Warning.!! Area khusus dewasa.!
Bukan tempat untuk mencari nilai kehidupan positif. Novel ini di buat hanya untuk hiburan semata.
Tidak suka = SKIP
Pesona Al Vano Mahesa mampu membuat banyak wanita tergila - gila padanya. Duda beranak 1 yang baru berusia 30 tahun itu selalu menjadi pusat perhatian di perusahaan miliknya. Banyak karyawan yang berlomba lomba untuk mendapatkan hati anak Vano, dengan tujuan menarik perhatian Vano agar bisa di jadikan ibu sambung untuk anak semata wayangnya.
Sayangnya rasa cinta Vano yang begitu besar pada mendiang istrinya, membuat Vano menutup hati dan tidak lagi tertarik untuk mencintai wanita lain.
anak.?
Namun,,,, kejadian malam itu yang membuatnya tidur dengan sorang wanita, tanpa sengaja mampu membuat anak semata wayangnya begitu menyukai wanita itu, bahkan meminta Vano untuk menjadikan wanita itu sebagai ibunya.
Lalu apa yang akan Vano lakukan.?
Bertahan pada perasaannya, atau mengabulkan permintaan sang anak.?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Celina terlihat santai jalan berdua dengan Dion di tempat umum. Ini kali pertama mereka pergi berdua ke pusat perbelanjaan. Meski sudah lama Dion menjadi salah satu orang kepercayaan Tuan Adiguna, tak lantas membuatnya bisa bebas pergi berdua bersama Celina. Selain karna kesibukan Dion yang padat, sejak dulu Dion juga tidak berani untuk mengajak Celina jalan berdua. Dia masih tau batasan meski Tuan Adiguna sangat mempercayainya dan tidak pernah melarangnya untuk dekat dengan Celina.
Dalam pandangan Dion, gambaran dirinya dan Celina bagaikan bumi dan langit. Dia merasa tidak yakin untuk menggapainya hanya dengan bermodal kepintaran yang dia miliki hingga membuat Tuan Adiguna memberikan kepercayaan besar padanya untuk mengembangkan perusahaan.
"Kak Dion nggak punya pacar.?" Celina membuka obrolan setelah cukup lama bungkam dan hanya jalan mengitari mall untuk menuju bioskop.
Dion melirik datar dengan dahi yang berkerut.
"Menurut kamu.?" Dion sengaja membalikan pertanyaan agar Celina bisa menilai. Dengan adanya perjodohan itu, seharusnya Celina sudah tau jawabannya.
"Mana aku tau,," Sahutnya acuh sambil mengangkat kedua bahunya.
"Apa seseorang yang sudah memiliki pacar mau menerima perjodohan dengan orang lain.?" Tanya Dion lebih rinci. Rasanya keterlaluan kalau Celina masih belum paham juga. Dimana ada orang yang mau menerima perjodohan selama dia masih memiliki hubungan dengan orang lain. Pikir Dion.
"Bisa saja. Lagipula baru perjodohan, bukan pernikahan, Jadi bisa dibatalkan sewaktu - waktu kalau tidak cocok." Celina menyengir kuda.
"Bukannya laki - laki pintar menyembunyikan cadangan." Tutur Celina acuh.
"Jadi kamu berfikir seperti itu.?" Tanya Dion. Dia menanggapi serius ucapan Celina yang mengatakan bisa membatalkan pertunangan jika tidak cocok. Dion berfikir kalau Celina akan seperti itu, terlebih Celina terlihat tidak serius menerima perjodohan mereka.
"Seperti itu apanya,,,,
Celina menggantungkan ucapannya, dia tidak lagi menatap Dion. Melainkan menatap ke arah lain.
Sorot matanya menatap jengkel ke salah satu restoran yang akan dia lewati.
Takdir memang membawanya untuk merasakan sakit hati berulang kali. Namun kali ini bukan sakit hati karna di tinggal, tapi karna cemburu melihat kedekatan Vano dan Naura dengan Intan. Mereka bertiga terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia, jalan beriringan keluar dari restoran.
Celina merasakan dejavu, melihat Intan seperti melihat dirinya beberapa waktu lalu saat pergi bersama Vano dan Naura ke mall. Posisi mereka sama seperti waktu itu dengan Naura yang berada ditengah - tengah mereka dan saling bergandengan tangan.
Tidak ada alasan lain yang membuat Celina cemburu selain perasaan cintanya terhadap Vano dan rasa sayangnya pada Naura.
Selembut itu hati Celina sampai memikirkan perasaan pada orang yang belum lama dia kenal.
Namun kelembutan hatinya membuat dirinya harus terus merasakan sakit berulang kali.
"Putar balik saja,,," Celina menggandeng tangan Dion, menariknya pelan untuk berbalik badan.
"Aunty cantiikkkk,,,," Langkah Celina seketika terhenti saat dia baru saja berbalik badan. Celina memejamkan mata sebelum menoleh ke belakang, dia berusaha menguatkan hatinya agar sanggup tersenyum pada mereka.
Vano adalah orang pertama yang Celina lihat saat dia berbalik badan. Sudut bibirnya terangkat, Celina tersenyum tipis dengan rasa sesak yang terpancar dari sorot matanya. 2 minggu menjalani hari - hari bersama Vano nyatanya meninggalkan kesan mendalam di hati.
"Haii Naura cantik,,," Celina menyapa kikuk. Dia melambaikan tangan pada Naura dan langsung di sambut oleh senyum lebar di bibir Naura. Dia melepaskan tangan Vano dan Intan bersamaan, lalu berlari menghampiri Celina dan memeluknya.
"Naura kangen aunty cantik,," Akunya sambil mendongakkan kepala menatap wajah Celina.
Senyum tulus di bibir Celina mengembang sempurna. Ada rasa bahagia mendengar pengakuan Naura. Setidaknya meski Vano melupakan dirinya, masih ada Naura yang mengingatnya.
"benarkah.?" Seru Celina. Naura mengangguk antusias.
"Aunty juga kangen sama Naura,," Celina berjongkok dan memeluk Naura.
Vano tersenyum kecut, dia dan Dion sempat beradu pandang. Ada senyum merendahkan yang tercetak di Vano saat melihat Celina dan Dion.
"Ayo sayang, kita ke playground sekarang,," Vano menarik tangan Naura. Saat itu juga Celina langsung melepaskan pelukannya dan kembali berdiri. Celina hanya menatap kecewa pada Vano yang seolah - olah tidak mengenalinya.
"Naura mau sama aunty cantik, Papa,,," Naura merengek. Dia masih ingin mendekati Celina meski Vano sudah menggandengnya untuk menjauh.
"Tidak sayang, Naura main sama suster Intan saja." Vano memberikan Naura pada Intan. Dia memberikan isyarat pada Intan agar membawa Naura pergi. Meski ragu, Intan akhirnya meninggalkan tempat itu. Dia sempat membungkukkan badan pada Celina untuk pamit.
Naura sempat memberontak dan memanggil nama Celina, tapi tak berselang lama dia tidak lagi memanggilnya dan hilang dari pandangan Celina karna Intan membawanya ke playground.
"Lain kali tidak perlu menoleh meski Naura memanggilmu, anggap saja kamu tidak mendengarnya." Ucap Vano sinis. Celina tertawa kecut tanpa suara.
"Aku punya telinga, bagaimana bisa pura - pura tidak mendengar." Celina sedikit sinis menanggapi peringatan Vano.
"Mungkin lain waktu kamu yang harus menghindar saat melihatku."
"Aku tidak mau mendengar alasan apapun. Jangan sampai hal ini terjadi lagi. Kamu akan semakin membuatnya terus mengingatmu."
"Aku menjaga Naura, berusaha keras menjauhkannya dari hal - hal negatif yang mungkin akan berdampak buruk untuk perkembangannya."
"Kamu mengerti maksudku bukan.?" Tanya Vano meremeh.
Celina sampat diam sejenak untuk mencerna ucapan Vano. Ucapan yang tiba - tiba saja membuat dadanya sesak. Jika Vano menganggapnya buruk, lalu kenapa harus menjalani kencan gila bersamanya. Lalu apa bedanya Vano dan dia.?
"Aku sangat mengerti Tuan Elvano yang terhormat.!" Celina menekankan kalimatnya. Dia tidak berfikir untuk memperpanjang obrolan dengan Vano karna tidak sanggup lagi menahan sesak di dadanya. Sudah cukup Vano menghina dan merendahkannya berulang kali meski dulu Vano masih sempat menikm*ti tubuhnya.
"Aku pastikan tidak akan bertemu dengan Naura atau dirimu lagi.!" Tegas Celina geram. Celina menggandeng tangan Dion yang sejak tadi hanya menyimak obrolan keduanya.
"Ayo kak,,," Ajak Celina. Mereka berlalu dari hadapan Vano.
Kepergian Celina dan Dion mendapat tatapan sinis dari Vano. Melihat Celina yang sudah memiliki mangsa baru, membuat Dion semakin yakin kalau dia sudah mengambil langkah yang tepat untuk cepat - cepat mengakhiri kencan dengan Celina dan menjauhkannya dari Naura.
Meski dalam hati ada secuil rasa yang membuatnya sedikit rindu akan kehangatan Celina di atas ranjang.
"Kamu mencintainya.?" Setelah sekian lama tidak bersuara, kini Dion membuat Celina terperanjat dengan pertanyaannya.
"Maksudnya.?" Celina pura - pura tidak tau.
Dion mengulas senyum tipis.
"Aku tau sudah sejauh mana hubungan kalian. Lalu apa yang membuat kalian mengakhirinya.?"
Pengakuan Dion semakin membuat Celina tidak bisa bisa berkutik. Dia merasa seperti kepergok melakukan hal buruk di depan mata Dion meski selama ini Celina tidak pernah tau kalau Dion tau semua tentang kehidupannya.
"Maaf, aku tidak bermaksud lancang karna menyuruh orang untuk mengawasimu selama ini." Nada bicara Dion melemah. Ada penyesalan dari sorot matanya. Penyesalan yang tidak bisa dia perbaiki.
Harusnya sejak dulu dia sudah mencegah Celina agar tidak menjadi sugar baby. Tapi pada saat itu Dion merasa tidak punya hak untuk ikut campur dan masuk dalam kehidupan Celina.
"Kak Dion tau semua tentang keburukanku, itu sebabnya aku sempat ragu untuk menerima perjodohan ini." Tutur Celina sendu. Dia merasa tidak pantas untuk Dion, namun berubah pikiran karna Dion meyakinkan hatinya.
"Aku harap kak Dion akan bertemu dengan orang yang tepat seiring berjalannya waktu, jadi tidak perlu menikahi wanita seburuk diriku."
Ucap Celina penuh harap. Meski dia bersyukur jika Dion bisa menerimanya dengan tulus, Celina ingin Dion mendapatkan wanita yang lebih baik darinya.
"Semua orang sama di mataku. Tidak ada yang buruk maupun baik, kita hanya sedang melalui proses kehidupan." Sahut Dion datar.
Keduanya tidak lagi bicara, fokus berjalan meski dengan pikiran yang berkecambuk.
...***...
Jangan lupa vote🙏
menginginkan yang lebih baik tapi sendirinya buruk . ngaca wooy 🙄
lagian celina kan kelakuannya doang yg buruk . hatinya mah melooooow 😂
Vano VS celine(rusak)