NovelToon NovelToon
ROMANCE BOY

ROMANCE BOY

Status: sedang berlangsung
Popularitas:331
Nilai: 5
Nama Author: tata

Aruna hanya memanfaatkan Arjuna Dewangga. Lelaki yang belum pernah menjalin hubungan kekasih dengan siapapun. Lelaki yang terkenal baik di sekolahnya dan menjadi kesayangan guru karena prestasinya. Sementara Arjuna, lelaki yang anti-pacaran memutuskan menerima Aruna karena jantungnya yang meningkat lebih cepat dari biasanya setiap berdekatan dengan gadis tersebut. *** "Mau minta sesuatu boleh?" Lelaki itu kembali menyuapi dan mengangguk singkat. "Mau apa emangnya?" Tatapan mata Arjuna begitu lekat menatap Aruna. Aruna berdehem dan minum sejenak, sebelum menjawab pertanyaan Arjuna. "Mau ciuman, ayo!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 24

Aruna merasa hampa. Sudah beberapa hari berlalu dan Arjuna benar-benar tidak memberinya kabar. Dia juga jarang melihat wajah kekasihnya, padahal baru sehari. Apa Arjuna sakit ya? tapi Aruna gengsi untuk menanyakan kabarnya. Dia sejak tadi mondar-mandir di balkon kamarnya. Jemarinya membuka nomor kontak Arjuna.

Telfon enggak telfon enggak telfon....Aruna menghitung jemarinya, menyesuaikan dengan kata yang dirinya ucap dalam hati.

Telfon

"Oke, kalau dia tanya kenapa---gue bakal jawab nggak sengaja kepencet. lya gitu aja!"

Lalu Aruna mulai membuka panggilan video call, baru sedetik dia menelfon--- langsung Arjuna angkat dengan cepat. Lelaki itu tampak memakai kacamata di dalam kamarnya dan memegang buku tebal.

"Kenapa Aruna?" Suara Arjuna begitu lembut dan menenangkan, bagaimana Aruna tidak luluh. Dia bingung menjawabnya, pikiran blank seketika.

Aruna menatap wajah Arjuna. "Oh---eh enggak apa-apa, kayaknya nggak sengaja kepencet. Maaf ya ganggu malam-malam, kalau gitu aku tutu----"

Arjuna langsung menggeleng dengan senyuman geli. "Alasan kamu terlalu klasik. Udah terlanjur di angkat, masa mau di tutup? Besok mau aku jemput?" Bingung ingin memulai topik apa, akhirnya tercetus saja ajakan untuk menjemput Aruna.

Aruna tampak duduk di balkon kamarnya, angin malam menerbangkan rambutnya. "Maaf ya, besok udah janjian mau bareng sama Karin." Arjuna tampak mengangguk santai.

Sejenak, keduanya sama-sama terdiam. Bingung untuk memulai percakapan. "Eh, udah dulu ya Jun! Mau ke kamar mandi dulu." Aruna langsung mematikan sambungan telfon.

Dirinya masuk ke dalam kamarnya dan mondar-mandir. "Aduh, kalau gue gampang luluh---jangan dulu! Tahan Arun, perasaan lo bukan murahan. Tapi, kata Ethan---gue bisa kehilangan Juna kapan aja." Aruna menggigit jemarinya bimbang.

Aruna tidur sambil berpikir dan menatap langit-langit kamarnya. Matanya menatap sebuah pigura kecil di atas nakas, fotonya bersama Arjuna ketika liburan bersama. Aruna ambil pigura tersebut dan memeluknya erat.

"Biar Juna tahu rasanya kangen deh! Kasih jarak dulu, sebentar aja dan lihat apakah dia setia atau berpaling sama cewek lain!"

Aruna menatap wajah Arjuna yang tersenyum manis merangkul pundaknya. Ah, Aruna rindu sekali wajah Arjuna yang tertawa bahagia seperti di dalam pigura. Dirinya tidur sambil memeluk foto tersebut.

Saat berangkat sekolah, Aruna memang bersama Karin. Misel sudah begitu lengket dengan Ethan. Keduanya baru saja resmi jadian--- dan seolah dunia milik berdua. Namun, saat pulang sekolah--- ada sesuatu yang mengganggu perasaannya.

Di depan sana, Arjuna hendak menaiki motornya. Namun, Sisil tiba-tiba datang dan mendekat. Alarm tanda bahaya muncul dalam kepalanya. Apalagi, Arjuna membawa dua helm. Tidak bisa, itu hanya milik Aruna. Gadis itu tidak mau berbagi pada siapapun.

"Nggak jadi bareng Rin! Gue duluan," Aruna langsung berlari mendekati parkiran yang sudah lumayan sepi.

Karin menatapnya heran, lagi-lagi dirinya di tinggalkan sendirian. Memang nasib jomblo seperti dirinya, mengenaskan sekali.

Aruna berlari kecil dan memeluk lengan Arjuna dengan manja. Membuat Sisil terdorong sedikit ke belakang. Arjuna menatap kaget, melihat Aruna yang berlarian dan memeluk lengannya erat. Gadis itu bahkan menyandarkan kepalanya di lengan kekar Arjuna.

Secara refleks, Arjuna mengusap dahi dan pelipis Aruna yang berkeringat. Gadis itu bahkan sedikit ngos-ngosan, seperti dikejar sesuatu. Padahal, Arjuna memang berniat menunggu di parkiran--- siapa tahu, kekasihnya mau di antar pulang. Kekasih? Bagi Arjuna, Aruna masih kekasihnya.

"Maaf ya, kamu nunggu lama sayang? Aku tadi ke toilet dulu," Meski heran, Arjuna tetap fokus mengusap-usap pelipis Aruna dan menggeleng kecil.

Arjuna melirik Sisil yang berdehem pelan. "Sorry, tadi mau bilang apa Sil?" Di tanya Arjuna seperti itu, Sisil jadi merasa bingung. Gadis itu menggeleng.

"Tentang tugas kok, besok aja Jun. Kalau gitu, aku duluan ya!" Pamitnya, lekas berjalan menjauh.

Melihat Sisil yang sudah menjauh, Aruna lantas melepas pelukannya dari lengan Arjuna. Lelaki itu seolah tahu maksud Aruna, namun tidak ingin membahas dan membuat hubungan keduanya merenggang.

"Mau mampir kedai pelangi? Disana baru buka, ada es krim rasa matcha. Kalau laper, disana juga ada soto kok." Mata Aruna sontak berbinar cerah.

"Serius Jun? Kamu tahu dari mana? Ih, kok makanan kesukaan aku ada! Ayo sekarang!" Sahutnya antusias dan melompat kecil.

Arjuna tersenyum lebar, menatap Aruna yang begitu bahagia. Dia pakaikan helm di kepala Aruna. Kemudian melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Matanya melirik spion, ingin melihat wajah Aruna yang begitu dia rindukan.

"Ih, rame banget Juna!" Sampai sana, kedai begitu ramai karena grand opening.

Arjuna menatapnya dan mengangguk. Tidak terlalu suka dengan keramaian, Aruna pun merasa kurang nyaman. Apalagi di dalam tampak berdesakan dan semua meja penuh. Jemarinya menarik lengan Arjuna.

"Beli es krim tempat lain aja yuk, panas Jun, capek!" Ajaknya dengan cemberut.

Seolah mengerti keadaan, Arjuna tidak protes---karena Aruna mudah badmood jika kepanasan. Lelaki itu kembali membawa Aruna pergi dari sana. Membawa motornya menuju kedai gelato. Lain kali, Arjuna akan membawa mobil saja.

"Happy sayang?"

Aruna menerima gelato dengan mata berbinar cerah. "Happy Jun. Makasih ya," Arjuna mengangguk dengan senyuman manis.

"Nggak lama lagi kita bakal selesai jadi anak SMA ya? Kalau kamu, rencananya mau lanjut kuliah dimana Jun?" Aruna menoleh pada Arjuna yang tampak terdiam.

Lelaki itu mengedikkan bahunya, seolah masih bimbang. "Kamu emang mau dimana?" Arjuna justru bertanya balik pada Aruna.

"Ikut Tante Lila sama Om Anggara. Di sana ada PTN bagus, terus jurusannya mau ambil Tata Boga." Arjuna mengangguk paham, dia akan selalu mendukung keinginan Aruna.

"Misal, aku ambil di luar negri gimana?" Aruna menoleh dan mengangguk santai.

"Ya bagus, kamu kan emang cerdas Jun. Kalau aku kuliah di luar, duh nilai bahasa Inggris aja jelek!" Curhatnya putus asa. "Tapi, kalau aku emang nggak punya cita- cita kuliah di luar negri. Maunya disana, dekat Om Angga sama Tante Lila."

"Kamu pasti di terima. Kita nggak apa- apa LDR?" Arjuna bertanya memastikan.

Mantan apa yang manggil sayang, perhatian dan minta ijin tentang urusan pribadinya. Batin Aruna meringis, karena tampaknya--- Arjuna benar-benar tidak merasa keduanya sudah putus. Sudahlah, Aruna juga tidak mau. Biarkan saja ucapannya yang kemarin, Aruna anggap lupa dan tidak pernah dia bilang.

Tiba-tiba pembahasan tentang LDR, membuat Aruna terdiam dengan wajah sendu. Baru saja mereka baikan, rasanya tidak mungkin jika Aruna kembali merajuk. Beberapa hari tidak saling berkabar atau bertemu, Aruna saja sudah rindu sekali.

"Apa aku ikut kamu ya Jun? Tapi, pasti nggak diterima. Nanti disana aku cuma ngrepotin," Arjuna menggeleng dan mengusap punggungnya dengan pelan.

"Nggak ada jurusan Tata Boga di kampus yang mau aku daftarin. Aku, pasti bakal sering pulang buat temuin kamu." Bujuknya dengan senyum menenangkan. "Setiap liburan semester, kita bisa pergi habisin waktu bareng."

Aruna sungguh terharu. Dia percaya dengan Arjuna, lelaki itu type cowok setia.

"Besok Minggu mau jalan?" Tawar Arjuna.

"Kemana?"

Arjuna mengeluarkan ponselnya, menunjukkan sebuah tempat yang dia simpan di Instagram. "Kesini, nanti kita piknik. Naik sepeda keliling disana, mau kan sayang?"

"MAU!!!"

"OH IYA, terus Toko Ruma gimana Jun? Aku bahkan nggak kepikiran bisnis itu,"

Arjuna mengangguk. "Udah aku urus, kamu tenang aja. Kemarin, aku udah rekrut dua karyawan yang bakal bantu- bantu. Nah, terus untuk pembangunannya sudah hampir selesai. Barang-barangnya kayak kursi, meja aesthetic udah aku urus. Konsepnya, sesuai yang pernah kamu bilang."

Aruna terdiam di tempat, Arjuna seniat itu untuk dirinya yang setengah- setengah.

"Jadi, kemarin kamu nggak masuk sekolah karena urus itu?"

Arjuna mengangguk santai, sementara Aruna menangis dengan bibir cemberut.

"Kenapa nggak bilang sih?!" Marahnya dengan perasaan membuncah bahagia.

"Jun!" Arjuna mendekat, memeluk tubuh Aruna.

"Kenapa hm?" Gadis itu mendongak.

"Nikah aja yuk?" Ajaknya tanpa pikir panjang. Aruna suka di urus, selama ini dirinya hanya terbiasa mandiri.

Arjuna tertawa pelan. "Mau, tapi nggak sekarang."

"Kenapa? Kamu udah nggak cinta aku?"

"Cinta, kan yang nggak cinta itu kamu."

Nggak cinta? Aruna menatapnya kesal dan tajam. Mana mau Aruna di apa- apakan jika tidak cinta pada Arjuna. Dasar lelaki tidak tahu diri, Aruna memukul dadanya kesal.

"Emang aku nggak pernah bilang suka sama kamu?" Aruna bertanya penasaran.

Arjuna menatapnya balik. "Kamu baru nyadar? Nggak pernah, Aruna. Sekarang, aku mau dengar dari mulut kamu. Aku mau kamu jujur tentang apapun," Mata Arjuna menyorotnya dengan serius.

Aruna menelan ludahnya gugup. "Kamu nggak akan suka sama apa yang mau aku lakuin,"

Arjuna menggeleng tegas. "Itu urusan belakangan Aruna, mau aku suka atau enggak. Aku cuma butuh kamu jujur dan cerita apapun. Kamu enggak suka sikap aku, atau kamu lagi ada masalah sama sahabat kamu."

Aruna menunduk, memainkan ujung rok sekolah dengan gugup. Dia tidak terbiasa dengan hal tersebut, kadang pun---dia tidak selalu menceritakan masalahnya pada Karin dan Misel. Aruna sudah terbiasa menyembunyikan semuanya, seolah dia baik-baik saja.

"Aruna!" Suara datar Arjuna, membuatnya mendongak seketika.

Lelaki ini, mengapa bisa membuat Aruna ingin mempertaruhkan segalanya? Rencana liciknya, bahkan sudah hampir Aruna kubur dalam-dalam---jika dia akan kehilangan Arjuna. Arjuna jelas tidak akan suka perbuatan jahatnya, makanya Aruna sudah menatap hatinya untuk membatalkan semuanya.

"Sekali pun nggak suka, aku mau bantu kamu. Aku ikut dalam rencana apapun yang udah kamu susun,"

Mata Aruna membola kaget, tidak menyangka dengan ucapan Arjuna. Mengapa disaat Aruna sudah berniat taubat, Arjuna justru berusaha membuatnya melanjutkan niat buruknya. Selanjutnya, mata Aruna berkaca-kaса dan tertawa.

"JUNA! Aku sebel!" Aruna segera mengusap sudut matanya. "Kamu tahu nggak sih, demi bersama kamu-- aku rela mengubur semua rencana jahat yang mau aku lakuin! Ternyata, kamu juga rela mengubur prinsip-prinsip hidup kamu, biar bisa sama aku?"

Arjuna mengangguk dan tersenyum lebar. Ucapan Aruna dan air matanya yang turun, membuat Arjuna menyadari sesuatu. Bahwa antara dirinya dan Aruna memiliki cinta yang sama besar. Arjuna mendekat dan memeluknya.

"Runa, i love you."

"I love you more sayang." Arjuna tersenyum manis, mendengar ucapan tulus dari Aruna.

Lelaki itu kemudian menatap Aruna waspada. "Awas ya, kalau kamu tiba-tiba berubah. Aku nggak suka, kayak beberapa hari yang lalu--- pas di parkiran, kita udah baik-baik aja. Kenapa setelahnya kita ribut dan saling menjauh?" Matanya menatap Aruna penuh intimidasi.

"Iya, maaf. Nggak akan gitu lagi, makanya---kamu ajarin aku jadi orang sabar, baik hati, nggak sombong. Terus ajarin juga dong, jadi orang kaya yang banyak duitnya?" Aruna menaik turunkan alisnya menggoda.

Arjuna tertawa. "Loh, siapa dulu yang mau bayar aku buat jadi pacarnya?" Ledeknya dengan senyuman geli.

Pipi Aruna bersemu malu. "Ih, jadi kamu beneran mau aku bayar nih?! Uang kamu aja pasti lebih banyak daripada aku!"

"Ya udah, kamu mau cepat kaya kan?" Aruna mengangguk menanggapi. "Tunggu beberapa tahun lagi, nanti kalau nikah sama aku---semua aset yang aku punya, milik kamu juga."

Aruna lantas melongo dan tertawa setelahnya, dia menyodorkan tangannya yang langsung Arjuna jabat dengan mantap dan penuh percaya diri.

"Awas kamu, nggak bisa kabur lagi Aruna!"

"Oh ya? Aku pun nggak mau kabur dari kamu. Mau ada Sisil kedua, ketiga, keempat---nggak akan bisa rusak hubungan kita."

"Perasaan aku nggak semurah itu, Aruna. Lagian, aku udah siapin surat perjanjian--- buat jaga-jaga biar perasaan kamu nggak plin-plan."

"Kok aku?"

"Nggak cuma kamu, biar aku juga nggak plin-plan. Meskipun aku yakin, aku akan terus setia. Papa aku juga udah setuju atas semua keputusan aku---termasuk, bertunangan sama kamu."

"Tunangan? Apalagi sih Jun, kamu tuh nggak ada habisnya ya?"

"Of course baby, masih ada yang lainnya. Kamu tunggu aja waktunya, untuk sekarang kita perlu urus sesuatu dulu, ayo!" Suruhnya pada Aruna yang masih malas-malasan.

Gadis itu cemberut dan menggeleng malas. "Kemana emangnya? Masih mau disini dulu,"

"Tanda tangan surat perjanjian, aku nggak mungkin sejauh ini kalau cuma untuk main-main. Dan kamu, udah nggak bisa main-main, Aruna."

Aruna mengangguk dan memberi hormat sejenak pada Arjuna. Baiklah, sudah cukup semua salah paham, perselisihan dan perdebatan keduanya. Pada kenyataannya, Aruna selalu ingin Arjuna bersamanya--- begitu pun sebaliknya. Masalah memang selalu ada, namun rasa cinta yang menguatkan keduanya untuk terus bersama.

1
SGhostter
Gak bosen
·Laius Wytte🔮·
🤩Kisah cinta dalam cerita ini sangat menakjubkan, membuatku jatuh cinta dengan karakter utama.
Zhunia Angel
Karakter-karakternya sangat hidup, aku merasa seperti melihat mereka secara langsung.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!