Setelah Duke menyingkirkan semua orang jahat dari keluarga Moreno, Caroline akhirnya menjadi pewaris sah kekayaan keluarganya. Tak ada yang tahu bahwa Duke-lah dalang di balik kejatuhan mereka.
Ketika semua rahasia terbuka, Duke mengungkapkan identitas aslinya sebagai putra Tuan William, pewaris kerajaan bisnis raksasa. Seluruh keluarga Moreno terkejut dan dipenuhi rasa malu, sementara Caroline sempat menolak kenyataan itu—hingga dia tahu bahwa Duke pernah menyelamatkannya dari kecelakaan yang direncanakan Glen.
Dalam perjalanan bersama ayahnya, Tuan William menatap Duke dan berkata dengan tenang,
“Kehidupan yang penuh kekayaan akan memberimu musuh-musuh berbahaya seumur hidup. Hidup di puncak itu manis dan pahit sekaligus, dan kau harus bermain dengan benar kalau ingin tetap berdiri kokoh.”
Kini Duke mulai mengambil alih kendali atas takdirnya, namun di balik kekuasaan besar yang ia miliki, musuh-musuh baru bermunculan —
Pertanyaannya siapa musuh baru yang akan muncul disinii?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZHRCY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUKE PERGI KE CLUB
Langit tampak diterangi cahaya bulan dan berwarna biru tua ketika Tuan Marcellus berhenti di depan "XS Nightclub."
Lalu dia melihat ke kaca spion dan berkata, “Tuan, kita sudah sampai.”
Tanpa menjawab, Duke melihat pesan yang baru dia kirim untuk Caroline, “Sayang, aku akan pulang agak terlambat hari ini. Jangan tunggu aku, ya?”
Beberapa menit kemudian, ia akhirnya menerima balasan, “Baiklah. Aku mencintaimu.”
“Aku juga mencintaimu.” Duke mengetik, lalu menekan kirim.
Setelah memasukkan ponselnya kembali ke saku, Duke menatap K dan berkata, “Ayo pergi.”
“Bos, apa kau yakin ingin masuk ke sana? Tempat itu kacau dan dilarang. Mungkin kita bisa menyuruh Scar membawanya keluar ke sini.” K berkata dengan nada sopan sambil menatap pintu masuk klub.
Mengabaikan kata-kata K, Ronte membuka pintu mobil dan berjalan ke arah Scar yang sedang berdiri di depan gedung.
“Di mana dia?” tanya Duke.
“Dia ada di dalam,” jawab Scar, menatap K yang mulai mendekat ke mereka.
Meskipun Duke agak ragu untuk masuk, dia tetap menunjukkan wajah datar dan berkata, “Baiklah, ayo temui dia.”
Begitu mereka memasuki klub, musik yang keras langsung membuat Duke mengerutkan kening, terganggu oleh suara yang memekakkan telinga, dan suasana remang-remang penuh asap membuatnya tidak nyaman.
Namun dia memasukkan tangannya ke dalam saku jaket dan mengikuti Scar dari dekat, dengan K berjalan dua langkah di belakangnya.
Ketika mereka sampai di depan seorang pria kekar bertubuh penuh tato dan memiliki tindikan di hidung serta telinga, Scar berhenti, menatap wajahnya, dan berkata, “Hei, Joe. Bisa atur pertemuan lagi dengan Natasha untukku?”
“Sepertinya kau menikmati pertemuan pertama,” kata Joe dengan seringai sombong. “Malam ini akan sedikit mahal karena kau tidak datang sendirian.”
Lalu dia melihat ke arah K dan bertanya, “Siapa temanmu itu?”
Saat itu, pandangannya beralih ke Duke, dan ketika melihat hoodie menutupi wajah Duke, ekspresinya berubah dingin dan dia berkata, “Dan kenapa orang satunya lagi menyembunyikan identitasnya?”
Ketika Scar tidak menjawab, Joe mengerutkan kening dan berkata, “Suruh dia lepaskan hoodienya, atau urusannya batal.”
“Aku akan membayar tiga kali lipat dari kesepakatan pertama kita,” ujar Scar dengan tenang.
Suasana hening sejenak. Lalu Joe mendengus dan berkata, “Baiklah. Ikuti aku.”
Sesaat, dia menatap Duke dengan tatapan sinis sebelum berbalik dan berjalan pergi, diikuti oleh Scar, dengan K dan Duke hanya beberapa langkah di belakangnya.
Beberapa menit kemudian, mereka tiba di sebuah ruangan pribadi. Joe menatap Scar dan berkata, “Silahkan buat diri kalian nyaman. Aku akan memanggil gadis itu.”
Setelah itu, Joe meninggalkan ruangan, dan Duke menatap sekeliling sebentar sebelum duduk di sofa merah.
Lalu dia menatap K dan Scar yang berdiri dengan posisi siaga, dan memerintahkan, “Kalian berdua, duduk.”
“Tapi, Bos, bukankah itu agak berisiko? Kita tidak bisa lengah di tempat seperti ini,” protes K.
“Kalau Natasha masuk dan melihat kalian berdua seperti itu, dia akan merasa berada di situasi berbahaya dan mungkin tidak mau mempercayai atau bicara pada kita. Apakah itu yang kalian inginkan?”
Tanpa menjawab, K ragu sejenak, lalu duduk di sebelah Duke, begitu pula dengan Scar.
Beberapa menit berlalu dalam diam, dan ketika Scar mulai merasa Natasha tidak akan datang, pintu tiba-tiba terbuka, dan seorang gadis muda masuk ke ruangan.
Saat pandangan Duke tertuju padanya, dia langsung mengalihkan tatapannya dan berkata, “K, berikan mantelmu padanya.”
“Apa?” gumam Natasha pelan, terkejut mendengar kata-katanya.
Dengan patuh, K melepaskan mantelnya dan menyerahkannya pada Natasha, dan meski dia terkejut dan bingung, dia tetap menerimanya.
“Ini lelucon atau apa? Bukankah kalian memanggilku kesini untuk menari untuk kalian?” ucap Natasha pelan sambil menatap Duke dan kemudian mantel itu.
“Bisakah kau memakainya, tolong?” kata Duke dengan lembut.
Merasa semakin bingung, Natasha mengenakan mantel itu dan mengancingkannya.
Saat itu, pandangannya tanpa sengaja tertuju pada Scar, dan rasa takut langsung muncul di matanya saat dia berkata, “Kau lagi! Apa yang kau lakukan di sini! Aku sudah mengatakan padamu untuk menjauh dariku! Aku tidak memiliki apapun lagi untuk dikatakan padamu!”
“Bisakah kau tenang, tolong,” ucap Duke sambil mengalihkan fokusnya kembali padanya.
Nada bicara Duke yang sopan membuat Natasha terkejut dan sedikit tersentuh karena dia tidak terbiasa diperlakukan dengan hormat oleh para pelanggannya.
“Apa yang kau inginkan?” tanya Natasha dengan nada yang lebih tenang.
“Aku ingin tahu kenapa kau menerima sejumlah uang yang begitu besar dari Earl,” kata Duke sambil menatap wajahnya.
“Apa? Bagaimana ka—kau tahu. Siapa kau sebenarnya!”
“Aku tahu kau sangat sibuk di jam seperti ini, jadi kenapa kita tidak lewati saja pertanyaan yang tidak perlu dan langsung jawab saja pertanyaanku, ya?”
Suasana hening ketika Natasha mengedarkan pandangannya ke kiri dan kanan, berusaha menyembunyikan rasa takut dan air matanya.
Lalu dia menatap ke ruang kosong di antara dirinya dan Duke, kemudian bergumam, “Uangnya hanya tip, oke? Sekarang bisakah kalian semua pergi?”
“Earl memberimu uang sebanyak itu hanya untuk tip?” tanya Duke, jelas tidak mempercayai ucapannya.
Menyadari kesalahannya, Natasha segera menggelengkan kepalanya dan berkata dengan gugup, “Tidak, asistennya yang memberikannya. Aku tidak memiliki urusan dengan James Earl, dan kami tidak pernah bertemu atau berinteraksi sebelumnya.”
Ketika Duke tidak menjawab, Natasha semakin gugup dan tanpa sadar menggigit kukunya.
“Apakah dia menyakitimu?” tanya Duke dengan berani sambil menatap mata basahnya.
Sekketika Natasha membeku dengan ekspresi kosong di wajahnya. Lalu perlahan ia menelan ludah dan berkata, “Tidak. Tidak, dia tidak. Sekarang, tolong pergi.”
Saat itu, terdengar ketukan di pintu, lalu suara Joe bergema dari luar, “Waktu kalian dengan gadis itu sudah habis.”
“Aku butuh waktu lebih lama dengannya. Sebutkan harganya dan aku akan membayarnya,” seru Duke tanpa mengalihkan pandangannya dari Natasha.
“Kalau kau menginginkan waktu lebih lama, kau harus menunggu sampai dia selesai dengan pelanggan berikutnya. Lalu kau bisa mendaftar untuknya lagi. Itu aturannya.”
“Aku tidak memiliki waktu sebanyak itu, jadi bisakah kau membuat pengecualian untukku?”
“Andai bisa. Tapi Rookie bukan orang yang sabar, jadi gadis itu harus ikut denganku.”
Bulu kuduk Natasha meremang saat tahu bahwa Rookie yang memintanya. Dia menatap Duke, napasnya tersengal karena berusaha tetap tenang.
Namun Duke melihat ketakutan di matanya, dan dia tahu bahwa dia benar-benar takut menemui Rookie.
“Bos, kurasa kita sebaiknya pergi,” gumam K.
“Beri tahu Rookie bahwa Natasha tidak akan menari untuknya malam ini karena aku baru saja memesan dia untuk semalaman,” kata Duke dingin.
K mengerutkan kening, ragu sejenak, lalu berkata, “Apa yang kau lakukan, Bos? Kita seharusnya tidak ikut campur dengan urusan ini.”
“Benar, Bos. Rookie itu orang berbahaya, dan dia tidak bermain adil dalam perkelahian. Mungkin sebaiknya kita menjauh dari ini,” ujar Scar.
Saat itu juga, suara marah Joe terdengar dari luar ruangan, “Rookie tidak suka diperintah. Jadi demi keselamatan kalian, aku sarankan biarkan gadis itu keluar dan pergi sebelum semuanya menjadi lebih buruk!”
Mengabaikan semua komentar, Duke menatap Natasha dan berkata dengan nada rendah, “Apakah kau ingin menemui Rookie?”
Tanpa ragu sedikitpun, Natasha menggeleng sambil menahan air matanya.
“Beri tahu Rookie bahwa malam ini, dia akan diperintah, dan dia harus mengikuti perintahku,” kata Duke dengan suara dingin dan tegas.