NovelToon NovelToon
Pernikahan Status

Pernikahan Status

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Juwita Simangunsong

Enam bulan pernikahan yang terlihat bahagia ternyata tak menjamin kebahagiaan itu abadi. Anya merasa sudah memenangkan hati Adipati sepenuhnya, namun satu kiriman video menghancurkan semua kepercayaannya. Tanpa memberi ruang penjelasan, Anya memilih pergi... menghilang dari dunia Adipati, membawa serta rahasia besar dalam kandungannya.

Lima tahun berlalu. Anya kini hidup sebagai single mom di desa kecil, membesarkan putranya dan menjalankan usaha kue sederhana. Namun takdir membawanya kembali ke kota, menghadapi masa lalu yang belum selesai. Dalam sebuah acara penghargaan bergengsi, dia kembali bertemu Adipati—pria yang masih menyimpan luka dan tanya.

Adipati tak pernah menikah lagi, dan pertemuan itu membuatnya yakin: Anya adalah bagian dari hidup yang ingin ia perjuangkan kembali. Namun Anya tak ingin kembali terjebak dalam luka lama, apalagi jika Adipati masih menyimpan rahasia yang belum terjawab.

Akankah cinta mereka menemukan jalannya kembali? Atau justru masa lalu kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juwita Simangunsong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Malam hari dirumah Adipati jam sebelas malam.

Hujan rintik masih terdengar menempel di jendela kaca besar apartemen. Lampu ruang tamu redup. Suasana sepi. Tak ada televisi menyala. Hanya suara jam dinding berdetak pelan.

Adipati duduk di sofa, masih mengenakan kemeja yang tadi dipakainya menjemput Alvino. Tangannya memegang boneka kecil berwarna biru boneka lama milik Alvino yang pernah tertinggal di mobilnya.

Ia menatap boneka itu lama, lalu meletakkannya pelan di atas meja. Napasnya berat.

Adipati berbicara sendiri, suara pelan dan terputus-putus“Aku tahu... ini nggak akan gampang. Tapi kenapa rasanya... lebih sulit dari semua masalah perusahaan yang pernah aku hadapi?”

Ia memejamkan mata sejenak. Menghela napas dalam.

Adipati dengan suara serak berkata “Anya... kamu tahu nggak... aku tidur tiap malam sekarang cuma dengan satu harapan. Bisa bangun, dan dengar suara kamu... marahin aku karena telat bangunin Alvino. Atau cuma... bilang ‘selamat pagi, mas’. Sesederhana itu istri ku.”

Ia bangkit, berjalan pelan ke jendela. Menatap kelamnya kota di bawah cahaya temaram.

Adipati suara mengeras sedikit“Kamu boleh nggak percaya. Tapi aku nggak akan berhenti. Karena untuk pertama kalinya dalam hidupku... aku nggak nyari maaf. Aku nyari kesempatan buat beneran layak buat dicintai.”

Ia menyeka matanya, lalu tersenyum samar meski pahit.

Adipati dengan penuh rasa penyesalan berkata lagi“Dan kalau aku harus bangun setiap hari demi nganterin anak aku sekolah pakai motor... aku akan lakukan. Bahkan kalau aku harus jalan kaki. Karena kamu dan Alvino... lebih dari cukup jadi tujuan hidupku sekarang.”

***

Sementara di rumah orang tua Anya Ruang keluarga.

Gerimis membasahi halaman depan. Suara tetesan hujan masih terdengar jelas dari atap. Di dalam rumah, kehangatan menyelimuti ruang keluarga. Anya duduk di sofa dengan selimut tipis di pangkuannya. Mama Anya duduk merajut sambil sesekali menatap anak perempuannya. Papa Anya membaca koran tapi telinganya jelas ikut mendengarkan. Andre, sahabat Anya, duduk di sofa sambil menyeruput teh hangat.

Mama Anya melirik Anya, lembut "Kamu kelihatan kepikiran, Anya? Dari tadi cuma mandang kosong?"

Andre menoleh;ke arah Anya "Biasanya kalau kamu gini, ada yang lagi numpuk di kepala, ya?"

Anya menarik napas pelan, mengangguk "Mas Pati akhir-akhir ini sering ke rumah. Jemput Alvino, bantuin ngerjain PR, bahkan pernah masak bareng di dapur."

Papa Anya masih dengan nada tenang, tanpa menatap. "Lalu kamu bingung dia datang sebagai ayah, atau kamu mau dia datang untuk hal yang lebih?"

Anya lirih dan berkata "Aku tahu dia berusaha jadi ayah yang hadir buat Alvino. Tapi aku juga ngerasa... dia mulai mendekati aku lagi."

Andre langsung berkata "Dan kamu mulai goyah?"

Anya menunduk, pelan "Aku pikir aku mulai bisa percaya lagi dan seperti kata Papa aku juga ingin dia datang dengan tujuan lebih seperti yang pernah dia katakan... Tapi kemarin, aku lihat dia. Di kafe dan dia bersama Bram."

Suasana mendadak hening. Mama menghentikan gerakan tangannya. Andre menatap Anya dengan kaget.

Mama Anya "Bram? Yang dulu pernah..."

Anya mengangguk cepat "Iya. Mereka duduk berdua. Ngobrol. Tertawa kecil. Bukan adegan mesra, tapi... tatapan itu... masih sama. Tatapan yang pernah aku lihat dulu... sebelum semuanya hancur."

Papa Anya berbicara pelan tapi mantap "Jadi kamu ragu, apakah dia benar-benar berubah?"

Anya mata mulai berkaca-kaca "Aku takut semuanya cuma pengulangan. Aku takut buka hati lagi, lalu dikhianati dengan cara yang sama. Aku tahu semua orang bisa berubah. Tapi... aku juga tahu, cinta itu nggak cukup kalau dia masih belum selesai dengan masa lalunya."

Andre dengan tatapan dan nada serius "Kamu pernah terluka terlalu dalam, Nya. Aku paham. Tapi Adipati yang sekarang, kamu lihat perubahannya sendiri kan?"

"Iya, dia lebih dewasa. Lebih perhatian ke Alvino. Tapi... satu pertemuan itu bikin semua rasa percaya yang baru tumbuh langsung tumbang. Aku nggak mau Alvino tumbuh dalam kebingungan, apalagi kehilangan kalau aku salah langkah lagi." ucap Anya pada Andre yang memang sekarang sudah mendukung agar Anya dan Adipati bisa bersama lagi.

Mama melepas napas pelan "Nak, kamu berhak melindungi hati kamu. Tapi jangan sampai kamu menghukum orang hanya karena kamu takut terluka. Kalau kamu ingin tahu kebenaran, tanyakan langsung. Jangan menyiksa diri dengan asumsi."

Anya berbisik "Kalau ternyata dia masih belum yakin pada dirinya sendiri... aku nggak sanggup, Ma."

Papa Anya kembali berkata "Kamu tidak harus membuat keputusan sekarang. Tapi kamu juga tidak bisa terus menggantung diri dan perasaan Alvino. Pelan-pelan... buka ruang untuk kebenaran. Bukan hanya untuk dia. Tapi untuk kamu sendiri juga."

Andre pelan, menyentuh tangan Anya "Aku nggak akan nyuruh kamu langsung maafin, apalagi kembali. Tapi kalau kamu masih peduli... kamu perlu tahu dia berdiri di sisi mana sekarang."

Anya menunduk, air matanya jatuh diam-diam "Aku cuma ingin tenang... tapi kenapa hatiku makin ribut tiap kali dia datang?"

***

Minggu pagi suasana santai, suasana rumah hangat dengan aroma nasi goreng dan teh manis.

Di atas meja makan, sepiring nasi goreng buatan Mama Anya masih mengepul. Anya duduk memandangi layar ponselnya yang kosong dari notifikasi. Biasanya, di jam seperti ini, ada pesan dari Adipati yang menanyakan apakah Alvino sudah sarapan atau sekadar mengirim emoticon lucu. Tapi sudah hampir seminggu ini... tidak ada apa-apa. Hening.

Mama berjalan sambil membawa piring, menyajikan irisan mentimun dan telur ceplok. Papa duduk santai di kursi dengan koran yang sudah terlipat di sebelahnya. Dia menyeruput teh manis sambil mencuri pandang ke arah Anya yang tampak melamun.

Mama setengah menyindir, suara dibuat manja-manja "Yah... anak perempuan Mama kenapa jadi kayak putri duyung di karang? Melamun terus..."

Anya tersentak kecil, tersenyum hambar "Nggak, Ma. Cuma kepikiran aja..."

Papa Anya ikut nyengir, menaruh cangkir teh "Pikiran itu datang kalau hati lagi kosong. Hati kosong itu biasanya karena kehilangan sesuatu. Atau seseorang..."

Anya mencoba tertawa, tapi canggung "Apa sih, Pa... Aku baik-baik aja kok..."

Mama menarik kursi dan duduk, langsung menatap Anya dalam-dalam "Kamu persis kayak lagu dangdut, Anya..."

Anya bingung, mengerutkan alis "Hah? Lagu dangdut? Kok gitu, Ma?"

Mama mulai bersenandung pelan "Setelah tiada... baru terasa... karena kehadirannya... sungguh bermakna..." lalu tertawa kecil. "Yaa kayak gitu deh kamu sekarang."

Papa Anya menimpali sambil terkekeh "Yang kemarin dikejar malah jutek, sekarang pas nggak dikejar, malah kehilangan. Bener kata Mama, kamu lagi jadi tokoh utama di lagu dangdut."

Anya menunduk sambil menahan senyum, wajahnya memerah "Ihhh... Papa... Mama... selalu aja godain aku..."

Mama lembut, menepuk tangan Anya "Serius lho, Nak. Dulu nak Adipati tiap hari datang untuk, kamu datar aja. Sekarang pas dia udah nggak datang lagi, kamu malah sering bengong. Itu artinya... kamu ngerasa kehilangan, ya kan?"

Anya pelan, jujur "Aku cuma... ngerasa sepi. Aneh aja... Biasanya dia selalu ada, ngasih kabar, bawain sesuatu buat Alvino, kadang juga... buat aku. Tapi sekarang, nggak ada. Hening banget..."

Papa Anya berkata bijak tapi tetap santai "Kadang, kehilangan bukan soal ditinggal pergi. Tapi ketika seseorang berhenti berusaha... dan kita baru sadar, ternyata dia berarti."

Mama Anya "Dan mungkin, dia berhenti bukan karena dia nyerah... Tapi karena dia menghormati pilihan kamu."

Anya menunduk, suara bergetar "Kalau dia benar-benar pergi selamanya... aku nggak tahu, Ma, Pa... kenapa rasanya sesak banget..."

Papa Anya tersenyum lembut "Berarti kamu sayang. Itu aja jawabannya."

Mama menatap lembut "Kalau memang masih ada rasa... jangan tunggu sampai semuanya terlambat. Kadang perempuan juga boleh melangkah duluan."

Anya tersenyum tipis, pelan "Aku bingung... Tapi aku tahu satu hal. Kehilangan ini... bukan perasaan biasa. Lagian gengsi ahh kalau aku yang mulai."

Andre tiba-tiba masuk dari pintu dapur sambil membawa roti "Wah, wah... drama sinetron pagi-pagi udah mulai. Judulnya 'Saat Ditinggal, Baru Terasa'."

Anya melempar bantal kecil ke Andre, tertawa "Dasar kamu! Ikut-ikutan Papa Mama saja!"

Papa dan Mama Anya kompak tertawa "Namanya juga kami sayang kamu, Nak..."

1
kalea rizuky
gay itu susah sembuh. percayalah
kalea rizuky
sekali menjijikan ttep menjijikan
kalea rizuky
Q aja jijik liat pati mending cari yg normal aja anya kasian Vino nanti tau bapak nya gay dlu dih itu mental anak bisa drop
kalea rizuky
laki menjijikan kek qm g pantes jd ayah tau dih najis penyakit bgt takut anya kena hiv
kalea rizuky
anya g jijik
kalea rizuky
lavender marriage jahat bgt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!