Amara gadis berusia dua puluh satu tahun ini terpaksa harus menikah dengan seorang pria yang bernama Aska sebagai penebus hutang ayahnya.
Ayahnya kabur begitu saja meninggalkan banyak hutang tanpa Amara ketahui.
Setelah menjadi istri, Aska memerintahkan Amara untuk merawat sang ibu yang sedang terbaring sakit.
Namun suatu saat Aska menikah lagi dengan seorang wanita yang ia cintai bernama Davina.
Jangan lupa Like,coment,vote dan favoritkan🥰🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ༂𝑾𝒊𝒚𝒐𝒍𝒂❦ˢQ͜͡ᵘⁱᵈ༂, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27
"Kau itu wanita tidak tahu diri, sudah menghancurkan rumah tangga orang lain tapi masih saja bersikap sok-sokan!" Ketus Amara.
"Menghancurkan rumah tanggamu? hey....aku dan Aska saling mencintai, sedangkan kau? kau selama ini hanya dianggap Aska sebagai seorang pembantu saja!" Ujar Davina dengan angkuh.
"Kau...lebih baik minta cerai saja kepada Aska, itu lebih baik daripada kau terus melihat kemesraan kami!" Ucap Davina dengan serius.
Amara menghela nafas panjangnya. "Bagaimana kalau kau saja yang bercerai darinya?" Tanya Amara.
Davina sangat geram akan penuturan Amara, rasanya ingin sekali ia menjambak rambut istri pertama suaminya itu. Tiba-tiba, ponselnya milik Davina berdering. Dia pun segera mengangkat telpon tersebut sambil berjalan menjauh dari hadapan Amara. Entah siapa yang menelpon Davina itu hingga membuatnya harus menjauh dan berisik.
Amara kemudian melanjutkan aktivitas nya.
Selang beberapa saat kemudian, saat Amara hendak membersihkan rumah, ia melihat Davina menuruni anak tangga dengan tampilan yang sudah rapi dan riasan yang glamor.
Wanita itu lalu menghampiri Amara yang sedang berdiri.
"Aku mau pergi, kalau mas Aska tanya bilang saja aku pergi ke rumah orangtuaku!" Ujar Davina, kemudian melangkah pergi.
Amara pun hanya diam sambil menatap sinis Davina.
Tak lama setelah kepergian dari Davina, tiba-tiba bel rumah berbunyi. Amara pun segera membukakan pintu.
"Siapa?" Tanya Amara saat buka pintu. Ia sejenak tertegun melihat siapa orang yang ada di hadapannya itu.
"Davina sedang tidak ada di rumah, dia baru saja pergi!" Ucap Amara.
"Ah.....Amara....biarkan ibu masuk dulu! ibu juga ingin bertemu denganmu," Ujar Herlina.
"Baiklah......." Amara dan Herlina lalu masuk ke dalam rumah. Amara mempersilahkan ibunya untuk duduk di sofa.
"Duduklah, akan ku membuatkan minuman!" Kata Amara.
Saat Amara sedang membuatkan minuman di dapur, Herlina tiba-tiba menghampirinya.
"Selama ini, hidupmu sangat sulit, kan?" Tanya Herlina yang berdiri di belakang Amara.
Amara seketika berhenti menyeduh minuman yang ia buat. Ia berbalik badan dan menatap ibunya.
"Benar, hidupku sangat sulit sekali, apalagi karena putrimu yang telah menghancurkan rumah tanggaku." Jawab Amara dengan mata berkaca-kaca.
"Amara, ibu tahu apa yang dilakukan Davina itu salah. Ibu benar-benar tidak tega melihat kau di madu, maka dari itu ceraikan lah Aska lalu hiduplah dengan lebih baik dari pada kau harus seperti ini." Ungkap Herlina.
"Apa ibu bilang cerai?"
"Iya Amara, setelah kau bercerai dari Aska, ibu janji ibu akan menjamin kehidupanmu akan lebih baik."
"Ibu datang kesini hanya untuk membicarakan hal itu?"
"Amara, ibu begini karena ibu sangat perduli padamu. Mengalah lah nak, ikhlaskan Aska pada Davina. Ibu ingin kau baik-baik saja!" Ujar Herlina.
Amara benar-benar geram akan penuturan ibunya itu. Ia benar-benar tidak tahan lagi, ia mengepal tangannya dengan kuat. Menurutnya ibunya benar-benar keterlaluan .
Sementara Davina yang baru saja setengah perjalanan, tiba-tiba lupa jika ada sesuatu yang tertinggal di rumah. Ia langsung saja memutar balik mobilnya untuk kembali ke rumah. Setibanya di depan rumah, ia turun dari mobil dan mengamati mobil yang tak asing baginya.
"Sepertinya ini mobil ibu, dia kemari ternyata." Ucap Davina lalu melangkah masuk ke dalam.
Saat masuk ke dalam rumah, Davina mendengar suara orang berseteru. Ia pun mengikuti sumber suara itu dengan berjalan mengendap-endap.
"Baru sekarang ibu bilang peduli? dari dulu kemana saja Bu? Dan tiba-tiba sekarang hati ibu tergerak?" Tanya Amara.
"Amara.....maafkan ibu, ibu memang salah padamu tapi......"
"Tapi apa Bu!" Seru Amara dengan nada tinggi.
"Ibu.....Amara??? kenapa mereka?? sepertinya ada hubungan antara mereka!" Lirih Davina saat melihat dari balik dinding.
"Ibu urus saja putri ibu itu!" Ujar Amara melangkah pergi.
"Amara....Amara....tunggu nak....." Pinta Herlina meraih lengan Amara, lalu langsung memeluknya.
"Lepas...lepaskan!" Tapi pelukan Herlina semakin erat.
"Ibu tahu kau sangat sakit hati pada ibu, tapi tolong maafkan ibu!" Ucap Herlina dengan Isak tangisnya.
"Aku membenci ibu, aku tidak mau melihat ibu!" Ujar Amara melepaskan pelukan tersebut.
"Ternyata kalian selama ini adalah ibu dan anak?" Tanya Davina menghampiri dengan wajah yang tak percaya.
Sontak Herlina dan Amara pun merasa kaget dengan kedatangan Davina.
"Davina, bukankah katamu kau pergi tadi?" Tanya balik Amara.
"Cepat katakan, apa benar kalian ini ibu dan anak?"
Amara terdiam, ia bingung harus jawab apa.
"Benar Davina.......Amara adalah anak kandung ibu." Jawab Herlina dengan sedikit rasa gugup.
Davina terlonjak kaget, ia menutup mulutnya dengan satu tangan.
"Bagaimana mungkin,berarti sama saja aku menikahi suami saudara tiriku!" Davina menggelengkan kepalanya.
Amara hanya menghembuskan nafas kasar saja. Sementara Herlina merasa dirinya sangat bersalah atas terjadinya pernikahan Davina dan Aska.
"Cih.....ternyata ibu dan anak sama saja!" Ucap Davina.
"Apa maksudmu?" Tanya Amara.
"Ibu mu dulu merebut ayahku dariku, hingga perhatian dan kasih sayang tak lagi kudapatkan dari ayahku. Dan sekarang anaknya pun juga merebut suamiku!"Tutur Davina.
"Jaga ucapanmu, Davina!" Ujar Herlina.
"Aku berbicara fakta, kau merebut ayahku dan sekarang putrimu merebut suamiku!"
"Sejak kapan aku merebut? bukankah kau yang duluan merebut dan menghancurkan rumah tanggaku? lagipula duluan aku menikah dari pada kau! kau itu hanya wanita selingkuhan Aska!" Ucap Amara dengan kesal.
Mendengar itu Davina pun langsung naik darah. Ia melayangkan satu tangannya lalu menatap wajah Amara.
Plaaak............
"Argh......." Rintih Amara kesakitan.
Herlina benar-benar kaget melihat Davina yang menampar Amara.
"Hei Amara, meskipun kau menikah dengan Aska lebih dulu, tapi aku duluan yang pertama mengenal Aska!" Seru Davina.
"Davina, cukup hentikan!" Pinta Herlina menengahi perkelahian itu.
"Apa maumu?" Tanya Amara pada Davina.
"Aku akan menyuruh Aska untuk menceraikan mu!" Ujar Davina.
"Baiklah, suruh saja Aska menceraikan ku!" Amara kemudian melangkah pergi begitu saja.
Amara dengan mata berkaca-kaca memegangi pipinya pun langsung saja melangkah pergi.
khadiran davina tk kn mmpu mngisi kekosongan hatimu.... dan sosok amara perempuan tulus... tk akn prnh trgntikan...
btw aku dari tahun 2025/Grin/