NovelToon NovelToon
CINTAKU MENTOK Di WANITA MALAM

CINTAKU MENTOK Di WANITA MALAM

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Wanita Karir / Fantasi Wanita
Popularitas:13.7k
Nilai: 5
Nama Author: Aquarius97

Follow ig author : @Shikuzika97


PLAGIAT! BISULAN SEUMUR HIDUP 🤙🏻😤



Restu Anggoro Wicaksono, seorang pria yang sering kena bully ketiga sahabatnya lantaran dirinya yang belum pernah melakukan hubungan s*xs dengan lawan jenis. Jangankan berhubungan badan, dekat dan sekedar berciuman saja Restu belum pernah.

Hingga suatu malam, ketiga sahabatnya menyeretnya ke klub malam. Menyewakan seorang wanita untuk membantu Restu merasakan pengalaman bercinta.

Namun, pertemuannya dengan wanita malam tersebut, membuat Restu terkesan, terpikat dan tidak bisa melupakannya.

Bertahun-tahun berlalu, Restu masih mencari wanita malam itu. Tapi nihil, wanita tersebut menghilang seperti di telan bumi. Di sisi lain, keluarganya sudah menuntutnya untuk segera menikah.

Akankah Restu bisa menemukan kembali wanita yang ia cari? Ataukah akhirnya dia harus menyerah dan menerima perjodohan yang telah diatur oleh keluarganya?


Yuk, ikuti dan dukung keseruan kisah Restu 😉

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquarius97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mencari Oma.

Restu mendorong tubuh Qiana, memaksanya masuk ke dalam taksi yang sudah ia pesan. Begitu Qiana duduk, pintu langsung ditutup olehnya.

Blam.

Wajah Qiana tampak masam, bibirnya tertekuk menahan kesal. Tapi Restu seolah tak peduli. Ia berdiri di sisi jalan dengan ekspresi datar, menyaksikan taksi tersebut melaju pergi.

Sementara di dalam taksi, Qiana mendesah kasar, lalu menghempaskan pundaknya ke kursi dengan wajah sebal.

"Dasar bos aneh. Seenaknya aja maksa-maksa!" gerutunya, sambil bersungut-sungut.

Pikirannya langsung melayang ke beberapa menit sebelumnya, saat ia dan Restu berdebat di apartemen.

"Maaf, saya tidak bisa mengantar kamu pulang karena ada urusan mendadak. Dan terimakasih karena kamu sudah menolong saya, Qiana." Restu menghembuskan napas sejenak, lalu melanjutkan. "Tapi tenang saja, saya sudah pesankan taksi untukmu," ujarnya tegas.

Qiana spontan menggeleng. "Loh, tidak usah, Pak. Saya kan bawa motor sendiri!"

"Motor kamu mau saya pinjam," balas Restu santai, lalu mengangkat kunci motor Butet yang sudah berada di tangannya.

"Ih, Pak! Nggak boleh!" Qiana melompat-lompat berusaha meraih kunci. Tapi dengan santai, Restu mengangkatnya semakin tinggi, membuatnya mustahil untuk diraih.

"Makanya, tumbuh tuh ke atas, bukan ke samping! Hoaam..." ejek Restu, menepuk-nepuk mulutnya yang menguap.

Qiana langsung berhenti, tangannya terkepal. "Gimana mau tinggi...saya lupa minum Hilo dulu!" serunya, sambil menghentakkan satu kakinya. "Dahlah, saya pergi!" ia pun berbalik dan keluar dari apartemen.

Restu menyunggingkan senyum tipis melihat tingkah Qiana yang membuatnya gemas, lalu perlahan mengikutinya turun.

Drama belum berakhir. Qiana yang masih jengkel enggan menuruti perkataan Restu untuk naik taksi yang sudah ia pesan. Ia malah berniat mencari angkot saja untuk pulang.

Akhirnya, terjadilah adegan paksa-memaksa, dan dorong-mendorong.

>>>

Taksi melaju perlahan menembus jalanan Sabtu pagi yang lumayan lenggang. Kota terasa berbeda, tidak sepadat hari kerja.

Meski ini akhir pekan, kendaraan yang melintas masih bisa dihitung. Mungkin karena masih terlalu pagi juga.

Qiana masih bersandar, matanya menatap keluar jendela. Ingatannya kembali dengan tawaran Restu.

Tiga kali lipat dari gaji di Indomaret? Lumayan juga, kalau dipikir-pikir. Tapi rasa tak nyaman selalu muncul setiap kali ia berada di dekat Restu. Terlebih, pria itu pernah menciumnya tiba-tiba.

Qiana mendesah pelan. Jangan salahkan pikirannya jika menganggap Restu sebagai bos mata keranjang. Ia bergidik ngeri, hukuman satu bulan saja sudah terasa begitu berat baginya.

Apalagi bosnya itu terkesan dingin, tidak ramah, dan suka semena-mena menyuruhnya. Belum lagi, bosnya selalu saja suudzon padanya, membuat Qiana diam-diam ingin menampolnya tiap kali bicara.

>>>

"Benar di sini, Neng?" tanya sopir taksi, perlahan menginjak rem.

"Benar, Pak. Terima kasih," ucapnya sembari membuka pintu.

"Sama-sama, Neng!" sopir taksi membalas dengan ramah.

Dari pintu gerbang, Qiana bisa melihat seorang wanita tua yang tengah sibuk menyapu halaman.

Segera, kakinya melangkah menghampiri.

"Nek, apa yang Anda lakukan? Kami tidak minta nenek disini untuk jadi pembantu. Sini, nenek duduk saja. Biar Min-min yang selesaikan!" Qiana merebut sapu lidi, kemudian menuntun nenek itu ke kursi yang berada di teras.

Nenek itu tersenyum lembut menatap Qiana, merasa terharu, seolah ketulusan dan perhatian wanita muda ini benar-benar menyentuh hatinya.

"Nenek juga tidak ingin jadi pembantu. Tapi mata Nenek sepet lihat halaman yang begitu kotor, seperti rumah orang minggat saja!"

Qiana mendelik, dalam hatinya ia merasa dongkol. "Idih, sebenarnya ini nenek siapa sih, ngeselin amat omongannya!"

"Ya sih, Nek. Min-min cuma kasihan saja lihat sapunya, keknya takut sama nenek!"

"Mana ada sapu takut? Ngadi-ngadi kamu, Min!" beliau melengos.

Qiana mengangguk serius, mengimbangi gaya bicara Nenek aneh di hadapannya. "Ya, tadi sapunya sampai gemetar di pegang nenek!" kekehnya pelan.

"Kurang ajar! Kamu mengejek nenek sudah jompo?"Nenek melotot menatap Qiana. "Hmm...tidak tahu saja nenek masih kuat, apa mau coba adu panco sama Nenek, hah?"

"Pffffttt !!! Tidak-tidak ! Ampun, Nek." Qiana mengangkat kedua tangannya. "Oh ya, kemana yang lain, Nek?" tanyanya, sambil mulai menyapu.

"Ada, Bu Heni sedang menyuapi Bu Ani, di kamar," jawab nenek. "Kamu darimana, padahal katamu semalam akan pulang jam satu. Apa jam satu malam itu matahari sudah setinggi ini?"kini, giliran beliau yang bertanya.

"Ceritanya panjang, Nek. Nanti Min-min ceritakan, ya. Oh ya, apa nenek sudah ingat sesuatu tentang keluarga nenek?"

Sebenarnya nenek itu belum pikun. Ia hanya berpura-pura di depan Qiana. Saat pertama kali bertemu, entah kenapa ada rasa nyaman yang tiba-tiba menyusup, seolah memiliki firasat positif tentang wanita muda yang telah menolongnya itu.

"Belum… Apa kamu keberatan saya tinggal di sini? Kalau begitu, serahkan saja saya di panti jompo sementara. Saya tidak apa-apa, dan tidak mau merepotkan kalian," wajah nenek memelas.

Qiana menggeleng, mendekat, dan merangkul nenek itu. "Nek, bukan begitu maksud Min-min. Hanya saja, Min-min khawatir keluarga nenek sekarang juga bingung mencari Anda," tuturnya lembut.

"Kalau nenek belum mengingat, ya sudah tidak apa-apa. Tinggal di sini dulu. Nanti kita cari pelan-pelan, ya, cucu nenek," imbuh Qiana lagi.

Nenek tersenyum, meraih dagu Qiana, dan mengusapnya pelan. "Kamu anak baik. Begitu bertemu cucuku, aku ingin menjodohkanmu dengannya!"

Qiana refleks menepis tangan nenek. "Ey, nenek! Jangan sembarangan jodoh-jodohin. Iya kalau cucu nenek tampan, kalau tidak bagaimana?"

Dahi nenek mengerut. "Eh, jangan salah, ya. Cucu nenek itu pria tertampan! Awas kalau sampai ketemu, pasti kamu bakalan klepek-klepek sama dia!" tukasnya sambil bersedekap dada.

"Hahaha, Min-min bercanda kali, Nek. Iya-iya, cucu nenek paling cakep. Tapi maaf, untuk sementara Min-min belum kepikiran untuk menikah."

...🕊️🕊️🕊️🕊️🕊️...

Setelah memastikan Qiana pulang dengan taksi, Restu kembali ke atas. Ia menelepon Niko, meminta untuk menjemputnya.

Tadi, ia mendapat kabar dari Rangga. Bahwa omanya hilang, meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan siapa pun.

Setelah meminta Rangga menelusuri keberadaannya, terungkap bahwa Omanya diam-diam pergi ke Jakarta. Tanpa pengawal, tanpa bodyguard, dan tanpa meminta izin dari papa maupun mamanya.

Restu seketika panik. Seharusnya, jika oma benar-benar menyusul ke Jakarta, ia sudah sampai sekarang. Berkali-kali ia mencoba menghubungi ponsel Oma Dania, tapi hanya terdengar suara operator yang dingin.

Rasa khawatir itu menumpuk. Bagaimanapun, segalak-galaknya Oma Dania, Restu sangat menyayanginya.

Hatinya mencelos membayangkan omanya yang seorang diri di kota besar, tanpa pengawal. Segala kemungkinan buruk terus menari di pikirannya, membuat Restu gelisah tak karuan.

Bagaimana jika sesuatu terjadi dengan Omanya? Restu meminta Niko mengantarnya ke kediaman keluarga Wicaksono yang berada di Jakarta, berharap Omanya sudah ada di sana.

...ΩΩΩΩΩΩΩ...

Hmm.. Semoga Restu bisa segera bertemu omanya yaa?

1
Jemiiima__
kan horror bgt doi klo marah
Dewi Payang
Neneknya Restu kan ini?
Dewi Payang
Maskh terbayang- bayang gak tuh rasanha🤭
Jemiiima__
Aviva elinggg , mas restu ga sama kek yg lain ya
TokoFebri
teguh lagi.. Oey teguuhh.. 😄🤣
༺🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
Nanti oma jg bisa mmbalasnya dg cara menikahkn cucu oma dg Qiana wkwkwk
༺🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
/Facepalm/ nenek2 gaul, wlwpun udh tua jiwa pengumpatnya masih menyala 😂😂😂
༺🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
Lah ktanya gk inget, tp saat ad yg nebak Sonia sewot😂😂😂
༺🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
oma mu sedang sidak di rumah calon cucu menantunya res😂😂😂
༺🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
Wow selamat opa aed kisah cintamu semulus jskan tol😍😍
༺🦋⃟‌⃟𝔸𝕥𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
owh jd restu ad ketirunsn Tionghoa
Muliana
Aku tebak, kamu pasti ingin lebih dekat dengan Qiana kan?
Muliana
Kan ... Rasain
Muliana
walah-walah /Facepalm/
Muliana
Kenapa gak minta bantuan orang sih bu Heni.
Kenapa harus nunggu, Qiana dulu?
Annisa Chairiy
Beraninya kalo lagi tidur aja ah Restu
Drezzlle
kwkwkwk nenek nenek bisa ngumpat juga . ih gemes
Drezzlle
malah penasaran kisah cinta omanya thor
sjulerjn29
gimana ya kalo mereka dipertemukan antara minmin sama restu, apa bakal dijodohin itu🤣
sjulerjn29
kenapa gak bilang kalo nenek lagi cari calon buat cucu nenek gitu atuh nek🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!