Menjadi seorang dokter bedah ilegal di dalam sebuah organisasi penjualan organ milik mafia berbahaya, membuat AVALONA CARRIE menjadi incaran perburuan polisi. Dan polisi yang ditugaskan untuk menangani kasus itu adalah DEVON REVELTON. Pertemuan mereka dalam sebuah insiden penangkapan membuat hubungan mereka menjadi di luar perkiraan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ava Hilang?
Devon segera menuruni tebing, mendekati air terjun yang menggemuruh di bawahnya. Dia sama sekali mengabaikan rasa sakit di tubuhnya karena ingin cepat menemukan Ava di bawah sana.
Darahnya terus mengalir dari lukanya di perut yang kembali terbuka, membasahi baju yang sudah kotor luar biasa. Tapi dia tidak peduli. Satu-satunya yang ada di pikirannya adalah Ava.
“Ava ... di mana kau?" teriaknya panik.
Dia tiba-tiba mendengar suara mesin helikopter menderu di atasnya. Suara itu semakin dekat, dan ketika Devon menengadah, dia melihat lambang kepolisian di sisi helikopter.
"Akhirnya ... bantuan datang," gumamnya lega, meski hatinya masih gelisah.
"DEVON! BERTAHANLAH!" teriak salah seorang anggota tim melalui pengeras suara.
Helikopter mendarat dengan cepat di dataran kecil beberapa meter darinya. Beberapa polisi berseragam hitam-hitam dengan senjata turun dengan cepat, sementara dua orang tenaga medis bergerak cepay menghampiri Devon.
"Luka tembak di perut! Kita harus evakuasi segera!" seru salah satu paramedis dari kepolisian.
Devon meraih lengan salah satu timnya.
"Ada korban ... di bawah ... dia terjatuh ke bawah air terjun. Kalian harus ... menemukannya," ucapnya dengan napas tersengal.
Pria itu mengangguk tegas. "Kami akan mencarinya. Kau harus segera ke rumah sakit, atau luka ini akan menjadi infeksi."
“Tolong … temukan dia …”
“Ya, kami akan berusaha. Apakah dia salah satu anggota mafia itu?“
“Bukan, dia seorang pendaki yang kebetulan menolongku ketika aku terkapar di tengah hutan.”
“Baiklah, kami akan memberikan informasi secepatnya nanti padamu.”
Devon mengangguk lemas sebelum akhirnya diangkat ke dalam helikopter. Saat mesin kembali meraung dan helikopter perlahan menjauh dari tanah, matanya masih menatap ke arah air terjun di kejauhan.
*
*
Pencarian besar-besaran telah dilakukan. Tim penyelamat kepolisian, dengan peralatan lengkap dan anjing pelacak, menyisir setiap sudut di bawah air terjun.
Mereka memeriksa gua-gua kecil di sekitar air terjun, mengarungi aliran sungai yang deras, bahkan menyelam ke kolam dalam di dasarnya.
Tapi Ava tidak ditemukan.
Tidak ada jejak, tidak ada sehelai pakaian pun yang tersangkut di bebatuan, tidak ada tanda-tanda bahwa seseorang pernah terdampar di sana.
Seolah-olah dia lenyap ditelan bumi.
Polisi yang memimpin operasi, menarik napas berat sebelum akhirnya memberi perintah.
“Gencarkan pencarian hingga 5 kilometer ke hilir sungai. Jika dalam 24 jam tidak ada hasil, kita harus menghentikan operasi."
Mereka semua tahu apa artinya. Setelah waktu itu, Ava akan resmi dinyatakan hilang.
*
*
Devon terbaring di tempat tidur rumah sakit. Luka tembak di perutnya masih terasa perih.
‘Ava ... di mana kau?’ batinnya.
Pintu kamar kemudian terbuka, dan Henry—timnya—masuk dengan ekspresi wajah yang lebih tegang.
"Kami tidak menemukannya, Devon."
Devon beranjak duduk sambil memegang perutnya. "Apa maksudmu tidak menemukannya?"
“Kami sudah mencari di mana-mana. Tidak ada tanda-tanda keberadaannya. Sungai ini berarus deras, dan jika dia terbawa sampai ke hilir—“
Devon mengernyit. "Jangan bilang itu,” potongnya.
Henry menghela napas. "Tapi aku harus melaporkan ini. Ava dinyatakan hilang."
Devon tidak menjawab.
"Satu hal lagi,” Harris melanjutkan, “Kami tidak punya data identitasnya. Siapa sebenarnya wanita ini, Devon?"
Devon menatapnya. "Dia hanya seseorang yang kebetulan ada di tempat yang salah. Seandainya dia tak menolongku, mungkin dia masih hidup.”
"Kau yakin tidak menyembunyikan sesuatu?"
"Tidak. Kau tak percaya padaku?”
“Aku percaya padamu, Devon. Aku hanya ingin memastikan saja,” jawab Henry. “Baiklah, aku pergi dulu. Semoga kau cepat pulih.”
Devon mengangguk pelan dan Henry keluar dari kamar perawatannya.
*
*
‘Mengapa aku tidak memberitahu mereka siapa Ava sebenarnya?’
Devon memejamkan mata, mencoba menenangkan diri.
Ava bukan sekadar wanita biasa. Dia adalah dokter bedah dari organisasi ilegal milik Don Vittorio.
Tapi di lain sisi, dia juga penyelamat Devon.
Ava-lah yang merawatnya, dan bahkan mengorbankan nyawanya demi keselamatan Devon.
Dan sekarang, ketika Ava menghilang, Devon tidak bisa mengungkapkan identitasnya pada kepolisian. Karena jika mereka tahu Ava bekerja untuk Vittorio, mereka akan menyelidikinya.
Atau bahkan mungkin lebih buruk, mereka akan mengejarnya sebagai buronan.
(Kalo komen yang rame duooonkk .. kok sepi siiiihh??)
masih penasaran siapa yg membocorkan operasi Devon di markas Don Vittorio dulu ya 🤔🤔