NovelToon NovelToon
Senandung Sang Bunga

Senandung Sang Bunga

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Teen School/College / Karir / Fantasi Wanita / Chicklit
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Baginda Bram

Aidol atau idol. Adalah istilah yang lumrah di zaman ini karena kehadirannya yang telah masif.

Chandra Kirana adalah salah satunya. Ia yang mulai dari nol, tak pernah berpikir untuk menjadi seorang idol.

Namun, ia "terperosok" ke dalam dunia itu. Mulai saat itu, dunianya pun berubah.

Dunia yang dipenuhi estetika keindahan, ternyata banyak menyimpan hal yang tak pernah terduga sebelumnya.


(Update setiap hari selasa, kamis, Sabtu dan minggu.)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baginda Bram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Sudah setengah jam berlalu. Kami bertiga disuruh kembali ke tepi jalan raya yang tadi kami lewati. Katanya sih untuk shooting. Memangnya harus dipinggir jalan banget ya?

Tidak butuh waktu lama untuk tiba. Trotoar yang semula sepi, kini dipadati oleh teman-temanku dan para staf, serta peralatan mereka.

Aku mulai paham. Sepertinya mereka ingin mengambil gambar di jalan ini. Mungkin juga untuk mengambil latar pemandangan kota yang memang sedap dipandang.

Kami bertiga menyatu dengan barisan. Tak lama, muncul seorang wanita bertopi lebar dengan kacamata gelap yang bertengger di antara dua daun telinganya. Berpakaian santai dengan jaket rajut bermotif. Dengan gaya nyentrik itu, sudah jelas itu siapa.

Berdiri di hadapan kami. Menyilangkan tangan. Pandangannya tetap jelas arahnya meski terhalang oleh lensa gelap.

"Kita akan membuat sebuah scene simpel. Yang perlu kalian lakukan cuma berjalan saja."

Aku yakin tidak akan seringan yang diucapkannya. Nyatanya kita semua pemula. Muncul di depan kamera pun baru beberapa kali. Meski adegan yang akan kami lakukan terlihat mudah, Tapi aku yakin tidak akan sesimpel kalimatnya.

"Sepertinya kurang kalau berjalan saja." Tukasnya, sambil mecubit dagu. "Mmm ... coba sambil bergerak menyesuaikan koreografinya."

Tanpa mengucap apa-apa lagi, wanita itu berlalu. Berjalan menuju sebuah kursi yang nampaknya telah disediakan. Di bawah sebuah tenda kecil. Duduk di sana, menyilangkan kaki. Bak ratu yang duduk di singgasananya yang sedang memperhatikan para punggawanya.

Jujur saja, aku merasa tak mendapat penjelasan apapun. Kalimat-kalimatnya terlalu ringkas. Aku belum bisa menangkap apa yang wanita itu maksud. Bergerak? Cukup bergerak sambil menari? Aku tak yakin.

Meski pertemuan kami bisa dihitung dengan jari, image tentang Miss Myeong sudah terbentuk. Dia bukanlah orang yang suka serampangan. Aku yakin, ia memiliki maksud tertentu. Juga sebuah ekspektasi pada kami. Kalau tidak, ia tak akan datang seperti sekarang ini. Tak akan repot-repot mengambil alih sendiri.

Kak Neza mengarahkan kami untuk bergiliran unjuk gigi di depan kamera. Sembari menunggu, kulihat yang lain beraksi. Beberapa dari teman-temanku melakukan sesuai instruksi. Hanya bergerak maju sambil menggerakkan tangan seperti yang ada dalam gerakan tariannya.

Apa begitu saja sudah cukup?

Kak Neza menyerukan namaku. Aku segera mengambil posisi. Berdiri di tengah trotoar. Mengambil nafas dalam-dalam. Mejamkan mata.

Mungkin akan terdengar aneh. Tapi aku merasa ini bukan syuting. Ini adalah pertunjukkanku. Memang, tak di atas panggung. Tapi, aku harus mengembalikan feeling yang sama saat berdiri di atas panggung.

Aku membuat seolah-olah diriku sedang berdiri di atas stage. Meski, datarannya sama, Feeling itu masih tetap terngiang jelas dalam ingatan.

Dengan dipenuhi perasaan itu, aku membuka mata. Menatap ke arah kamera. Saat staf berucap, "Action!" Aku mulai berjalan perlahan.

Beberapa langkah, tanganku mulai bergerak. Tangan kanan terangkat tinggi, tangan kiri setengah terangkat. Bergerak naik turun bergantian. Kuputar penuh tubuh. Kepalaku menoleh tepat sebelum tubuhku kembali ke asal. Menatap tajam ke kamera.

Aku menganggap kamera sebagai penonton yang sedang menatapku lekat-lekat. Aku harus menatap balik dengan tatapan yang setara. "Cut!", dengan terdengarnya kata barusan, aku menghela napas. Beralih agar yang lain bisa melanjutkan gilirannya.

Beberapa orang beraksi bergantian. Kami yang telah selesai, mengungsi ke sebuah teras beratap. Duduk dengan kursi yang telah disediakan.

Beberapa orang mengobrol paska syutingnya, aku nimbrung begitu saja. Satu persatu kursi mulai terisi, tak lama Anna pun menyusul. Ia yang melihatku, buru-buru mendekat. Duduk tepat di sampingku.

Tiba-tiba saja sebuah mobil nampak berhenti mendadak. Derit rem yang ditekan tiba-tiba sontak menyita tatapan kami yang memang tak terlalu jauh dari arah jalan. Dari merek mobilnya, terlihat kalau mobil itu cukup bergengsi.

Dua sosok keluar dari dalam. Satunya seorang wanita berpakaian rapi dengan payung di tangan. Satunya seorang wanita berkaca mata gelap dengan pakaian yang tak kalah bergengsinya. Wanita yang berpakaian rapi membuka payung di tangannya, memayungi wanita di sebelahnya. Berjalan beriringan.

Menuju ke arah kami yang belum selesai terperangah. Tatapan mereka tampaknya tertuju ke arahku.

Aku tak mengenal mereka sama sekali. Kenapa mereka menuju kemari?

Langkah mereka perlahan, mengecilkan jarak di antara kami. Setelah cukup dekat, barulah aku sadar kalau mereka menatap orang di sebelahku. Orang di sebelahku justru menatap dengan mata yang membelalak. Seperti sehabis melihat penampakan di siang bolong.

"Apa kabar anak bandel?" tanya wanita berkacamata.

Aku ikut menurunkan alis. Jika dilihat dari dekat, barulah aku sadar kalau dia adalah Mia Paula, sang aktris legendaris. Mungkin karena kacamata gelapnya, membuatku kesulitan untuk mengenalinya.

Anna memandang ke bawah. Menatap kosong dataran yang tak ada apa-apa.

"Kebetulan sekali ya?" Nadanya terdengar pelan namun penuh intimidasi. "Kita harus bicara berdua." Seakan ingin memulai obrolan serius yang tidak ingin ada orang yang tahu.

Anna menggeleng pelan namun tetap tak menatap langsung. Ia menarik lembut lengan gadis itu, namun Anna bersikeras tak mau beranjak dari kursinya sejengkal pun.

Anna mengangkat pandangannya. Menatapku dengan wajahnya yang penuh tekanan. Aku yang tak mengerti arti tatapannya, tak tahu harus merespon seperti apa. Jika sudah ditatap seperti itu, aku menjadi tak enak jika membiarkannya begitu saja.

"Maaf, Nyonya!" Panggilku begitu saja, mungkin karena terkesan dengan betapa fashionable dan anggunnya wanita itu. "Syuting kami belum selesai," imbuhku.

"Aku tahu, tapi ini masalah keluarga kami," sahutnya tanpa menoleh sesaat pun.

Ketika seseorang menyangkut pautkan sesuatu dengan masalah keluarga, kalimat itu juga berarti agar orang luar yang bukan bagian dari keluarga dilarang ikut campur. Membuatku mati kutu.

Anna terlihat masih bersikeras. Tapi, tangannya yang tertarik tak mengendur jua. Aku yang tak tahan melihat pemandangan itu, tak punya pilihan lain.

"Kalau memang anda seorang profesional, anda harusnya tahu kalau ini bukan waktu yang tepat untuk urusan keluarga anda," ucapku spontan.

Ia melepas genggaman tangannya. Melirikku dengan tatapan tajam. "Berani-beraninya—"

"Benar yang dikatakan anak itu, kenapa orang seterkenal anda tega mengganggu syuting kecil kami?" Suara itu menyambar setengah memekik.

Lirikkannya berpindah. Menajam ke arah datangnya suara.

Miss Myeong berjalan pelan. Suara sepatu haknya terdengar menggema memecah keheningan. Berdiri tepat dihadapan kami. Tatapan mereka beradu.

"Jadi ini artis yang tidak laku itu?" ledek Mia. "Kalau tidak laku di negara sendiri, jangan ke negara orang deh, apalagi 'menjual' anak orang." Ucapnya lagi seperti orang yang kehilangan kesabarannya.

"Anda sendiri, kenapa repot-repot turun dari mobil, sementara jadwal anda sangat padat?"

"Oh itu urusanku, bukan urusanmu. Dasar buangan!"

"Nyonya, di sini banyak kamera, bisa gawat kalau mereka merekamnya," tegur wanita berpakaian rapi di sebelahnya. "Lebih baik kita pergi."

Kali ini, ia mengalihkan pandangannya ke sosok di belakang Miss Myeong. Menatapnya tajam, "nanti kita selesaikan."

Wanita itu berpaling dengan kesal. Mereka berdua pun kembali ke mobil. Sekejap berlalu tanpa mengucap hal lain lagi.

Tadinya kupikir tidak ada yang dapat menghentikannya. Fiuhh ... syukurlah Miss Myeong datang di waktu yang tepat.

1
SakiDino🍡😚.BTS ♡
Bagus banget deh, bikin nagih!
KnuckleDuster
Buat gak bisa berhenti baca!
Coke Bunny🎀
Gemesinnya minta ampun!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!