NovelToon NovelToon
Bride Of The Fate

Bride Of The Fate

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Duda / CEO / Beda Usia / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Rustina Mulyawati

Anya Safira adalah gadis berusia 20 tahun. Ia bekerja sebagai petugas kebersihan di sebuah hotel. Suatu hari Anya tengah membersihkan kamar hotel yang sudah ditinggalkan oleh tamu. Namun, Seketika seorang pria masuk dan menutup pintu serta menguncinya. Pria itu mabuk dan tidak sadar kalau ia salah masuk kamar.

Melihat tubuh seksi Anya pria tersebut tidak tahan dan segera mendorong tubuh Anya ke atas ranjang. Pria itu pun naik dengan hasrat yang tidak tertahankan. Anya yang ketakutan hendak berteriak. Namun, pria itu segera membekap mulut Anya sambil berbisik.

"Jangan berteriak. Aku akan memberimu satu miliyar asal kau layani aku, " bisiknya.

Anya yang memang sedang membutuhkan uang, tidak pikir panjang dan menerima tawarannya. Dan disitulah awal dari semuanya.

Anya tidak tahu, kalau pria itu adalah tuan Elvaro. Duda kaya raya seorang Presdir perusahaan ternama YS.

Lalu, apakah yang akan terjadi selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rustina Mulyawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26. Amira Di Serang?

 Setelah selesai makan malam, Elvaro, Anya, Ranti dan Syella pergi untuk melihat pertunjukkan komedi drama musikal. Ranti dan Syella terlihat sangat bahagia menonton pertunjukkan tersebut. Begitu pun dengan Anya. Elvaro tidak bisa berhenti menatap Anya yang sedang tertawa lepas.

 "Lihat kedepan. Jangan ngeliatin saya terus, " ucap Anya menyadari itu.

 "Melihat mu tertawa lepas lebih membuatku bahagia, " balas Elvaro terus menggoda Anya sepanjang hari ini.

 Anya menoleh ke arah Elvaro dan menatap nya lekat.

 "Anda kenapa, sih? Hari ini terus saja menggoda saya, " sahut Anya.

 "Bukannya kamu duluan yang menggoda saya di kantor siang tadi? "

 Elvaro memutar balikkan ucapan Anya. Anya pun hanya bisa tertawa canggung. Dan kembali melihat ke depan menonton acara yang ada. Meskipun lama kelamaan, Anya jadi salah tingkah karena Elvaro terus saja menatap dirinya. Anya merasa seperti sedang di awasi.

 Sampai akhirnya acara itu selesai dan mereka baru kluar dari studio.

 "Sekarang kita mau kemana lagi?" tanya Elvaro begitu antusias

 "Kita pulang saja. Sudah terlalu malam. Ibu juga sudah mengantuk, " balas Ranti.

 "Iyah Kak, Syella juga sudah mengantuk. Besok harus sekolah, " timpal Syella memasang wajah lelah dan lesu.

 "Yaudah. Kita sudahi hari ini, " tambah Anya.

 Elvaro pun mengangguk tanda mengerti. Dan mereka pun akhirnya memutuskan untuk pulang. Hari ini mereka sangat bersenang-senang. Seperti keluarga yang harmonis dan bahagia.

 Dalam perjalanan pulang ponsel Elvaro berdering. Elvaro merogoh saku jasnya dan mengambil ponsel miliknya. Ia segera mengangkat telepon dari Aiden.

 "Hallo? Ada apa? "

[Ayah? Seseorang menyerang Amira. Sekarang dia dirawat di rumah sakit.]

 "Apa? Amira di serang orang? Oke. Ayah akan segera ke sana. Kamu jangan khawatir. "

 [Iyah, Yah. ]

 Tut.

 Anya penasaran mendengar sekilas percakapan Elvaro.

 "Ada apa? " tanya Anya.

 "Amira, katanya telah di serang oleh seseorang. Dan sekarang dia dirawat di rumah sakit. Saya harus pergi ke sana. Tapi, setelah mengantar kalian pulang. "

 "Oh, ya ampun! Amira itu bukannya calon istri Aiden, yah?" sela Ranti.

 "Iyah, Bu. Padahal mereka akan menikah minggu ini. Semoga saja Amira tidak papah, " jawab Elvaro.

 "Iyah, semoga saja."

Entah kenapa Anya merasa ada yang aneh. Mengapa ada orang yang ingin menyakiti Amira. Atas dasar apa dan tujuannya apa? Dan yang paling penting, siapa orang yang telah menyerangnya itu? Semua pertanyaan itu tiba-tiba saja terlintas dalam pikiran Anya. Entah kenapa ia merasa ini terlalu mendadak dan sangat mencurigakan.

 Tidak lama kemudian, Elvaro sampai di rumah. Anya, Ranti dan Syella segera turun. Sementara Elvaro pergi lagi menuju rumah sakit untuk melihat keadaan Amira saat ini.

  "Ayo, Bu kita masuk," ujar Anya sambil menggandeng tangan Ranti.

 Anya tidak sengaja berpapasan dengan Bima di ruang keluarga. Bima terlihat masih sangat marah kepadanya. Jadi, ia hanya melirik ketus kepada Anya dan langsung pergi ke kamarnya. Anya hanya bisa menghela nafas berat.

 "Eh, kalian sudah pulang? Gimana? Kalian bersenang-senang? " tanya Dita yang muncul dari arah kamarnya.

 "Iyah, Bu Dita. Kami sangat bersenang-senang, " balas Ranti.

 "Bu, Syella ngantuk. Syella ke kamar dulu, yah. Mau istirahat, " sela Syella.

 "Iyah, sayang."

 Syella pun pergi dan meninggalkan para orang dewasa untuk mengobrol.

 "Mah? Mamah tahu kalau Amira diserang orang? " tanya Anya.

 "Apa? Amira diserang? Kapan? " sahut Dita terkejut karena ia memang tidak tahu.

 Aiden sengaja tidak mengabari Dita karena ia takut Dita nanti malah khawatir.

 "Anya tidak tahu persis kapan terjadinya. Tapi, Aiden tadi menelpon Pak Elvaro untuk segera ke rumah sakit, " balas Anya.

 "Ya ampun! Kasihan sekali Amira. "

  "Kita do'akan saja semoga dia baik-baik saja dan tidak terluka parah, " sahut Ranti.

 "Yaudah, Mah. Anya mau mengantar Ibu ke kamar untuk istirahat, " ujar Anya.

 Dita tersenyum lembut sambil mengusap pipinya lembut. "Iyah, sayang. "

 "Kalau begitu kami istirahat dulu yah, Bu Dita," ucap Ranti berpamitan.

 "Iyah, Ranti. Istirahatlah."

 Anya pun segera mengantar Ranti ke kamarnya.

 ***

 Elvaro baru saja tiba di rumah sakit. Ia pun segera pergi ke ruangan Amira sesuai arahan dari Aiden. Ketika Elvaro masuk ia melihat Aiden yang sedang duduk di samping Amira sambil menggenggam erat tangannya.

 "Gimana kondisinya sekarang? " tanya Elvaro.

 Aiden menoleh sejenak. "Dokter bilang lukanya tidak dalam. Mungkin, Amira pingsan karena dia terlalu shock."

 "Syukurlah kalau lukanya tidak parah. "

 Elvaro menepuk pelan bahu Aiden untuk menenangkan dan sedikit menghiburnya.

 "Ayah? "

 "Hmmm."

 "Kita harus cari tahu, orang yang sudah melukai Amira. Aku ingin dia menerima balasan yang setimpal, " ucap Aiden terdengar sangat marah.

 "Baiklah. Ayah akan mencarinya. Kita akan menangkap orang itu, " balas Elvaro,

 Melihat Aiden yang begitu marah dan khawatir terhadap Amira. Elvaro semakin yakin, kalau Aiden sangat mencintai Amira.

 Sementara itu, Amira mulai membuka matanya dan terbangun. Amira sangat senang ketika pertama kali ia membuka mata Elvarolah yang ia lihat di depannya. Ia bahkan tidak peduli pada Aiden yang tengah menggenggam erat tangannya.

 "Pak El? Aiden?" ucap Amira terdengar lemah.

 "Amira? Syukurlah kamu sudah bangun, aku sangat khawatir sekali, " lirih Aiden hampir menangis.

 Amira bangun dan memeluk Aiden dengan erat.

 "Saya takut Aiden. Orang itu ingin membunuh saya, " ujar Amira.

 "Orang itu? Siapa? Apa kamu tahu orang yang menyerang mu?" Elvaro menyela.

Amira melirik memelas kepada Elvaro dan menggeleng tidak tahu.

"Saat itu, saya terlalu kaget dan saya tidak melihat wajahnya dengan benar. Saya takut. "

Aiden kembali memeluknya dan membelai lembut rambut Amira. "Tidak papah. Jangan memaksakan diri. "

Amira pun hanya bisa menangis dalam pelukan Aiden menciptakan seakan dia trauma dengan kejadian itu.

"Ayah, bisakah Amira tinggal di rumah kita mulai besok? Aku tidak ingin dia kembali kesana. Terlalu berbahaya, " pinta Aiden.

"Baiklah. Lagi pula, sebentar lagi kalian akan menikah. Dan Amira akan segera pindah juga ke rumah kita. Dan Ayah rasa itu lebih baik, buat keselamatan Amira juga, " balas Elvaro.

"Makasih, Ayah. "

Sejenak Elvaro berpikir. Apakah orang yang melukai Amira sekarang ini adalah orang yang sama yang berulang kali ingin mencelakainya dan juga Anya? Jika iya, apa sebenarnya yang ia inginkan? Pikir Elvaro.

[Bagus! Rencanaku berhasil. Yah, memang aku harus mengorbankan diriku, supaya rencanaku bisa berhasil. Tidak papah aku terluka sedikit. Asalkan bisa terus disamping Elvaro dan bisa terus mengawasinya dari dekat, aku rela berkorban. ] Bathin Amira menyungging senyum kecil.

Elvaro keluar sebentar dari ruangan Amira. Ia menelpon Anya dan memberitahu orang rumah tentang kabar Amira.

"Hallo? "

[Saya cuma mau memberi kabar, kalau Amira baik-baik saja dan tidak terluka parah. Jadi, kalian tidak perlu terlalu khawatir. Besok Amira sudah boleh pulang. ]

"Syukurlah kalau begitu. "

[Yasudah. Cepat tidur dan jangan Bergadang. Saya harus menyelesaikan urusan disini. Setelah selesai akan pulang. Jangan terlalu rindu. ] Elvaro lagi-lagi menggoda Anya.

"Apaan sih? Siapa juga yang rindu. Udah yah, saya mau tidur. Selamat malam! "

Tut!

Anya pun menutup teleponnya secara sepihak.

Elvaro tersenyum kecil karenanya. "Gadis ini, masih saja sok cuek. Bikin gemes aja, " gumam Elvaro.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!