NovelToon NovelToon
KESEPAKATAN DI ATAS RANJANG

KESEPAKATAN DI ATAS RANJANG

Status: tamat
Genre:Cintamanis / Single Mom / Cinta Terlarang / Cerai / Keluarga / Suami Tak Berguna / Tamat
Popularitas:198.9k
Nilai: 5
Nama Author: EvaNurul

Maya hanya ingin satu hal: hak asuh anaknya.

Tapi mantan suaminya terlalu berkuasa, dan uang tak lagi cukup.

Saat harapan habis, ia mendatangi Adrian—pengacara dingin yang kabarnya bisa dibayar dengan tubuh. Dengan satu kalimat berani, Maya menyerahkan dirinya.


“Kalau aku tidur denganmu... kau akan bantu aku, kan?”


Satu malam jadi kesepakatan. Tapi nafsu berubah jadi candu.

Dan

permainan mereka baru saja dimulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EvaNurul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SIDANG PENENTUAN

Udara pagi itu terasa lebih dingin dari biasanya. Langit mendung tipis, seolah menyimpan hujan yang belum turun. Maya duduk di tepi ranjangnya, memandangi tumpukan berkas yang semalam sudah ia rapikan. Tangan mungilnya mengusap pelan kepala Nayla yang masih terlelap di sampingnya. Perutnya terasa kencang, bukan karena lapar, tapi karena ketegangan yang semakin dekat. Hari ini, langkahnya akan kembali menapak ke ruang sidang.

Ia menarik napas panjang, lalu memandang jam di dinding. Pukul 06.00. Masih ada waktu sebelum harus berangkat.

Pelan-pelan ia membangunkan Nayla.

"Ayo sayang, bangun. Hari ini kamu main sama Tante Rani ya."

Nayla mengerjap, menguap kecil. "Mama kerja lagi?"

"Enggak, Mama ada urusan penting. Tapi kamu jangan khawatir, Tante Rani bakal jagain kamu sampai Mama pulang."

Nayla hanya mengangguk, masih setengah mengantuk.

Setelah memandikan dan menyiapkan sarapan sederhana untuk Nayla, Maya mengetuk pintu kamar Rani di kos sebelah. Rani, yang sudah tahu situasinya, tersenyum tipis sambil mempersilakan Nayla masuk.

"Tenang aja, aku jagain dia. Kamu fokus ke sidang. Jangan biarin dia menang di depan hakim."

Maya menatap Rani lama, seperti ingin memastikan semuanya aman. "Kalau ada apa-apa, kabarin aku langsung."

"Aku ngerti, May. Udah sana. Kamu nggak bisa telat hari ini."

Sebelum meninggalkan kos, Maya sempat kembali ke kamarnya. Ia mengambil ponsel, lalu mengetik pesan pada Bu Ina.

"Bu, jadi ikut ke pengadilan, kan? Saya tunggu di depan gang jam tujuh."

Tak butuh waktu lama, balasan datang.

"Iya, Nak. Ibu udah siap. Kita sama-sama berangkat."

...----------------...

Tepat pukul 07.00, Maya melihat sosok Bu Ina berdiri di ujung gang. Perempuan paruh baya itu mengenakan kebaya sederhana warna krem dan jilbab polos. Meski langkahnya pelan, sorot matanya teguh.

"Siap, Bu?" tanya Maya sambil tersenyum menahan gugup.

"Siap, Nak. Kita harus ceritakan yang sebenar-benarnya. Supaya mereka tahu siapa yang benar."

Maya mengangguk. "Hari ini mungkin panjang, Bu."

"Enggak apa-apa. Ibu lihat sendiri kamu dan Nayla selama ini. Kalau ada yang mau memisahkan kalian, Ibu nggak akan diam."

Mereka pun berjalan menuju jalan besar, menunggu taksi online yang sudah Maya pesan. Sepanjang perjalanan menuju pengadilan, Maya beberapa kali melirik Bu Ina, merasa lega ada seseorang di pihaknya.

Mobil melaju, melewati padatnya lalu lintas pagi. Maya menggenggam berkas erat-erat. Pikirannya melayang ke Reza—lelaki yang hampir empat tahun meninggalkannya bersama Nayla tanpa kabar, lalu tiba-tiba kembali menuntut hak asuh.

Hari ini, ia siap menghadapi apapun. Bahkan jika itu berarti membuka semua luka lama di depan semua orang.

...----------------...

Ruang sidang Pengadilan Agama itu terasa sesak meski udara dari pendingin ruangan berhembus pelan. Deretan bangku kayu penuh dengan orang yang menunggu giliran perkara. Maya duduk di barisan depan bersama Bu Ina, berkas di pangkuannya, jemarinya saling menggenggam erat.

Di sisi lain, Reza sudah duduk dengan setelan jas gelap yang tampak rapi, senyum tipis di bibirnya seperti merasa sudah memenangkan pertempuran sebelum dimulai.

Pintu samping terbuka, Adrian Lesmana masuk bersama asistennya. Tegap, berwibawa, dan dingin seperti biasa. Tatapannya hanya singgah sebentar pada Maya sebelum ia duduk di kursi kuasa hukum. Aura tenangnya justru membuat Maya merasa sedikit lebih kuat.

Hakim memasuki ruangan, palu diketuk tiga kali.

"Sidang perkara hak asuh anak antara Saudari Maya dan Saudara Reza dinyatakan dibuka," ucap hakim dengan suara tegas.

Reza langsung mengangkat dagunya. "Yang Mulia, saya sebagai ayah kandung merasa berhak atas pengasuhan anak saya. Ibu dari anak saya ini—" ia menoleh ke Maya dengan nada meremehkan, "—sudah tidak mampu memberi lingkungan yang layak."

Maya hendak membalas, tapi Adrian memberi isyarat halus agar ia diam.

"Yang Mulia," Adrian mulai berbicara dengan nada dingin dan rapi, "kami akan membuktikan bahwa klien saya, Maya, selama ini merawat anak tersebut dengan penuh tanggung jawab, tanpa dukungan materi maupun emosional dari pihak ayah kandung."

Hakim mengangguk. "Silakan ajukan saksi."

Adrian berdiri. "Kami memanggil Ibu Ina, tetangga yang tinggal berdampingan dengan klien saya selama tiga tahun terakhir."

Bu Ina maju ke depan, bersumpah sesuai aturan, lalu duduk. Tangannya tenang, matanya menatap hakim lurus.

"Ibu Ina," tanya Adrian, "bisa jelaskan pada majelis hakim bagaimana keseharian Maya dan anaknya selama ini?"

"Saya lihat sendiri, Yang Mulia," jawab Bu Ina lantang. "Nayla diasuh, disekolahkan, diberi makan cukup. Maya lah yang bangun pagi, masak, antar sekolah, dan kalau sakit dia yang begadang. Bapak Reza ini? Nggak pernah saya lihat menjenguk atau kirim uang. Tahu-tahu muncul minta anak dibawa."

Reza tampak kesal, mengetuk meja pelan. "Itu tidak benar—"

Hakim menatap tajam. "Saudara, tunggu giliran bicara."

Adrian mengangguk kecil lalu melanjutkan. "Ibu Ina, apakah Anda mengetahui status hukum antara Maya dan Reza saat ini?"

Bu Ina menghela napas. "Setahu saya, mereka belum bercerai secara resmi. Surat nikah masih ada, dan nggak pernah saya dengar mereka sidang perceraian."

Ruangan sidang mendadak hening. Beberapa orang di bangku belakang saling berbisik.

Hakim menoleh pada Reza. "Apakah benar Anda dan Maya masih terikat perkawinan sah?"

Reza terdiam sejenak, lalu mengangguk enggan. "Iya, Yang Mulia. Tapi kami sudah lama berpisah."

Adrian menyambar kesempatan. "Berarti, klaim bahwa anak harus dipindahkan karena ‘ketidaklayakan moral’ ibu menjadi tidak berdasar, karena Saudara Reza tidak pernah mengajukan perceraian ataupun pembatalan hak asuh sebelumnya."

Hakim mencatat sesuatu, lalu berkata, "Baik. Sidang akan dilanjutkan dengan mendengarkan saksi berikutnya dan bukti tertulis."

Maya menatap ke bawah, matanya panas. Tapi kali ini bukan karena takut—melainkan karena sedikit rasa lega. Setidaknya, satu kebenaran penting sudah keluar di ruang sidang itu.

1
Anonymous
Jancokkk mayaaa,,,, jadi wanita harus berani goblokkk
Anonymous
Rasanya pingin misuhi si maya
Anonymous
Sumpah.... maya ini cemen banget, ingin mempertahankan tapi pnakut, jadi wanita lemah banget
pipi gemoy
mantap bener ini pelakor, sudah maling suami orang
eh malah mau rampok anaknya 👻😤
pipi gemoy
taktik menyerang duluan
Adrian 👍🏼👏🏼🌹
pipi gemoy
mampir Thor
Catur Rini
gemes ma maya, tidak ada kata mennyerah utk memperjuangkan seorang anak, kalau ibunya lemah, gimana mo ngurus anak
Ana Akhwat
Lari pembacannya karena terlalu berbelit-belit ceritanya
mimief
nice ending
beautiful story'

cinta,kasih ,sayang dan ketulusan tidak akan ada yg bisa mengukur dan memberikan standarisasi.

harta?
ikatan darah?
kekuasaan?
akan terbantahkan dengan yg namanya perjuangan dan prioritas seseorang.
selamat berbahagia buat semua orang yg masih punya cinta, kasih,dan ketulusan di hati kalian
tak perduli apapun hubungan kalian
mimief
meleyot aku tu
pengacara kulkas 12 pintu merayu🤗
mimief
ba wa a aja dah pak..ke apartemen mu
eh ga boleh yaa🤣🤣
mimief
jadi inget drama Korea yg judulnya mother
yg seorang guru yg melarikan muridnya
karena muridnya korban kekerasan orangtuanya sendiri
diburu polisi keseluruh negri
pas prosesnya polisi malah menemukan kejanggalan,dr orangtuanya sendiri. bahkan seluruh kesaksian yg pernah bertemu
happy ending kah mereka?
menurut mereka happy ending
mimief
hanya mencoba mandiri
karena kalau mulai mau bergantung dama orang lain,malah jadinya menyakitkan
ya kan may?
mimief
jiaaaaahhhh
mereka nyasar
ah,akal akalan Dimas aja ini mah🤭🤣🤣🤣
mimief
bernafas sebentar GPP
tak pantas?
setiap orang berhak bahagia,tapi tau kah kau may
terkadang tuhan mengajarkan sesuatu untuk kita ga cuman memberikan kebahagiaan,tapi juga kesedihan supaya bisa naik kelas ke kehidupan yg lebih baik.
jangan suka berburuk sangka sama takdir yg ga bagus
mungkin....cara inilah yg tuhan buat supaya kita selalu mengingat Nya
mimief
hiks .hiks
iya mau
inget Nayla disana sendirian, kesepian,dan ketakutan
merasa terasing di tempat yg asing
mimief
bismillah..ayo kita kuat buat Nayla
kita ga tau anak itu juga hancur di sebrang sana
sendirian,ditempat asing
ayah yg cinta demi sebuah ambisi yg berbalutkan citra yg baik
mimief
dan momentum ini yg akan menghantui seumur hidup anak ini
selamanya...
Seperi kaset video yg terulang di alam sadarnya

jahatnya kau Reza.. memberikan trauma sebesar ini
mimief
ya Allah...
jahat nya sebuah ambisi
dah yg dikorbankan...orang orang terdekatnya
mimief
wah..lebih terpesona ini aku sama cerita ini daripada perselingkuhan diluar nalar

othoor kereeen
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!