Dia baik, dia setia, dia cantik, dia pintar, namun ... karena keadaan ekonomi yang rendah dan belum memiliki pekerjaan tetap membuat nya diremehkan dan dihinakan oleh orang-orang yang di percaya selama ini. Orang-orang yang sangat di sayangi dan di kasihi selama ini ternyata tega mengkhianati dari belakang.
Jemima namanya. Dia sangat terluka atas pengkhianatan yang dilakukan kekasih dan sahabatnya, lalu bagaimana sebenarnya kisah ini terjadi?
Yuk ikuti terus kisah Jemima, insyaAllah happy ending.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 01Khaira Lubna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alexa Marah
"Aku takut," lirih Jemima begitu gugup.
Kini ia dan sang calon suami sudah berada di depan perusahaan bertingkat yang berdiri kokoh. Jemima mendongak menatap megahnya perusahaan milik sang calon suami.
Jemima takut membuat Dixon malu, dia sadar siapa lah dirinya. Hanya seorang gadis kampung tamatan SMA.
Padahal Dixon begitu bangga bisa membawa Jemima ke perusahaan, ia bangga bisa menggandeng wanita cantik nan baik hati itu. Tak peduli dari mana asal usul Jemima, yang jelas Dixon merasa nyaman dan mencintai nya.
Penampilan Jemima terlihat begitu elegan, tubuh langsing nya dibaluti dress berwarna abu tua yang begitu pas, senada dengan stelan jas yang membaluti tubuh tegap Dixon.
Rambut nya yang hitam lebat di tata rapi oleh penata rambut handal pun wajah cantiknya dipoles make up tipis oleh kang make up bayaran Dixon.
Dixon selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk Jemima, apapun akan ia lakukan agar sang kekasih bahagia. Karena tahu jiwa minder Jemima begitu tinggi, makanya Dixon sengaja membayar orang orang untuk membantu membuat penampilan Jemima terlihat lebih menyala agar Jemima lebih percaya diri.
Sebenernya Dixon tak pernah masalah mau seperti apa penampilan Jemima, karena ia mencintai Jemima apa adanya.
Karena tanpa make up, Jemima sudah terlihat cantik, apalagi kalau di make up, waw Dixon sampai pangling, ia tidak menyangka kecantikan Jemima jadi bertambah berkali-kali lipat.
Mereka lalu berjalan memasuki perusahaan, Jemima terus menggandeng tangan Dixon, seakan ia takut Dixon meninggalkan nya.
Beberapa para bodyguard mengawal langkah mereka dari belakang.
Saat sudah memasuki perusahaan, para karyawan menunduk penuh hormat begitu melihat sang CEO datang. Dixon dengan pembawaan nya yang cool dan dingin sementara Jemima terus memasang senyuman ramah kepada semua orang.
"Hai,"
"Hallo,"
"Selamat pagi semuanya,"
Sapa Jemima menganggap semua orang setara dengannya, menganggap semua orang adalah temannya.
Susah payah Dixon menahan senyum, ia tidak ingin menampakkan senyuman nya barang secuil pada para karyawan, bagaimana pun juga ia harus tetap mempertahankan wibawa nya sebagai seorang atasan.
Dixon membawa Jemima ke ruang kerjanya, begitu sampai di dalam ruangan itu, lagi lagi Jemima menatap takjub, tatapannya tertuju keseluruhan area ruangan.
Jemima di minta duduk di kursi kebesaran Dixon, awalnya Jemima tidak mau tapi karena Dixon sedikit memaksa akhirnya Jemima manut saja.
"Kamu tunggu di sini ya Sayang. Duduk yang anteng sebentar. Aku mau keluar dulu," ucap Dixon.
"Kamu mau ke mana?" tanya Jemima menarik tangan Dixon. Ia takut Dixon meninggalkan nya. Ini kali pertamanya ia menginjakkan kaki di Jakarta makanya ia sangat takut Dixon meninggalkan nya karena Jemima sama sekali tidak tahu seluk beluk ibukota. Apalagi seluk beluk perusahaan sang kekasih, apa yang ia tau.
"Aku tidak akan meninggalkan mu. Tenanglah Sayang," ucap Dixon lembut mengulas senyum.
Jemima mengangguk.
Dixon meminta dua orang bodyguard menjaga Jemima di depan ruangan nya. Setelah itu Dixon pergi ke Aula Perusahaan, lalu ia membuat pengumuman.
"Kepada seluruh para karyawan perusahaan serta para petinggi perusahaan diharapkan segera berkumpul di Aula Perusahaan sekarang juga!" serunya tiga kali berturut-turut.
Setelah itu Dixon kembali ke ruangannya, ia menghampiri Jemima lalu meminta Jemima ikut dengannya ke Aula perusahaan.
Dixon akan segera memperkenalkan Jemima kepada seluruh para karyawan serta para petinggi perusahaan.
Dia akan mengatakan bahwa dia akan segera menikah. Dia akan segera mengakhiri masa lajangnya.
Di sebuah ruangan.
"Kira kira ada apa ya? Kenapa Pak Dixon mendadak meminta orang orang berkumpul di Aula?" batin Rakha. Ia yang awalnya sudah mulai memeriksa pekerjaan nya, akhirnya mengurungkan niatnya, ia lalu berjalan ke Aula perusahaan dengan langkah kaki lebar serta dengan perasaan penasaran.
***
Di tempat berbeda.
"Oh .... Jadi ini orang kampung yang di tampung Dixon di rumahnya? Bagus ya kalian, bisa santai santai di rumah Dixon. Aku mau tanya pelet apa yang anak kalian gunakan sehingga bisa membuat seorang Dixon kepincut sama anak orang kampung!" teriak Alexa dengan wajah merah menatap Pak Hasan dan Bu Sekar. Awalnya Bu Sekar dan Pak Hasan tengah menonton televisi diruang keluarga yang luas, tiba tiba Alexa datang lalu langsung mematikan televisi. Hal itu sontak saja membuat Pak Hasan dan Bu Sekar merasa kaget dan terheran karena mereka tidak kenal siapa Alexa. Mereka tidak kenal pada wanita yang datang lalu langsung marah marah tidak jelas.
''Anak kami tidak memakai pelet apapun, tolong jaga omongan anda!" balas Pak Hasan marah. Pak Hasan sangat tidak terima anaknya di fitnah sembarang.
"Hahaha maling mana ada yang ngaku! Gimana rasanya tinggal di rumah mewah? Gimana rasanya jadi orang kaya? Enak?!" ucap Alexa merendahkan orangtua Jemima.
"Kamu ini siapa? Datang datang kok langsung marah marah gak jelas," tanya Bu Sekar.
"Mau tahu aku ini siapa? Perkenalkan aku adalah istrinya Tuan Everardo atau yang lebih tepatnya aku adalah Mama tiri Dixon," ucap Alexa dengan begitu bangga, ia berkacak pinggang seolah ingin menunjukkan kalau ia lebih punya kuasa di rumah Dixon.
"Oh ... Mama tiri!'' lirih Bu Sekar.
"Kenapa?" tanya Alexa dengan wajah semakin memerah.
"Pantes galak, ternyata Ibu tiri," kali ini Pak Hasan yang berucap.
Mendengar itu emosi Alexa semakin bertambah, ia merasa orang tua di depannya sengaja meremehkan nya.
Beberapa orang pelayan yang tadinya menatap khawatir, lalu tersenyum kecil mendengar celotehan Pak Hasan dan Bu Sekar.
"Ternyata mereka tidak sepolos yang kita pikir, mereka ternyata bisa menghadapi Nenek Lampir," lirih pelayan tertua di rumah itu.
Meskipun begitu Bi Rahmi tetap mengirimkan pesan kepada Dixon, ia mengatakan bahwa Alexa datang membuat keributan di rumah dengan memarahi orangtua Jemima.
Bersambung.
tunggu karmamu
Sabar ya Dixon puasa tujuh hari aje 🥰🥰🥰🥰🥰
Alhamdulillah 🤲🤲🤲🤲🤲
♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️