Putri Raras Ayu Kusumadewi, putri tunggal dari salah satu bangsawan Keraton Yogyakarta, selalu hidup dalam aturan dan tata krama yang ketat. Dunia luar hanyalah dongeng yang ia dengar dari pengawal dan dayang-dayangnya.
Hingga suatu hari, atas nama kerja sama budaya, Keraton Yogyakarta menerima kunjungan kehormatan dari Pangeran William Alexander dari Inggris, pewaris kedua takhta Kerajaan Inggris.
Sebuah pertemuan resmi yang seharusnya hanya berlangsung beberapa hari berubah menjadi kisah cinta terlarang.
Raras menemukan kebebasan dan keberanian lewat tatapan sang pangeran yang hangat, sementara William melihat keindahan yang belum pernah ia temui — keanggunan Timur yang membungkus hati lembut seorang putri Jawa.
Namun cinta mereka bukan hanya jarak dan budaya yang menjadi penghalang, tapi juga takdir, tradisi, dan politik dua kerajaan.
Mereka harus memilih — cinta, atau mahkota.
. 
. 
Note: semua yang terkandung dalam cerita hanya fiktif belaka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uffahazz_2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Blood and Crown
Angin dingin dari utara berhembus lembut, membawa aroma hujan dan dedaunan basah.
Raras berdiri di tepi dermaga tua, jantungnya berdebar keras.
Langit kelabu memantulkan siluet pria berjas hitam di atas perahu kecil — langkah-langkahnya berat namun mantap, menyeberangi batas antara kenangan dan kenyataan.
Ketika William turun dari perahu dan menapakkan kakinya di tanah, Raras terpaku.
Wajah itu… wajah yang ia pikir telah hilang selamanya.
Basah oleh hujan, tapi matanya tetap sama — biru tua yang menyimpan badai, sekaligus kelembutan yang nyaris tak sanggup ia tatap terlalu lama.
“Raras…”
Nama itu keluar dari bibir William seperti doa yang terucap dengan gemetar.
Air mata Raras jatuh sebelum ia sempat berkata apa pun. Ia ingin marah, ingin berlari memukul dada pria itu karena pergi tanpa kabar, karena membuatnya berjuang sendirian dalam kegelapan. Tapi pada saat yang sama, tubuhnya justru melangkah maju — seperti ditarik oleh magnet yang tak bisa dilawan.
“Kenapa?” suara Raras pecah. “Kenapa kau pergi tanpa sepatah kata pun, William? Aku mencarimu ke seluruh penjuru negeri. Aku hampir mati karena ingin tahu di mana kau—”
William menghampirinya perlahan.
Tangannya yang besar dan dingin menyentuh pipi Raras, menghapus air matanya dengan lembut.
“Kalau aku tinggal, kau yang akan mati,” katanya pelan. “Kerajaan memburuku, dan siapa pun yang dekat denganku… akan jadi target.”
“Jadi solusimu adalah membuatku percaya kau mati?” Raras mundur setapak, napasnya tersengal. “Kau tahu apa rasanya kehilangan seseorang yang bahkan tak sempat mengucap selamat tinggal?”
William menatapnya dalam diam. Ada luka di matanya, luka yang lebih dalam dari yang bisa disembunyikan oleh senyum atau ketegasan.
“Aku tahu. Karena aku juga kehilanganmu dengan cara yang sama, setiap hari, sejak aku meninggalkan istana.”
Hujan semakin deras. Raras menggigil, tapi bukan karena dingin — melainkan karena seluruh emosinya bercampur jadi satu: cinta, rindu, amarah, ketakutan.
William melangkah lebih dekat.
Ia membuka mantel panjangnya dan menutupkan ke tubuh Raras, lalu menarik wanita itu ke dalam pelukannya.
Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, dunia berhenti berputar.
Tak ada lagi intrik, tak ada lagi mahkota, tak ada lagi politik. Hanya mereka berdua — dua jiwa yang akhirnya bertemu kembali setelah dihancurkan oleh kekuasaan.
“Aku tidak peduli dengan tahta,” bisik William di telinga Raras. “Aku tidak ingin menjadi raja jika itu berarti harus kehilanganmu lagi.”
Raras menatapnya, matanya memerah oleh tangis yang tertahan.
“Dan aku tidak peduli kau pangeran atau buronan kerajaan. Aku hanya ingin kau berhenti menyembunyikan dirimu dariku, William.”
William menyentuh pipinya lagi, kali ini dengan gemetar. “Aku bersumpah, ini terakhir kalinya aku meninggalkanmu.”
Ia menunduk dan mencium dahi Raras — lembut, lama, dan penuh penyesalan.
Namun dalam keheningan yang rapuh itu, Raras merasakan sesuatu lain. Sebuah beban di balik kata-kata William.
Sesuatu yang belum diungkap.
“Kau masih menyembunyikan sesuatu dariku, bukan?” bisiknya lirih. “Aku melihat dokumen itu, William. Tentang Royal Dominion Project… tentang keluargamu.”
William terdiam.
Ia menarik napas dalam, lalu menatap Raras dengan mata yang penuh kesedihan.
“Ya. Tapi belum saatnya kau tahu semuanya. Ada nama-nama di dalam dokumen itu yang bisa mengguncang seluruh Eropa jika terungkap.”
“Dan aku bagian dari rencana itu?” tanya Raras getir.
William menggeleng. “Kau bukan bagian dari rencana itu. Kau alasan kenapa aku melawannya.”
Ia meraih tangan Raras dan menempelkannya ke dadanya.
“Kalau mereka menginginkan darah Alcott, biarlah mereka mengambil milikku. Tapi bukan darahmu. Aku tidak akan biarkan mereka menyentuhmu.”
Air mata Raras kembali jatuh, namun kali ini bukan karena marah.
Ia menatap pria itu lama, menyadari betapa berat beban yang dipikul oleh seseorang yang lahir bukan hanya untuk hidup, tapi juga untuk melindungi kebenaran di balik mahkota.
“Lalu apa rencanamu sekarang?” tanyanya pelan.
William tersenyum samar, senyum yang dingin tapi juga tulus.
“Kita akan ke Skotlandia malam ini. Di sana ada seseorang yang bisa membantu kita membongkar semuanya. Tapi setelah itu…” ia berhenti sejenak, menatap ke arah danau berkabut. “…kita mungkin tidak akan bisa kembali lagi ke istana.”
Raras menggenggam tangannya erat. “Kau tidak sendirian, William. Aku bersamamu.”
Pria itu menatapnya lama, seolah tak percaya masih pantas menerima cinta sebesar itu.
Ia lalu menarik Raras lebih dekat dan memeluknya erat, seolah ingin mengingat bentuk tubuhnya sebelum dunia kembali memisahkan mereka.
> Di antara hujan dan kabut, dua hati yang sempat tercerai kini menyatu kembali — bukan karena takdir, tapi karena keputusan untuk melawan segalanya bersama.
Malam itu, mereka berangkat ke utara dengan perahu kecil yang hampir karam diterpa badai.
Namun untuk pertama kalinya, Raras tidak merasa takut.
Karena kini ia tahu — cinta sejati tidak hanya ditemukan di istana megah, tapi juga di tengah pelarian menuju kebenaran.
nah,,, buat sebagian org, cinta nya kok bisa diobral sana sini,, heran deh,,
aku suka,,,aku suka,,,
mommy komen nih ya,,,🥰
kalo sempet blz komen kita" ya
senang banget mommy atuh neng,,,
bisa baca karya mu di sini lg🥰