NovelToon NovelToon
Pernikahan Darah Sang Raja Mafia

Pernikahan Darah Sang Raja Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Nikah Kontrak / Pelakor jahat
Popularitas:550
Nilai: 5
Nama Author:

Islana Anurandha mendapati dirinya terbangun di sebuah mansion besar dan cincin di jemarinya.

​Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan untuk keluar dari rumah istana terkutuk ini. “Apa yang sebenarnya kamu mau dari aku?”

​“Sederhana. Pernikahan.”

​Matanya berbinar bahagia saat mengatakannya. Seolah-olah dia sudah lama mengenalku. Seakan-akan dia menunggu ini sejak lama.

​“Kalau aku menolak?” Aku bertanya dengan jantung berdebar kencang.

​Mata Kai tidak berkedip sama sekali. Dia mencari-cari jawaban dari mataku. “Orang-orang terdekatmu akan mendapat hukuman jika kamu menolak pernikahan ini.”

Islana berada di persimpangan jalan, apakah dia akan melakukan pernikahan dgn iblis yg menculiknya demi hidup keluarganya atau dia melindungi harga dirinya dgn lari dari cengkraman pria bernama Kai Itu?

CHAPTER 26

Chapter 26

Sepuluh tahun yang lalu

POV – Oza Barabay

“Oza, kamu hari ini kenapa?!” Pelatih karateku kesal untuk kesekian kalinya hari ini.

​Memang badanku ada di sini tapi kepalaku ada di tempat lain. Berkat Maharani yang datang ke Barabay. Hanya dalam satu hari saja, rasanya hidupku sudah jungkir balik.

​“Kamu tau kan kalau Kai...”

​“Aku tau!” bentakku.

​Pelatihku sudah tahu kalau berkata kasar denganku tidak akan membuat hari ini jauh lebih baik. Seorang Oza Barabay terkenal dengan emosi tingkat tinggi meskipun saat sedang latihan karate santai seperti ini.

​“Kalau kamu nggak mau mendengar nama Kai, tolong latihan lebih keras lagi. Ini nggak bisa kaya gini terus, kamu harus naik tingkat. Sewaktu-waktu anak keparat itu bisa datang dan hancurin kita semua di sini.”

​Dan sementara ayah berencana menikah dengan Maharani.

​Menyedihkan.

​“Ayo ulangi lagi latihannya.” Pelatihku meminta rekan latihan baru untuk melatih kecepatan tangan dan kakiku.

​Aku maju ke depan dan menghantam anak baru itu. Tapi dia berhasil mengelak. Lalu aku mengincar kakinya, dengan cepat dia menghindar.

​“Bayangkan wajah Kai!” teriak pelatih dari pinggir lapangan.

​Ya, aku membayangkan wajah Kai yang sedang mencemooh tepat di depanku. Aku memukul wajahnya dengan tangan kiriku. Anak baru itu tidak punya reflek yang bagus. Dia tidak menyangkan aku bisa memukul dengan tangan kiri.

​Dagunya sedikit berdarah.

​Aku tidak peduli. Karena dia dibayar untuk menjadi objek pelatihan seorang anak Raja Mafia.

​“Sejak kapan kamu melatih pakai tangan kiri?” kata pelatih dengan sedikit kaget.

​Dia tidak tahu kalau aku sering melakukan pelatihan tengah malam dengan Baragon – pengawal khusus keluarga Barabay – karena itu aku suka terbangun di siang hari. Karena tengah malam aku sudah tepar.

​Setelah melakukan tiga set dengan anak baru yang sepertinya menahan tangisannya di akhir latihan, pelatih akhirnya membuat analisis apa saja yang harus aku lakukan untuk meningkatkan performa.

​Aku memang bukan atlet tapi tidak mengenakkan selalu dibandingkan dengan Kai yang bisa melakukan tiga tipe bela diri sekaligus.

​Salah satu Baragon menghampiriku dan menyodorkan handphone. Nama ayah tertera jelas.

​Apalagi kali ini?

​“Kamu sudah selesai latihan?” Ayah terdengar sedang bersantai dan berada di tengah-tengah canda tawa teman-temannya.

​“Ada apa?” aku tidak mau basa-basi.

​“Malam ini semuanya sudah siap. Kamu tinggal datang, anakku.”

​Oh, suasana hati Raja kita sedang baik sepertinya. Ini akan semakin pelik.

​“Kalau aku nggak datang?”

​Hanya ada suara geraman di ujung telepon itu. Tapi tidak butuh waktu lama, ayah mengeluarkan taringnya. “Kalau begitu ucapin selamat tinggal untuk Barabay. Mungkin Ayah akan kasih semuanya pada calon anak tiri Ayah.”

​Aku membanting handphone itu. Hanya dalam satu kali bantingan, semua komponennya patah berkeping-keping.

​Aku akan memastikan Kai menjadi seperti ini.

*

***

Masa Kini

POV – Islana

Neraka. Kata julukan yang tepat untuk mendeskripsikan apa yang aku datangi sekarang. Kalau Oza sebelum ini tampak sangat tenang, maka ketika dia masuk ke kampung halamannya sendiri, dia terlihat begitu percaya diri.

​“Ini sudah sore, kamu bisa memilih ketemu dulu sama keluarga kamu atau membersihkan diri kamu.” Matanya memperhatikan semua lekuk tubuhku secara berlebihan.

​Aku mengambil selimut yang merupakan ‘saksi’ dari penculikan ini. Bersembunyi di baliknya.

​Oza melihatku dengan tatapan geli. “Bisa-bisanya berpikir selimut dijadiin perisai.”

​Daripada tidak menutupinya sama sekali. Aku tidak bisa bela diri sama sekali. Sekarang aku menyesal karena tidak ikut kelas taekwondo dulu.

​“Bisa nggak aku punya waktu sendiri?” Aku tidak tahu apa hal ini akan membuatku menjadi tenang atau malah sebaliknya.

​“Berarti kamu memilih untuk mandi dan tidur?”

​“Asalkan kamu janji kalau drama jazucci waktu itu tidak terulang lagi.” Aku tidak mungkin masuk ke kamar mandi dengan jendela. Tidak akan pernah lagi.

​Oza mengangkat tangan dan membuat simbol damai dengan jarinya. “Tenang aja, semuanya akan tenang dan aman selama kamu mengikuti apa perkataanku.”

​Beberapa menit kemudian kita sudah sampai.

​Tepat di depanku sebuah rumah raksasa dengan nuansa seperi rumah Vampire – karena warnanya terlalu gelap untuk rumah manusia – dengan kaca-kaca besar dan taman yang luas.

​Ada sekitar dua belas pria dengan bertato naga di lengan mereka. Memakai kacamata hitam dan tanpa ekspresi. Datar seperti patung. Apa aku bisa melewati mereka kalau aku memutuskan lari?

​“Ayo.” Oza langsung menarik tanganku tanpa melihat apakah aku bersedia atau tidak.

​Tidak seperti Kai yang selalu mengulurkan tangannya. Pria satu ini merasa sebagai penguasa dunia dan merasa bahwa dia memiliki segalanya. Perasaan manusia lain adalah nomor ke dua ratus baginya.

​Dengan kaki tanpa sepatu aku berteriak kesakitan karena panasnya jalanan tanpa pelindung. Menyadari itu Oza langsung menggendongku.

​Layaknya karung goni!! Di pundaknya!

​“Oza! Turunin sekarang juga!”

​Dia tidak bergeming. Justru dia meminta pengawalnya menutup pintu.

​Seketika warna remang-remang menyelimuti sekeliling pandanganku. Aku hanya bisa melihat berbagai lukisan aneh di sisi kiri dan kanan dan banyak pajangan rusa buruan dan patung-patung naga yang berukuran besar.

​“Sekarang kamu pilih, mau ketemu sama mama kamu atau mandi sama aku?” Suaranya jelas-jelas tidak main-main.

​Aku hanya bisa berdoa samoga aku bisa melewati malam ini.

​Semoga...

1
danisya inlvr
Gemes banget 😍
Irisa_Sherenada: Gemes* Sama Kai ya? 😊
Irisa_Sherenada: Genes Sama Kai ya Kak? 😘
total 2 replies
Inari
Baru baca beberapa chapter aja udah pengen rekomendasiin ke temen-temen semua!
Irisa_Sherenada: Makasih kakak. Stay tuned yah 😉
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!