Ujian hidup yang di alami Erina Derranica seakan tiada habisnya. Di usia 19 tahun ia dituntut kedua orang tuanya memenuhi wasiat mendiang kakeknya untuk menikah dengan cucu temannya yang menetap di Singapura.
Pernikahan pun telah sepakati untuk dilaksanakan. Mempelai pria bernama Theodoriq Widjanarko, 34 tahun. Seorang pebisnis di bidang real estate. Theo panggilan pria itu tentu saja menolak permintaan orangtuanya meskipun sudah melihat langsung surat wasiat kakeknya.
Pada akhirnya Theo menerima putusan orangtuanya tersebut, setelah sang ayah Widjanarko mengancam akan menghapus namanya dari penerima warisan sang ayah.
Namun ternyata Theo memiliki rencana terselubung di balik kepatuhannya terhadap wasiat mendiang kakeknya tersebut.
"Apa rencana terselubung Theodoriq? Mampukah Erina bertahan dalam rumah tangga bak neraka setelah Theo tidak menganggapnya sebagai istri yang sebenarnya?
Ikuti kelanjutan kisah ini. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian setelah membaca ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEBAHAGIAAN DI PAGI HARI
"Huhh...jadi sekarang kakak mengajak ku main tebak-tebakan nih?", seru Erin menatap selidik suaminya sambil membuka amplop di tangannya.
Seketika raut wajah erin berubah dengan netra membulat sempurna. Erina menutup mulut dengan tangannya.
“K-ak...”
"Kakak mengajak ku honeymoon? Ke Amerika dan Kanada?", ujar Erina tidak bisa menutupi suprise dan rasa bahagianya kini.
Wajah Erin berbinar-binar. Saking bahagianya menghambur memeluk tubuh Theo. Bahkan Erina berulang-ulang kali menciumi wajah Theo.
"Tapi aku tidak mau kau muntah lagi seperti saat itu. Hari itu aku sangat membenci mu Erin", ujar Theo mengangkat tubuh istrinya keatas tubuhnya.
Erin melingkarkan tangannya pada leher Theo. Tertawa lepas mengingat kejadian waktu itu.
"Aku ketakutan. Itu pertama kali aku naik pesawat kak. Aku sangat ketakutan kalau-kalau pesawatnya akan jatuh ke bumi atau meledak di langit bagaimana? Aku belum mau mati", seloroh Erin dengan kedua netra melotot.
"Bahkan kepala ku sangat pusing, telinga ku berdengung sakit. Di tambah kau selalu memarahiku. Huhh sial sekali hidup ku", ujar Erina sambil mencebikkan bibirnya memukul pelan dada Theo.
Theo tertawa mendengar protes Erin.
"Dan kamu sama sekali tidak perduli pada ku. Kakak jahat sekali padahal aku tidak melakukan kesalahan apapun pada kakak tapi kakak malah menyalahkan aku atas pernikahan".
"Pada saat bunda menyampaikan wasiat kakek aku juga tidak mau menerimanya. Karena aku ingin melanjutkan pendidikan ku. Tadinya aku akan mencari pekerjaan di Jakarta dan mengumpulkan uang untuk biaya kuliah tapi aku melihat bunda sangat bahagia begitu mengetahui tante Wid hendak melamar aku dan menikah dengan mu. Kata bunda Theo itu laki-laki baik, ia akan membuat mu bahagia, nak". Erina menirukan ucapan Desi bundanya.
"Ternyata bunda salah. Laki-laki yang aku nikahi malah menyiksa putri kesayangannya. Tapi sekarang akhirnya dia membuat ku sangat bahagia dan aku benar-benar jatuh cinta pada laki-laki itu. Ternyata jodoh pilihan kakek tidak salah", ujar Erin mengeratkan pelukannya menyandarkan wajahnya pada dada Theo.
"Maafkan aku. Aku janji tidak akan pernah memperlakukan mu seperti itu lagi, sayang".
"Aku akan mengajak menemui papi dan keluarganya di Kanada. Aku memiliki dua adik dari pernikahan papi dengan istri barunya. Hubungan ku dengan papi tidak harmonis sejak lama. Aku merasa seperti tidak memiliki ayah sejak aku mengenal dunia. Mami Retni meninggal ketika melahirkan aku. Yang aku tahu hanya tante Widya dan suaminya sebagai sosok mami dan papi bagiku".
"Tante juga yang mendidik dan menjaga ku layak anak kandungnya. Tante tidak memiliki anak. Suaminya telah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu, makanya tante Wid meminta ku cepat menikah agar memberikan cucu untuknya. Kebetulan ada surat wasiat kakek yang baru mereka ketahui. Tante Wid juga sangat senang mendengar aku akan menikah di dengan mu. Begitu juga dengan papi, sangat senang sekali. Karena mereka semua mengenal baik keluarga mu. Sementara aku sama sekali tidak mengenal kau dan keluarga mu", ujar Theo sambil mengusap punggung Erina yang bersandar padanya.
"Sekarang aku ingin memperbaiki hubungan ku dengan papi. Aku sudah menerima keluarga baru papi".
"Setelah menemui papi, aku akan mengajak keluarga mu kemari. Aku berencana mengadakan resepsi pernikahan kita yang tertunda. Resepsi seperti apa yang kamu inginkan sayang, aku akan mewujudkan impian mu. Aku akan selalu membahagiakan mu, Erina", ujar Theo menyatukan bibirnya pada bibir Erina.
Tentu saja Erin tidak menolaknya, bahkan ia langsung membalas tak kalah bergairah dengan Theo. Sehingga terjadi percintaan panas lagi di pagi itu.
...***...
Bersambung...