"Apa yang mereka lihat itu tidak benar. Aku tidak melakukan apapun dengan dia di kamar hotel itu. Mereka salah sangka, aku tidak ingin menikah dengannya!"
Pernikahan bahagia dengan pasangan yang dicintai adalah sesuatu yang diimpikan setiap manusia begitu juga Bianca, tetapi impian itu kandas setelah dia terjebak di sebuah pernikahan yang tidak dia inginkan.
Menikah dengan pengusaha kaya, tetapi melalui sebuah peristiwa yang tidak sengaja, terekspos media mereka tidur berdua di kamar hotel.
Entah mereka akan dapat saling mencintai atau malah berpisah di meja pengadilan, hati memang tidak bisa diperkirakan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudhi Nita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bianca Sakit
Bianca merasa sedikit menyesal membuat Susan menjadi sedikit bar-bar, tapi dia juga kesal melihat gadis polos, lembut dan baik hati itu disakiti oleh kekasih dan sahabatnya sendiri.
Mereka menunggu Felix di pinggir jalan. Mobil Felix datang setelah setengah jam mereka menunggu, karena memang mereka berpesan padanya untuk pulang pukul 19.00 petang.
Bianca segera membuka maskernya lalu melahap cilok pedas level tinggi, sedari tadi mulutnya menahan untuk makan benda kenyal menggemaskan untuk dikunyah itu, apalagi bumbu merahnya yang menawan. Bibir Bianca serasa tebakar memakannya, tapi tidak membuatnya kapok.
"Mau?" tawar Bianca pada Susan.
Susan menggeleng, "Aku kenyang, Kak. Makasih."
Felix meliriknya dari kaca spion depan.
Isi cabainya begitu banyak, Nona makan sambal bumbu cilok, bukan cilok bumbu sambal.
Petang itu ada rasa puas di hati Susan, meski pun hatinya sakit. Namun, dia sedikit memuji dirinya sendiri karena telah berani melakukan hal itu. Dia merasa beruntung ada Kak Bianca yang mampu membesarkan hatinya, bukan hanya terpuruk pada kesedihan. Ya, Susan bertekad untuk belajar giat agar sukses dan menemukan seorang lelaki terbaik untuknya. Dia akan membuat Dion merasa menyesal.
Mobil itu melaju cepat melintasi jalanan lengang di kota, lalu memasuki kawasan elite tempat rumah megah Tuan Key berdiri. Felix membukakan pintu untuk kedua nonanya.
Bianca merasa sangat kenyang hingga dia melewatkan makan malam. Betapa tidak, dia menghabiskan seplastik cilok pedas, seporsi batagor dan sebuah waffle sebagai penutupnya. Beragam keripik pedas masih utuh di kantong plastik yang dia pegang. Lidahnya masih ingin mengunyah, tapi apalah daya perutnya tidak mampu untuk menerima makanan lagi.
Key sedang berdiri di ruang atas ketika Bianca naik, "Sudah puas?"
Bianca mengangguk senang. Ingin rasanya dia memeluk pria tampan itu, untuk berterima kasih, tapi dia tidak berani. Bisa-bisa tuan muda itu mandi lagi.
Gadis itu segera mandi untuk menyegarkan tubuhnya. Aroma rose yang mewah dari sabun yang dibelikan pelayan membuatnya merasa sangat nyaman.
Tiba-tiba perutnya melilit berontak ingin ke toilet. Gadis itu segera berbalik ke toilet di balik kamar mandi.
"Hufft .... Kenapa ya, perutku?" Gadis itu memegangi perutnya yang sakit, membuat semakin memeras peluh.
Satu jam dia berada di toilet, hingga panggilan Key tidak dia dengar. Setelah agak reda, dia menyudahi acara buang airnya. Bianca keluar dari toilet dengan wajah meringis.
Pria itu kesal karena Bianca tidak mengindahkan panggilan. Namun diurungkan niatnya untuk marah karena dia melihat gadis itu meringis memegang perut keluar dari kamar mandi.
"Kenapa?" tanya Key.
"Sakit perut," ujar gadis itu masih memegang perut bagian bawahnya. Dia duduk di sofa sambil bersandar dan mendesis kesakitan.
Sepertinya benar-benar sakit gadis ini!
"Felix, panggilkan dokter!" teriaknya. Pria yang sedang akan bersiap pulang itu tersentak. Lalu, segera menelepon dokter Gerry.
"Sudah, Tuan. Dokter Gerry akan segera kesini."
Key tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia memanggil pelayan perempuan untuk membantu Bianca.
"Pelayan, kamu papah dia untuk berbaring di tempat tidur. Dia sakit perut, beri dia sesuatu untuk meringankannya."
"Baik, Tuan." Dua orang pelayan memapah Bianca untuk berbaring. Bianca menurut saja karena sakit yang tak tertahankan.
"Makan apa dia Felix?" tanya Key.
"Nona makan pedas tadi, Tuan Muda."
"Seberapa pedas?"
Apa aku tahu rasanya? Ditawari saja tidak!
"Pedas sekali, sepertinya mulut Nona sampai terbakar." Felix menjawab dengan ilmu kira-kira melihat Nonanya tadi makan di mobil.
"Terbakar??" Key menengok ke arah Bianca.
Tuan muda ini pernah sekolah tetapi kenapa tidak mengerti arti kiasan?
"Merasa kepedasan, Tuan."
Dokter Gerry sudah tiba di depan pintu, diantar oleh seorang pelayan. Dia meminta ijin pada Tuan Key untuk memeriksa gadis yang sedang merintih itu.
Key menunggu dokter Gerry memeriksa Bianca dengan terdiam.
Kenapa Tuan Muda seperti itu? Tidak biasanya dia merasa cemas sedikit pun.
"Nona hanya kebanyakan makan sambal, dia harus minum obat teratur." Dokter Gerry memberi obat yang telah dia siapkan karena Felix telah memberi tahu gejala sewaktu menelepon tadi.
Felix mengangguk. Bianca kembali merasa sakit perut, dia melompat berlari ke toilet. Mengabaikan dokter Gerry yang ingin berpamitan pulang.
"Apa dia tidak apa-apa seperti itu?" tanya Key pada dokter Gerry.
"Tidak apa-apa, Tuan. Nona harus banyak minum, agar tidak dehidrasi."
"Baiklah," kata Key memandang para pelayannya, tanda agar mereka mencatat kata dokter Gerry dalam pikiran mereka.
Dokter Gerry segera berpamitan. Felix mengantarnya hingga ke pintu utama.
"Felix, dia telah berada di toilet selama setengah jam, tengok dia Felix!"
Tuan, untuk menengoknya aku harus mendobrak pintu kamar mandi dan pintu toilet, lalu melihat Nona duduk di sana. Lalu mendapatinya menjerit dan pasti mendepakku.
"Baik, Tuan." Felix mengetuk pintu kamar mandi lalu terdengar suara Bianca yang mengatakan sebentar.
"Nona tidak pingsan, Tuan."
"Oh, apa kamu sudah melihatnya?" jawabnya.
Cemas boleh, bodoh jangan, Tuan.
"Tuan, saya rasa mengetuk pintu dan mendengarnya bicara sudah cukup mengerti bahwa dia baik-baik saja di dalam."
"Oh," jawab Key.
Felix akan berbalik ke ruang kerja Tuan Key, sudah sangat malam dan sepertinya dia berencana akan menginap di rumah ini.
"Felix, tunggui dia di depan pintu kamar mandi!"
What the .... Ugh!
Felix sudah seperti pria penunggu pintu kamar mandi.
Akhirnya setelah setengah jam, Bianca keluar dari toilet, dia melirik ke arah Felix menyiratkan sedikit kebingungan kenapa orang itu berdiri di depan pintu kamar mandi. Dia melangkah pelan, masih dengan lemas dan pucat. Baru kali ini Felix melihatnya seperti itu.
Seorang pelayan membawa nampan air putih dan obat. Bianca segera menelan obat itu, lalu berbaring di atas sofa. Bukan lagi di tempat tidur.
Setelah terlelap, Felix keluar dari kamar, mendapati tuannya sedang berdiri di depan pintu kamar.
Jadi dari tadi Tuan Key berada di depan pintu? Seperti menunggui orang melahirkan saja.
"Dia sudah tidur?"
"Sudah, Tuan."
"Baik, Felix. Kamu boleh pulang, aku mau istirahat dulu."
"Baik, Tuan."
Rencana Felix untuk menginap kandas sudah. Dia harus pulang malam-malam, saat itu juga.
Hana dan para pelayan yang menunggui perintah dari tuannya pun segera berbalik kembali ke dapur, mendengar Nona Bianca telah tidur.
Key memasuki kamarnya, melihat Bianca telah berbaring di atas sofa. Pria itu mendekati gadis yang sedang tidur terlelap. Kenapa dia lucu saat tidur begini? Dia menaikkan selimut Bianca, lalu melangkah ke tempat tidurnya sendiri.
Namun, entah kenapa Key tidak dapat memejamkan matanya, dia beranjak dari tempat tidur lalu menengok Bianca lagi. Gadis itu masih dalam posisinya semula. Mungkin obat itu mengandung efek tidur, jadi dia lelap sekali tidurnya. Key mencoba memindahkan Bianca ke atas tempat tidur dengan menggendongnya. Gadis itu tidur seperti orang pingsan. Tidak terasa ada orang yang memindahkannya.
tapi niatmu jahat.