Ayunda Anindita, seorang gadis yatim piatu yang hidup menderita di kota Bandung. ia memiliki bibi dan sepupu yang jahat kepadanya. suatu saat ia bertemy dengan pria tampan yang kaya raya. mampu kah Ayunda hidup bahagia dengan seorang pria kaya atau justru ia hanya di jadikan asisten?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ella ayu aprillia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26
Jam sudah menunjukkan pukul 13.00 saat Tika dan Putri berjalan menghampiri Ayunda yang duduk di taman seorang diri.
Iyaa.. Ia seorang diri karena setelah dari kantin Ryan masuk ke kelas karena ada materi yang harus ia ikuti.
Ayunda menoleh saat melihat Tika dan Putri jalan ke arahnya. .
"Haaii kalian sudah selesai," tanya ayunda.
"Sudah dong, kamu lama ya menunggunya,"jawab Tika.
"Gak kok, tadi aku keliling kampus untuk mengisi waktu saat menunggu kalian. Biar aku juga bisa tahu tentang ruangan kampus ini."
"Hmm.. Ia sudah yuk kita jalan sekarang jam 4 kita harus masuk kerja."
"Yukk kita jadinya mau makan di mana nih?"
"Hmm gimana kalau di restaurant dekat kampus aja biar waktunya gak mepet."
"Baik lah yuk kita langsung jalan."
Mereka bertiga berjalan menuju halte untuk menunggu taksi atau angkutan umum. Tak lama angkutan umum lewat di depan mereka dan mereka pun naik menuju restaurant.
10 menit kemudian mereka sampai restaurant dan memilih tempat di pojok ruangan dekat jendela agar dapat menghirup udara segar.
Seorang pelayan datang dan menyerahkan buku menu.mereka kompak memesan pizza ukuran jumbo dan milkshake strawberry.
Mereka saling bertukar gurauan yang membuat mereka selalu tertawa riang.
Hingga Ayunda merasa ada getaran di dalam tas nya. Ayunda pun merogoh tasnya untuk mengambil ponselnya dan melihat ada pesan masuk..
Nomor tidak dikenal [jangan lupa sabtu sore saya jemput di cafe]
Ayunda mengerutkan keningnya sambil membalas pesan tersebut.
Ayunda [ini siapa]
Nomor tidak di kenal [Nathan, save nomor aku]
Ayunda [oh.. Oke. Kakak dapet nomor aku dari mana]
Nomor tidak dikenal [kecil untuk aku kalau untuk cari nomor kamu aja]
Ayunda [dih.. Sombong amat]
Nomor tidak dikenal [bukan sombong tapi memang begitu kenyataannya]
Ayunda [iya deh sih paling hebat dibarengi emoticon menjulurkan lidah]
Ayunda senyum - senyum sendiri membuat ke sahabatnya saling pandang dan menatap curiga.
"Kamu kenapa Yun, seneng banget keliatannya," tanya Putri heran.
"Eh gak kok gak papa," ucap Ayunda sembari memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas.
Mereka pun melanjutkan obrolan mereka yang sempat terputus..
***
Tidak berbeda jauh dengan Ayunda. Nathan pun selalu tersenyum saat melihat kembali chat yang ia lakukan dengan Ayunda. Entah sudah berapa lama ia tak merasakan hal sejak Ayu meninggalkanya beberapa tahun yang lalu. Nathan tengah berada dalam lamunannya saat Zaky memasuki ruangannya dan duduk di kursi depan meja.
"Wooiii... Ngalamun apa sih sampe dari tadi dipanggil gak jawab - jawab. Pintu diketok sampe tangan merah juga nggak ada sahutan,"ucap Zaky marah.
"Apaan sih , mana ada kamu ketok pintu. Paling juga langsung masuk aja kan tadi."
Zaky mendengkus kesal, ia kemudian memperlihatkan tangannya yang memang terlihat merah karena terlalu lama mengetuk pintu tapi tak ada sahutan dari dalam. Nathan yang melihatnya pun tampak acuh dan menaruh ponselnya ke atas meja.
"Kamu lagi chattingan sama siapa sampe gak sadar aku masuk?"
"Hmm.. Gak ada.."
"Halah ngaku aja kamu pasti chatting sama si Ayunda itu kan."
Nathan kemudian menggangguk dan menanyakan tujuan Zaky masuk ke dalam ruangannya..
"Ada apa?"
Zaky pun tersenyum menggoda, "seperti nya kamu sudah tertarik dengan gadis itu."
"Tapi gadis itu memang memiliki daya tarik sendiri. Senyum nya membuat orang yang melihatnya juga ikut tersenyum. Ia juga terlihat cantik dan menggemaskan,"ujar Zaky membayangkan sosok Ayunda .
Nathan pun menatap tajam ke arah Zaky. Untuk sesaat Zaky tak menyadari hal itu, namun saat menatap ke arah Nathan yang tampak terlihat dingin dengan tatapanya yang tajam ia baru tahu kalau ia telah salah bicara.
"Upss.. Belum apa - apa sudah posesif aja nih CEO gamon."
Nathan memutar bola matanya malas, "apa gamon?"
"Gagal move on bosss," gelak Zaky.
Nathan semakin dibuat jengah oleh ucapan zaky.
"Ada perlu apa kamu masuk kesini?"
"Dih sinis amat, ini ada berkas baru yang harus kamu pelajari. Ini permintaan kerja sama dari perusahaan pak ronald, daddy Elisa."
"Lupakan saja, aku tidak ingin kerja sama dengan perusahaan yang akan bangkrut."
"Kamu serius? Nanti kalau pak surya tanya bagaimana? Daddy kamu dan daddy Elisa kan sedang merencanakan pertunangan untuk kalian."
"Aku akan memberikan bukti kalau Elisa dan keluarganya hanya ingin memanfaatkan perusahaanku dengan kerja sama agar perusahaan nya bisa bangkit lagi."
***
Di dalam kediamannya seorang paruh baya sedang marah besar. Ia melemparkan semua barang yang ada di ruang tengah hingga semua barang berhamburan di lantai dan ada juga barang yang pecah berserakan.
"Brengsek brengsek... Gagal semuanya gagal.."
"Dasar bodoh.. Tidak bisa di andalkan.. Dasar anak tidak berguna," amuk seorang pria paruh baya tersebut.
Sedangkan di sofa seorang wanita paruh baya tengah menangis melihat kemarahan sangat suami.
"Sudah mas... Sudah.. Jangan seperti ini. Kita bisa cari jalan keluar lainnya," ucap sang istri.
Ronald pun menoleh menatap sang istri.
"Jalan apa Sofia? Hahh.."
"Tidak ada jalan lain kecuali menjodohkan anak itu dengan anak Surya. Tapi di gagal mendekati Nathan. Dia memang bodoh, tidak bisa diandalkan. Hanya mendekati pria itu saja ia tidak bisa," amuk pria paruh baya itu yang ternyata adalah ayah Elisa.
Pasalnya usai sarapan tadi ia mendapat telpon dari Surya bahwa ia batal menjodohkan Nathan dengan Elisa sebab Nathan telah mempunyai kekasih.
Saat suasana begitu kacau, terdengar suara mobil berhenti di halaman rumah putih berlantai 2 itu. Ronald dan Sofia pun menatap ke arah pintu, mereka sudah dapat menduga jika yang datang pasti Elisa. Dan benar saja, saat pintu terbuka terlihatnya Elisa yang sedang berjalan mendekat dengan wajah yang pucat pasi dan ketakutan. Tubuhnya gemetar saat melihat kemarahan sang ayah. Ia syok lihat keadaan rumah yang sudah berantakan dengan pecahan kaca dimana - mana.
"Dad, mom.. Maafkan aku.." Ucap Elisa dengan tubuh gemetar.
Ronald pun menampar pipi Elisa hingga membuat wajah sang wanita menoleh saking kerasnya Ronald menampar nya.
Sofia yang melihat itu pun mendekati Elisa dan memeluknya. Mereka menangis sesegukkan sambil berpeluk kan.
"Sudah mas, jangan sakiti anak kita lagi. Sudah cukup. Kita bisa cari cara lain agar mereka tidak memutuskan perjodohan ini secara sepihak."
"Kamu itu bodoh Elisa.. Bodoh.."
"Hanya mendekati pria itu saja kamu tidak mampu. Padahal kami seorang model, kamu cantik dan tubuhmu juga bagus tapi kenapa kamu tidak bisa merayu Nathan hah.." Amuk Ronald kepada putri semata wayangnya.
"Maafkan aku dad, Nathan itu pria yang dingin dan angkuh, sulit bagiku untuk mendekatinya. Ia begitu susah untuk di dekati dad. Sudah melakukan hal yang selama ini aku lakukan dengan kekasihku tapi sulit. Ia berbeda dad," jawab Elisa masih menangis sesegukan.
Ronald pun mencoba menenangkan diri. Ia mencoba berpikir untuk bisa menaklukkan nathan.
Kemudian Ronald pun tersenyum licik.
"Kalau cara baik tidak bisa mengambil hatinya, kita harus pakai cara yang licik," ucapnya sembari tersenyum penuh misteri.
"Maaf kamu apa mas? Apa yang akan kamu lakukan?"Tanya Sofia kepada sang suami.
"Kita akan melakukan rencana ini jika sudah tiba waktunya,..."