NovelToon NovelToon
Stranger From Nowhere 2 : The Conclusion

Stranger From Nowhere 2 : The Conclusion

Status: tamat
Genre:Romantis / Petualangan / Tamat
Popularitas:5.4M
Nilai: 5
Nama Author: juskelapa

Cerita ini adalah fiksi dewasa yang diperuntukkan bagi pencari bacaan berbeda.

*****

Sekuel sekaligus akhir dari cerita 'Stranger From Nowhere'.


Makhluk yang sama, tempat yang sama, dengan tokoh dan roman yang berbeda.

***

Saddam kehilangan ibunya dalam sebuah kecelakaan pesawat di hutan Afrika.

Pria itu menyesali pertengkarannya dengan Sang Ibu karena ia menolak perjodohan yang sudah kesekian kali diatur untuknya.

Penasaran dengan apa yang terjadi dengan Sang Ibu, Saddam memutuskan pergi ke Afrika.

Bersama tiga orang asing yang baru diperkenalkan padanya, Saddam pergi ke hutan Afrika itu seperti layaknya mengantar nyawa.

Tugas Saddam semakin berat dengan ikutnya seorang mahasiswi kedoktoran bernama Veronica.

Seperti apa jalinan takdir mereka?

***

Contact : uwicuwi@gmail.com
IG : @juskelapa_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon juskelapa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26. Akhir Penantian

Sehari dua hari, Rahel terus menanti Teo di pintu dapurnya. Kasim Sang Adik sering mengucapkan nama Teo dengan maksud menanyakannya pada Sang Ibu.

Rahel berubah menjadi sangat murung dan jarang berbicara. Wanita itu melakukam pekerjaannya seperti robot.

Setelah berlalu lebih dari tiga bulan, Teo tak juga muncul. Rahel mulai kehilangan harapan akan bisa kembali melihat anaknya.

Rahel sering berdiri di sisi timur kebun kastil Keluarga Evnerr untuk menatap ke arah hutan tempat terakhir kali dirinya melihat Teo.

Sementara Marissa, tetap berada di ranjangnya tidak berbicara dan masih sulit untuk memintanya makan. Namun Rahel tetap memberikannya susu kambing untuk tenaga majikannya itu.

Tubuh majikan perempuannya itu dengan cepat kehilangan bobotnya. Tetapi Evnerr tetaplah seorang pria normal yang terkadang dinilai Rahel tak memiliki empati.

Meski bisa dikatakan Marissa sudah seperti mayat hidup yang tak pernah berbicara, Evnerr tak pernah kehilangan hasratnya pada wanita itu.

Sering di malam-malam hari saat Rahel melintasi lorong kastil, wanita itu mendengar Evnerr melenguh-lenguh dalam kenikmatan saat meniduri istrinya.

Tak ada yang salah memang, Marissa adalah tetap istrinya yang mana Evnerr sangat berhak akan dirinya dalam keadaan apa pun.

Tapi membayangkan Evnerr meniduri Marissa bagai menggunakan properti benda mati, Rahel bergidik.

...--oOo--...

Bulan demi bulan berlalu, dan tahun berganti dengan sangat cepat. Rahel telah menganggap putra sulungnya telah mati dimangsa hewan buas di hutan.

Marissa hanya bertahan hidup selama tak lebih dari 4 tahun sejak ia melahirkan putri pertamanya.

Keadaan psikisnya yang semakin memburuk diperparah dengan kurangnya asupan gizi yang diperoleh wanita itu, membuat tubuhnya melemah hari ke hari.

Sejak kehilangan istrinya, Evnerr semakin menutup diri. Mereka tinggal di kastil besar itu hanya bertiga. Evnerr tetap dengan kekuasaannya di daerah itu, beserta kastil besar peninggalan keluarganya.

Saat Rahel telah menginjak usia senjanya, tubuhnya mulai kehilangan kekuatan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan di dapur.

Rahel sudah berusia nyaris berusia 60 tahun sekarang, penglihatan dan pendengarannya semakin berkurang kemampuannya. Tapi tidak begitu dengan ingatannya. Ingatan Rahel masih sangat jelas.

Saat itu pagi hari, matahari baru saja naik saat Rahel tua sedang menaikkan sebuah ketel ke atas kompor.

Sayup-sayup dirinya mendengar teriakan-teriakan dan pekikan-pekikan dari kejauhan. Suara dua orang pria dewasa yang seperti sedang bertengkar.

Itu tak mungkin suara Kasim adik laki-laki Teo yang sudah berusia nyaris 33 tahun tapi tak pernah berbicara sejak kepergian kakak laki-lakinya.

Lutut Rahel yang sering terasa nyeri di cuaca dingin tak bisa diajak untuk berjalan lebih cepat.

Pelan-pelan Rahel berjalan ke lorong rumah, menuju asal suara yang didengarnya.

Evnerr duduk di sebuah kursi dengan seorang pria yang tampak duduk bersimpuh di lantai berbicara sambil setengah menyembah.

Suara Evnerr menggelegar membentak-bentak pria tersebut. Perlahan Rahel mendekati mereka.

Matanya tak salah melihat. Pria yang sedang berbicara sambil menangis itu adalah Teo. Putra sulungnya yang pergi meninggalkan kastil puluhan tahun lalu.

31 tahun yang lalu lebih tepatnya.

Sekarang Teo muncul di kastil dan berbicara sambil menangis di kaki Evnerr.

"Teo, kau masih mengenaliku?" tanya Rahel.

Pria yang dipanggil mendongak melihatnya dan langsung berdiri kemudian setengah berlari menubruknya. Lagi-lagi sambil menangis.

"Teo, ada apa? Kau tampak sangat tua dan kacau sekali. Di mana kau tinggal selama ini nak? Kenapa kau tidak segera pulang? Aku sangat merindukanmu" ucap Rahel terbata-bata diikuti dengan mengalirnya air mata di pipi tuanya.

Evnerr hanya diam di kursi tidak menatap reuni ibu-anak yang sedang berlangsung di balik tubuhnya.

"Ibu, bisakah kau membujuk Tuan Evnerr untuk menjaga anak-anak kami?. Mary telah meninggal setelah melahirkan anak terakhir kami. Bayi itu sehat. Tapi Mary tak bisa bertahan. Aku tak bisa hidup tanpa Mary. Bagaimana nasib anak-anakku nanti," cecar Teo kepada Ibunya yang masih bingung dengan permintaan Sang Anak.

"Aku tak mengerti. Apa maksudmu?" sela Rahel.

"Mary Bu, Mary. Puteri Tuan Evnerr yang kularikan ke hutan puluhan tahun lalu. Kuberi dia nama Mary. Nama depan Nyonya Marissa. Dia ibu dari keenam anak-anakku. Bayiku yang baru saja lahir normal Bu. Dia seperti manusia biasa. Dia sangat tampan. Kelima kakaknya sangat menyayanginya. Mereka sekarang berada di hutan. Aku memiliki sebuah gubuk di tengah hutan itu. Ibu harus berkunjung ke sana" Ekspresi bahagia setengah gila terpancar dari wajah Teo.

Rahel tak bisa mempercayai apa yang telah dilakukan puteranya. Teo kini sudah tua dan penampilannya mirip manusia jaman purbakala.

Rahel merasa tiba-tiba tubuhnya menjadi lemas. Kakinya terasa tak sanggup lagi menopang tubuhnya. Rahel ambruk di lantai. Samar-samar wanita itu mendengar Evnerr meneriakkan nama Kasim dan putera bungsunya muncul untuk memapahnya menuju ke kamar belakang tanpa menoleh kepada Teo.

"Aku akan bersiap-siap sekarang. Bawa aku ke tempat tinggal kalian," Evnerr bangkit menuju kamarnya. Wajah Teo semakin berbinar tak sabar.

Matahari sudah melewati posisi tegak lurusnya saat Teo membawa Evnerr ke sebuah rumah kayu di tengah hutan yang tak jauh dari sungai.

5 orang anak berwajah monster menatap sinis pada Evnerr. Anak tertuanya adalah seorang perempuan.

"Di mana jasad anakku? Kau sudah menguburkannya?" ketus Evnerr pada Teo.

"Dia masih berada di dalam pondok kayu bersama bayi kami. Bayi kami yang paling sehat. Kau harus melihatnya. Dia tampan sekali" bisik Teo setengah menyeringai.

"Apa yang dimakan oleh anak-anakmu?" tanya Evnerr sambil mengamati kelima cucunya yang berwajah mengerikan.

"Mereka memakan semuanya. Apa saja. Tak sulit memberi mereka makan. Binatang-binatang buas, ular, bahkan cacing-cacing tanah. Tuan tak sulit memberi mereka makan. Rawatlah mereka Tuan. Mereka adalah keturunanmu. Usiaku tak lama lagi. Aku ingin bersama Mary selamanya" ratap Teo.

"Ambil bayimu. Aku ingin melihatnya" perintah Evnerr.

Tergesa-gesa Teo masuk ke dalam rumah kayu untuk mengambil bayinya yang baru lahir.

Saat Evnerr menerima sebuah buntalan yang terdiri dari kain-kain lusuh dan kulit binatang, matanya langsung meneliti bayi itu.

Benar seperti yang dikatakan Teo barusan, putera bungsunya terlahir normal. Sedangkan kelima kakaknya lahir dengan rupa menyedihkan seperti Sang Ibu.

"Aku akan membawa dan merawatnya," tukas Evnerr.

"Terimakasih Tuan," balas Teo dengan nada ceria.

Evnerr merogoh saku celananya, beberapa detik kemudian,

DORR!!!

Teo ambruk di tanah sambil memegang dada kirinya yang kemudian mengeluarkan genangan darah menembus pakaian lusuh yang dikenakannya.

"Aku tak sanggup lagi berhadapan dengan orang gila. Kau yang membuat aku harus menanggung hal ini lebih lama. Puluhan orang hilang ketika memasuki hutan ini adalah karena ulahmu. Harusnya aku membunuh kalian sejak dulu." Bisik Evnerr pada tubuh Teo yang lama kelamaan diam tak berkutik.

5 pasang mata menatap Evnerr dengan penuh kebencian.

"Kalian mau membunuh dan memakanku?" emosi Evnerr dengan pandangan mengarah kepada lima pasang mata yang sedang mengawasinya.

"Aku akan menembak adik laki-laki tampan kalian kalau kalian bergerak sedikit saja ke arahku," bentak Evnerr kepada lima makhluk yang masih remaja dan anak-anak di depannya saat itu.

"Dengar aku baik-baik. Kalian tidak bisa merawat bayi kan? Adik kalian akan aman bersamaku. Kalian tetaplah tinggal di sini. Jangan sampai ada manusia yang melihat kalian. Jika tidak terpaksa, jangan memangsa manusia yang berwarna kulit yang sama dengan kalian. Aku akan mengeluarkan perintah agar penduduk sekitar tak ada yang mendekati hutan. Jangan ada yang mendekati kastilku" jelas Evnerr.

Kelima makhluk itu mengangguk tanda mengerti dan setuju dengan apa yang dikatakan Evnerr.

"Aku pergi sekarang. Suatu hari, adik kalian yang tampan ini, akan datang untuk mencari kalian. Kupastikan dia akan mendengar cerita tentang kakak-kakaknya" tukas Evnerr sebelum mulai melangkahkan kakinya menjauhi gubuk itu.

Masih berjalan beberapa langkah, kaki Evnerr terhenti. Pria tua itu berbalik dan menatap para makhluk aneh yang masih mengawasinya.

"Oh ya, jasad Ayah dan Ibu kalian, kalian bereskan. Terserah mau kalian apakan"

Evnerr kemudian pergi meninggalkan hutan dengan kelima makhluk aneh di sana.

Bahkan dalam diri Evnerr tak ada keinginan untuk melihat jasad anak perempuan semata wayangnya untuk terakhir kali. Baginya, mereka semua adalah aib yang harus dilenyapkan.

Evnerr bergegas menuju ke arah pemukiman penduduk. Dia tak bisa membawa bayi itu ke kastil. Evnerr tak mau. Dia tak ingin orang-orang mempertanyakan soal bayi laki-laki yang dibawanya pulang entah dari mana.

Setelah berjalan kaki hampir 2 jam dan hari sudah beranjak malam Evnerr tiba di sebuah desa tepat di sisi barat hutan.

Evnerr mengeluarkan sejumlah uang dan menitipkan bayi laki-laki itu pada janda tukang kebun yang pernah bekerja dengannya.

Merasa masalahnya telah selesai, Evnerr kembali ke kastil dan tak pernah membicarakan hal itu pada Rahel.

...--oOo--...

Kini Evnerr telah berusia 92 tahun, kakinya tak lagi kuat berjalan hingga dia hanya bisa duduk di sebuah kursi roda listrik dengan teknologi terbaru.

Rahel meninggal dunia saat wanita itu akan berulang tahun ke 80. Sedangkan Kasim yang tak pernah bicara kini juga sudah berusia lebih dari 60 tahun.

Beberapa kali Evnerr berpikir untuk mengakhiri hidupnya yang dirasa sudah sangat terlalu panjang.

Masyarakat di sekitar sana sudah menganggap Evnerr pria tua pikun yang sudah melupakan masa lalunya. Padahal, ingatan pria tua itu masih sangat bagus.

Setelah kejadian di hutan, cucu-cucu Evnerr meninggalkan bayi-bayi monster mereka di depan pintu kebun halaman belakang.

Kasim merawat mereka sendirian. Evnerr tak bisa berbuat apa-apa selain menerima kehadiran bayi-bayi itu dengan perasaan putus asa.

Di dalam hutan sana, cucu-cucunya yang mengerikan telah berkembangbiak dengan cara mereka sendiri.

Kadang-kadang Evnerr bisa melihat satu atau dua orang cucu-cucunya melintasi tepi hutan saat sedang berburu. Hingga Evnerr tak penasaran tentang hilangnya orang-orang yang berusaha masuk ke hutan itu.

Dan kini, sejak terjadinya kecelakaan pesawat yang berakhir di tengah hutan itu, Evnerr tak pernah lagi melihat cucu-cucunya meski hanya sekedar melintas di tepi hutan.

Evnerr mendengar bahwa beberapa penumpang pesawat nahas itu ditemukan selamat dengan banyak luka.

Dia menduga bahwa, cucu-cucunya pastilah berakhir di tangan para manusia itu.

Evnerr tak tahu harus merasa senang atau sedih dengan lenyapnya para keturunannya yang tinggal di hutan.

Kenyataannya, Evnerr menyesali perbuatannya di hutan yang menyiratkan bahwa dirinya akan menerima bayi-bayi keturunan cucu-cucunya.

Ditambah lagi seorang cucu laki-laki normal yang dibesarkan di desa dan sangat membenci dirinya. Dalam setiap kunjungannya ke kastil, Sang Cucu terakhir sering berbicara dengan nada mengancam kepadanya.

Akan membuka rahasia jika Evnerr tidak merawat bayi-bayi yang diletakkan di pintu kebunnya, akan mengatakan ini dan itu kepada masyarakat di sana. Evnerr sudah sangat muak. Itu alasannya Evnerr ingin segera mati dan menyingkirkan semua keturunannya.

...--oOo--...

(Percakapan dalam bahasa asing)

Evnerr masih berada di atas kursi rodanya, duduk mematung menghadap sebuah jendela yang mengarah ke hutan.

"Aku melihat asap yang berasal dari tengah hutan beberapa bulan yang lalu. Dan orangtua kalian sudah lama tak ada yang terlihat di tepi hutan. Aku menganggap bahwa mereka semua telah tewas seiring dengan adanya beberapa penumpang pesawat selamat yang berhasil ditemukan bertahan hidup di hutan itu. Umurku tak akan lama lagi, aku tak akan bisa menyembunyikan dan merawat kalian lagi. Kalian harus kembali ke hutan bersembunyi dari manusia dan peradabannya. Meski rupa kalian berbeda, kalian tetaplah keturunanku. Aku harus menebus rasa bersalahku pada anakku. Kalian harus tetap hidup. Kalian sudah banyak belajar cara bertahan hidup seperti orangtua kalian. Kalian pasti bisa," jelas Evnerr panjang lebar.

Kemudian Evnerr membalikkan kursi roda listriknya menghadap barisan remaja yang mendengarkan seluruh perkataannya dengan cermat.

"Kalian mengerti apa yang kukatakan?" tanya Evnerr.

Evnerr menatap wajah remaja yang memandangnya dengan mata putih berselaput mereka satu persatu. Para remaja itu mengangguk tegas seperti para tentara yang baru saja menerima komando.

"Tentu saja mereka mengerti Kek, aku sebagai paman termuda dan satu-satunya yang mereka miliki akan memastikan hal itu" suara tegas seorang pria menjawab perkataan Evnerr dengan angkuh.

"Kau jangan membuat masalah, aku sudah cukup banyak berbuat dosa. Aku ingin mati dengan tenang dan tanpa gangguan." pungkas Evnerr.

"Setidaknya jadikan kematianmu nanti berguna Kakek Evnerr," balas si suara pria sinis.

"Bukan kesalahan para manusia itu jika kakak-kakakmu mati terbunuh. Mereka pasti juga sudah sering membunuh. Aku sudah menurutimu dengan merawat cicit-cicit monsterku. Tolong biarkan aku menghabiskan sisa umurku dengan tenang."

"Jika kau benar-benar ingin mati sekarang, kenapa kau tidak membunuh semua cicit-cicitmu?. Atau kau ingin kita semua mati bersama?" emosi si pria yang ternyata adalah anak bungsu Teo yang terlahir normal.

"Jangan katakan sesuatu yang akan kau sesali nantinya," gumam Evnerr sambil memutar kembali kursi rodanya untuk menghadap jendela memandang hutan yang pucuk-pucuk pohonnya tampak mulai memutih karena butiran salju.

Afrika Selatan sedang dilanda musim dingin. Untuk melenyapkan seseorang di hutan itu, tak perlu membunuhnya dengan tangan. Karena memang siapa saja yang berada di sana bisa mati terbunuh karena cuaca dingin yang sangat menusuk.

...***...

...Hayoo.... hayoo.... nyampe di sini udah pada ngerti latar belakang makhluk yang ditemui FIRZA dan SHENA di STRANGER FROM NOWHERE Sekuel 1 kan?...

...Mohon dukungan atas karyaku dengan like, comment atau vote...

1
eko arief nugroho
Calon besan ketemuan…
eko arief nugroho
Wah wah ada yg lagi isi nih kayaknya
eko arief nugroho
Surprise yg menyenangkan…. Bangun dari tidur panjang ya Ver
eko arief nugroho
Mau nangis tapi gak jadi, kata2 mu berbisa banget Rully
eko arief nugroho
Duuuh kenapa lama sekali rasanya cari goldar yg sama
eko arief nugroho
Yana dan Rully cocok berjodoh… sefrekuensi soalnya hahaha
eko arief nugroho
Wow… luar biasa gairah bumil satu ini, Saddam gak perlu capek2 ngegoda, langsung diterkam hahaha
eko arief nugroho
Aura bumil ganas banget yaa
eko arief nugroho
Rully cocoknya jadi pelawak ya, sekali ngomong bikin orang ngakak sampe terkencing2
eko arief nugroho
Aah meleleh aku akhirnya SAH juga buat Rully dan Yana
eko arief nugroho
Duuuh… baru juga beres, udah harus buru2 pergi 🤣
eko arief nugroho
Gerahnya terasa sampe sini
eko arief nugroho
Ya ampun Rully, itu congor lemes banget dah
eko arief nugroho
Baru sekarang Vero ketar ketir masa lalunya Saddam
eko arief nugroho
Cocok emang dijuluki singa betina, ganas bener kl di ranjang hehehe
eko arief nugroho
Anaknya Shena dan Saddam kayaknya bakal berjodoh nih
eko arief nugroho
Rully dan Yana adalah botol dan tutupnya.Klop, saling mengisi dan melengkapi
eko arief nugroho
Enak banget Rully dan Yana… banyak keberuntungan jadi sohibnya Vero
eko arief nugroho
Wow… sakit2 nikmat itu namanya
eko arief nugroho
Gooool… gawang Vero jebol juga akhirnya 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!