Resta adalah seorang pemimpin sekaligus pemilik salah satu perusahaan percetakan terbesar di kota Jakarta. Memiliki seorang kekasih yang sangat posesif, membuat Resta harus mengganti sekretarisnya sesuai kriteria yang diinginkan sang kekasih. Tidak terlihat menarik, dan tidak berpenampilan menggoda, serta berpakaian serba longgar, itu adalah kriteria sekretaris yang diinginkan kekasihnya dalam mendampingi pekerjaan Resta.
Seorang gadis berpenampilan culun bernama Widi Naraya hadir, Resta menganggapnya cocok dan sesuai dengan kriteria yang diinginkan kekasihnya. Hari-hari yang mereka lalui berjalan dengan aman dan profesional, sebagai bos dan sekretaris. Sampai ada satu hal yang baru Resta ketahui tentang Aya, dan hal itu berhasil membuat Resta merasa terjebak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizkiTa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tunjukkan wajah aslimu!
“Saya tinggal dulu. Saya banyak urusan.” tegas Resta kemudian keluar ruangan.
“Iya Pak.” Aya tetap menjawab meski Resta mengetahui Resta pasti tidak mendengarnya karena sudah keluar dari ruangan.
Aya merasakan perubahan sikap Resta semenjak kejadian pagi ini. Entah karena lelaki itu sedang banyak pikiran, atau karena telah mengetahui siapa Aya sebenarnya. Aya tidak bisa menerka itu.
Saat ini, Aya hanya ingin melakukan yang terbaik saja dalam pekerjaannya. Agar dia bisa tetap dipercaya dan diterima. Jangan sampai Resta berubah pikiran ingin memberhentikannya hanya karena dia adalah anak seorang koruptor. Semua orang pasti punya masa lalu. Tapi bukan berarti orang yang memiliki masa lalu kelam, tidak pantas untuk diterima dan bahagia. Aya berhak mendapatkan kebahagiaan.
Aya sedih, jika sampai Resta juga ikut membuangnya seperti keluarga-keluarga yang lain. Karena saat ini, dia memliki dua pria tempatnya berkeluh kesah, Endri dan Resta. Meski berkeluh kesah pada Resta akhirnya tidak menemukan solusi dan dia malah dihindari.
Sejak ayahnya ditetapkan sebagai koruptor, saat dia duduk dibangku SMA, semua teman-temannya juga meninggalkannya. Tidak ada satupun yang memberinya suport. Aya bersyukur saat itu, sudah mendekati ujian akhir, Aya mampu bertahan sampai akhirnya lulus dan menjalani hidup baru di dunia perkuliahan.
***
Resta sudah menyiapkan sejumlah uang di dalam rekening bank pribadinya. Dia sedang dalam perjalanan menuju sebuah kantor perusahaan. Salah satu perusahaan property terbesar di pulau Jawa.
Lelaki itu akan dengan gampangnya masuk ke dalam sana, karena sebagian pegawai sudah mengenal siapa dirinya. Selama ini, Resta sudah dikenal sebagai calon menantu pemilik perusahaan. Padahal, kata-kata itu jauh dari impiannya.
“Selamat pagi Om.” Resta menyapa lelaki paruh baya berkacamata itu, langsung menyambutnya dengan senyum ramah.
“Ya, pagi. Tumben sekali kamu ke sini tanpa memberitahu? ada hal penting?” tanya lelaki bernama Damar itu. Menatap lelaki yang selalu dibangga-banggakan oleh anak kesayangannya.
“Maaf sebelumnya Om, kalau aku nggak kasih kabar mau ke sini. Ya, ada hal penting yang mau aku sampaikan.” Resta bingung harus memulainya dari mana, bahwa dia ingin melunasi semua yang pernah dipinjamkan padanya.
“Apa itu? soal Nadine-“
“Oh bukan Om. Ini soal aku dan perusahaan.”
Lelaki itu tertawa renyah, menduga kalau calon menantunya ini akan melakukan hal yang sama seperti setahun lalu. “Apa kamu kembali mengalami kesulitan? butuh berapa?”
“Bukan Om, justru sebaliknya. Aku mau mengembalikan-“
“Oh, nggak perlu dikembalikan-“
“Tapi aku nggak bisa Om, aku meminjam, berarti harus mengembalikan, benar kan Om?” Resta mengeluarkan ponselnya.
“Ya… benar. Padahal Om sama sekali nggak mengingatnya lagi. Tapi kalau kamu memaksa, ya silakan.”
Resta mengangguk. “Akan aku transfer sekarang ke rekening pribadi Om.”
“Baik. nggak nyangka ternyata kamu laki-laki penuh tanggung jawab.” puji lelaki itu.
“Aku hanya melakukan apa yang seharusnya, Om.”
Telah mendapat izin dan persetujuan untuk mengembalikan uang yang pernah dipinjamkan padanya, Resta merasa lega dan secepatnya dia akan melakukan proses transfer di hari yang sama.
“Terima kasih Om sebelumnya.”
“Sama-sama. Kamu ini, kayak orang lain aja. Toh nanti kamu juga bakalan jadi bagian dari keluarga, perusahaan ini, mungkin juga akan-“
“Maaf Om. aku nggak pernah memikirkan sejauh itu.” Resta tersenyum paksa. Sungguh dia ingin benar-benar lepas dari Nadine juga dari keluarga ini. Jika dia serakah dan hanya memikirkan tahta dan harta, Resta akan dengan mudah masuk dan menjadi bagian dari mereka. Tapi hal itu tidak akan Resta lakukan, karena dia tidak akan menjalani kehidupan yang penuh belenggu. Rasanya untuk Nadine benar-benar sudah hilang dan memudar.
Lelaki itu bernapas lega. Perasaannya kini persis seperti orang yang baru saja terbebas dari suatu ikatan yang awalnya dia pikir, akan sulit terlepas. Urusan utang piutangnya dengan papa Nadine, sudah selesai. Saat ini, dia hanya perlu memikirkan bagaimana cara melepaskan Nadine dan mengutarakan kata putus untuknya.
Sepanjang perjalanan kembali ke kantor, tak hanya memikirkan Nadine saja, tentang Aya juga berputar-putar di kepalanya. Gadis cantik natural itu, setelah dipikir-pikir, hidupnya sungguh malang. Resta tidak tahu harus bersikap bagaimana setelah ini padanya. Semoga saja, dia bisa mengendalikan rasa kecewanya agar tak berlebihan. Semoga saja Aya tidak memiliki sifat yang sama seperti ayahnya yang kini mendekam dalam penjara.
***
Aya benar-benar merasa diabaikan, seharian ini. Setelah Resta kembali ke dalam ruangannya. Lelaki itu tidak banyak omong. Namun, jangan salah. Diam-diam dia tetap memperhatikan Aya. Entah mengapa dia kesal melihat Aya menyembunyikan wajah cantiknya di balik kacamata dan riasannya yang sedikit aneh itu. Entahlah, Resta mencoba menepis pikiran-pikiran tak masuk akal dalam otaknya.
“Memangnya, berapa banyak utang ayah kamu yang harus kamu bayar?” akhirnya Resta bersuara, setelah lama mendiamkan Aya. Berapa banyak jumlahnya membuatnya penasaran. Sepuluh juta? dua puluh atau lebih?
“Si-sanya masih delapan puluh juta lagi, Pak.”
“Waw lumayan banyak-“
“Bagi saya itu sangat banyak. bukan lumayan.” sahut Aya cepat, bicara apa adanya.
“Semoga kamu bisa menyelesaikannya,” ucap Resta tulus. Dia paham bagaimana tidak enaknya terbelenggu dengan yang namanya utang.
“Sayang!!” Nadine masuk ke ruangan, membuka pintu selebar mungkin, dia berjalan ke arah Resta dan menatap kesal pada lelaki itu.
“Ya?” Resta ingin bersumpah, dia berharap satu hari… saja. Hanya satu hari saja dia ingin hidup tentram tanpa gangguan Nadine. Apa bisa? itu adalah impian sederhananya saat ini. Ya meski sederhana, tapi sepertinya akan rumit.
“Kamu apa-apaan sih? balikin uang papa… mendingan kamu simpan deh buat kita nikah,” rengek Nadine.
“Aku hanya melakukan yang seharusnya-“
“Bahkan papa aja nggak ingat-ingat soal itu. Katanya kamu bersikeras mau bayar.”
“Ya memang aku mau bayar-“
“Kenapa? harusnya kamu simpan uang itu untuk-“
“Stop Nadine. Berhenti bahas soal nikah karena kita nggak akan pernah melakukannya. Maaf, kalau aku harus mengatakan ini. Aku mau udahan sama kamu. Aku mau kita putus.” tegas Resta, disertai dengan pukulan keras pada mejanya.
Nadine terdiam beberapa detik. Lidahnya kelu, hatinya memanas, mengumpulkan emosi. Namun, dia bingung harus berkata apa dan akhirnya dia memaki. “Brengseek kamu Resta. Setelah kamu manfaatkan kekayakaan papaku-“
“Nggak ada yang memanfaatkan. Kamu yang menawarkan bantuan waktu itu. Cukup Nadine. Aku bukan boneka yang bisa kamu atur seenaknya, bukan. Aku punya hati, punya pikiran sendiri. Aku bosan hidupku terlalu kamu atur.”
Aya seakan sedang menyaksikan drama percintaan dua insan, jika kemarin dia menyaksikan adegan panas, kali ini juga panas. Panas karena emosi. Aya bernapas lega karena saat ini sudah selesai jam kerjanya. Dia meraih tasnya hendak keluar tanpa permisi.
“Mau ke mana kamu?” tanya Resta dengan suara lantang.
“Pulang, Pak. Kan udah-“
“Tetap di sini, masih ada pekerjaan yang mau saya kasih ke kamu.” tegas Resta.
Aya balik badan, tidak jadi keluar, dia duduk kembali dan berpura-pura sibuk dengan berkas-berkas di atas mejanya.
Nadine geleng-geleng kepala sambil tepuk tangan. “Bagus. Ada yang aneh, sejak kehadiran si culun ini. Kamu berubah karena dia?” wanita itu berjalan ke arah Aya yang sedang duduk. semakin dekat, dia mengulurkan tangan untuk menarik kacamata Aya. “Kamu selama ini cuma pura-pura jelek, kan? tunjukkan wajah aslimu!” titah Nadine setengah berteriak.
Like like like jangan lupa ❤️
sehat selalu yaa thor, selalu ciptain karya² yg luar biasa ❤️