, menahan air mata bahagia yang sama.

Mereka tak pernah menyangka bisa kembali bersama putri tercinta setelah begitu lama terpisah.

Momen itu penuh dengan keharuan, membawa harapan baru untuk masa depan yang lebih baik bagi Arlena.

Aldric yang berdiri di samping, tak kuasa menahan haru yang membanjiri dadanya.

Air matanya mengalir pelan, menyaksikan pertemuan penuh kehangatan itu.

Selama ini ia berjuang keras untuk melindungi Arlena, dan melihatnya akhirnya bisa bertemu dengan orang tua kandungnya membuat segala lelah dan perjuangannya terasa begitu berarti.

Dalam diam Aldric berjanji akan selalu ada di sisi Arlena untuk mendukung dan menjaga kebahagiaannya.

Momen itu bukan hanya kemenangan bagi Arlena, tapi juga bagi dirinya dimana sebuah awal baru yang penuh harapan dan cinta.

Aldric tersenyum lembut sambil mengusap air matanya yang mulai menetes, kemudian dengan suara hangat dan penuh perhatian ia berkata."

"Aku pamit dulu ya, kalian nikmati waktu bersama, ngobrol dan saling mengenal lebih dekat. Aku tahu momen ini sangat berarti buat kalian semua."

Setelah itu Aldric perlahan meninggalkan ruangan, memberi ruang agar Arlena dan kedua orang tuanya bisa berbagi cerita dan melepas rindu tanpa gangguan, sambil tetap menjaga perasaan bahagia yang mulai tumbuh di antara mereka.

Papa mengusap lembut kepala Arlena, suaranya bergetar penuh penyesalan.

“Nak, Papa dan Mama sangat menyesal karena selama ini tidak bisa ada di sisimu. Kami sudah berusaha sekuat tenaga mencarimu, tapi keadaan selalu sulit.”

Arlena memeluk papanya lebih erat, air matanya mengalir deras, campuran antara rindu, kesedihan, dan harapan yang selama ini terpendam akhirnya bisa keluar.

Mereka berdiri dalam pelukan hangat, seolah ingin menyembuhkan luka lama yang selama ini membuat hati mereka terpisah.

Mama menatap lekat-lekat wajah Arlena, matanya berkaca-kaca saat ia menyentuh pipi putrinya dengan lembut.

“Kau begitu mirip dengan Papa-mu saat muda…” ucapnya lirih.

Pandangannya tertuju pada mata Arlena ke mata yang selama ini ia rindukan, mata yang sama persis dengan milik Tuan Maxim penuh keteguhan dan kelembutan dalam satu waktu.

“Setiap kali aku menatap mata ini, rasanya seperti kembali melihat masa lalu, saat kamu masih bayi dalam pelukanku.” Suaranya bergetar.

“Kami kehilanganmu, tapi kini Tuhan mengembalikan mu ke pelukan kami.”

Arlena tak kuasa menahan tangisnya lagi, ia menggenggam tangan ibunya, hangat dan nyata.

Sebuah momen yang seakan menghapus seluruh penderitaan yang pernah ia alami.

“Sekarang kita makan siang, ya,” ucap Papa Maxim sambil tersenyum hangat.

“Papa sudah pesan agar pelayan hotel mengantarkan makanan ke sini. Ada salad, sup hangat, dan tentu saja… pizza.”

“Pizza?” tanyanya pelan, hampir tak percaya.

“Iya,” jawab papanya sambil tertawa kecil.

“Kamu suka, kan?”

“Iya, Pa. Aku suka sekali.”

Mama Alena tersenyum haru sambil memperhatikan ekspresi bahagia putrinya.

“Persis seperti kamu, Pa… Dulu kamu bisa makan satu loyang pizza sendiri waktu masih muda,” ucapnya sambil tertawa membuat suasana makan siang menjadi hangat dan penuh tawa lembut.

Arlena hanya bisa tersenyum lebar untuk pertama kalinya, ia merasakan momen keluarga yang utuh dan tulus.

1
Rohana Omar
up la 1 atu 2 bab baru hati nak bacanya....ni up 1 bab lepas tu tercari2 bab seterusnya......
Kadek Bella
lanjut thoor
my name is pho: siap kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!