NovelToon NovelToon
Sebungkus Mie Instan

Sebungkus Mie Instan

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Selingkuh / Janda / Romansa
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Tika Despita

Sudah empat tahun lamanya Aini menikah dengan suaminya Rendra. Namun dia tahun terkakhir Rendra tak bekerja. Sehingga kebutuhan sehari-hari di bantu bapak mertuanya. Terkadang Aini terpaksa memasak sebungkus mie instan untuk lauk makannya dirinya dan anaknya.

Disaat himpitan ekonomi, suaminya pun bertingkah dengan kembali menjalin hubungan dengan mantan kekasihnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tika Despita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Sedikit gugup namun berusaha terlihat biasa saja, itu yang aku rasakan saat ini. Gugup bukan karena mau ketemu mantan suamiku yang sekarang bersanding dengan selingkuhannya itu. Bukan. Gugupku malah muncul karena pria yang lagi nyetir di sampingku ini.

Bisa-bisanya aku, yang cuma cleaning service, diantar ke kondangan mantan suami pakai mobil bos sendiri. Aneh banget, nggak sih?

“Ehmmm,” Pak Arsya atau harusnya kusebut Mas Arsya sekarang?Kelihatannya mau ngomong, cuma kayak canggung gitu.

Aku memilih buka suara duluan. Diam-diaman dari tadi tuh rasanya kayak jadi patung manekin.

“Mas… eh, Pak! Sekali lagi maaf ya. Aku kira Tante Ratna cuma bercanda. Ternyata beneran nyuruh bapak nemenin saya ke pesta ini.”

“Owh, nggak apa-apa. Biasa aja itu,” jawabnya santai.

Syukurlah, setidaknya dia nggak terlihat keberatan.

“Oh iya, Aini…” suaranya terdengar lebih pelan, “Kalau di luar kantor, kamu nggak perlu panggil saya pak. Panggil Mas, atau apa yang kamu nyaman saja.”

Oh. Jadi selama ini dia nggak nyaman aku panggil pak?

“Baik, Mas…” Aku mengangguk dan tersenyum kecil.

“Gimana proses persidangan kamu kemarin?”

“Lancar kok. Saking lancarnya, bang Rendra langsung bikin pesta mewah buat nikahin wanita itu.”

Mas Arsya menghela napas pelan. “Saya juga heran. Kenapa dia bisa menyia-nyiakan kamu. Padahal dari yang saya lihat, kamu orangnya baik dan telaten banget sama anak kamu.”

“Tandanya saya nggak sebaik itu, Mas. Makanya dia nyari yang lebih baik dari saya.” Ucapanku kuberi sedikit candaan. Untungnya dia terkekeh.

“Tapi sekarang giliran kamu yang buktiin ke dia, kalau kamu bisa dapat seseorang yang jauh lebih baik dari dia,” katanya, kali ini nadanya serius.

Aku menatap ke depan, tersenyum tipis. Mencari yang lebih baik dari bang Rendra? Belum kepikiran. Trauma masih besar, luka masih baru, dan mencari orang yang mau sayangin Keenan sepenuh hati jelas bukan perkara mudah.

Mobil berhenti di area parkir tamu. Mas Arsya turun duluan dan membukakan pintu untukku. Aku sempat terpaku. Bukan cuma itu, dia bahkan menawarkan diri untuk menggendong Keenan.

“Nanti kamu ribet pakai dress begitu,” ucapnya sambil mengangkat Keenan dengan luwes.

Aku cuma bisa melongo sebentar. Nggak nyangka dia perhatian begini.

Begitu kaki turun dari mobil, beberapa pasang mata langsung mengarah ke kami. Bisik-bisik tetangga bang Rendra terdengar jelas.

“Pantesan cerai, rupanya nyari yang kaya”

“Wuih, ganteng amat yang baru,jauh banget dari Rendra cakepnya.”

Ada yang terkejut, ada yang mencemooh.

“Jangan dengarkan omongan mereka. Tegakkan badan kamu. Jangan kasih mereka kesempatan bikin kamu jatuh,” bisik Mas Arsya tanpa menoleh.

Aku mengangguk. Benar, kali ini aku harus tunjukkan bahwa aku sudah bangkit setelah pisah dari bang Rendra.

Di dalam ruangan pesta,mantan ibu mertua terlihat sehat dan bahagia. Bahkan sibuk ngobrol dengan besannya yang kaya raya itu. Ayah mertuaku? Tidak terlihat. Pasti malu. Atau sengaja tidak mau hadir.

Begitu aku, Mas Arsya, dan Keenan masuk lebih dalam, tatapan ibu mertua langsung mengarah ke kami. Dia tersenyum ,namun senyumnya yang sulit kuterjemahkan, lalu beliau berjalan menghampiri kami.

“Aini, kamu datang?” sapanya.

“Iya Buk. Sekalian bawa Keenan. Kan dia anaknya bang Rendra, jadi wajar dong kalau hadir.”

“Keenan, salim dulu sama nenek,” ucapku.

Mas Arsya pelan-pelan menurunkan Keenan dan menuntun tangannya. Namun aku sadar, mata ibu mertua sama sekali tidak lepas dari Mas Arsya. Jelas di kepalanya sekarang lagi banyak pertanyaan.

“Ini…” ibu mertuaku memulai.

“Saya Arsya,” tangan Mas Arsya terulur dengan tenang.

“Calon suaminya Aini.”

Aku sampai menoleh cepat. Hah?! Calon suami? Ini orang kenapa tiba-tiba begitu?!

“Calon suami? Bukannya kamu masih masa iddah, Aini?” tanya ibu mertua, nada merendahkannya sangat terasa.

“Makanya saya bilang calon istri. Karena saya nggak mungkin menikahi dia sekarang, kan dia masih masa iddah,” sambung Mas Arsya, tegas tapi tetap sopan.

Ibu mertua langsung terdiam. Bahkan bibirnya sempat bergetar, entah marah, kaget, atau malu.

Belum selesai rasa syok itu, ibu warung tempat aku biasa ngutang tiba-tiba lewat.

“Eh, Aini! Lah ini bukannya pemilik pabrik air mineral itu?” tunjuknya ke Mas Arsya, matanya hampir copot menatap heran.

“Iya Buk,” jawab Mas Arsya ramah.

Wajah ibu mertua langsung merah padam. Seolah seluruh dunianya runtuh karena tahu aku datang dengan pria kaya dan sangat tampan pula.

“Ibu ke sana dulu ya. Silakan nikmati pestanya,” katanya cepat-cepat sambil kabur entah ke mana.

Beberapa tamu lain mulai melirik-lirik kami. Ada yang bisik-bisik, ada yang senyam-senyum melihat Keenan nyaman digendong Mas Arsya.

Tak lama kemudian bang Rendra dan Dela masuk menuju pelaminan. Dekornya ala-ala Disney, tapi ya… kok rasanya aneh? Apalagi ini pernikahan kedua buat mereka berdua.

Dela tersenyum lebar memamerkan behel barunya. Bang Rendra awalnya ikut tersenyum, sampai tatapannya jatuh padaku dan Mas Arsya. Senyumnya langsung hilang, tergantikan dengan wajah tidak suka.

Matanya jelas-jelas menunjukkan kalau

dia tidak siap melihat aku baik-baik saja.

Terlebih lagi aku terlihat bahagia bersama pria lain.

Awalnya aku yakin, pasti dia sengaja mengundangku untuk memamerkan kebahagiaanya dengan Dela, namun kehadiranku malah membuat dia lebih shock. Siapa sangka istri yang tiap hari kayak Upik Abu di rumah ini dan hanya selalu di beri mie instan, sekarang hadir ke pestanya dengan penampilan yang cukup berubah. Apalagi bersama pria lain.

Melihat tatapan bang Rendra yang tak lepas dariku dan mas Arsya, Dela yang duduk bersanding dengannya malah cemberut saat ini. Bahkan mulutnya berkomat-kamit berbisik kepada bang Rendra.

"Kamu lihat, balas dendam itu gak perlu pakai kekerasan. Cukup dengan cara elegan dan buat dia cemburu," Ucap mas Arsya tersenyum puas.

Akupun tertawa melihat ekspresi mas Arsya saat ini. Benar-benar mirip dengan Tante Ratna kemaren.

"Kenapa kamu tertawa?" mas Arsya menatapku heran.

" Sudah di jamin kalau mas anaknya Tante Ratna dan gak perlu tes DNA lagi. Soalnya ekspresi dan ucapan mas sama dengan Tante Ratna."

Mas Arsya malah ikutan ketawa sambil mengangguk. Dan jujur baru kali ini aku melihat sosok dirinya yang lain. Karena sejak pertama aku melihatnya, dia lebih terlihat pendiam, dingin dan kaku. Bahkan senyum ramah pun jarang terukir di wajahnya. Tetapi saat ini dia tertawa sampai membuat matanya menyipit.

Sementara bang Rendra dan Della yang duduk di pelaminan aku lihat mulai berdebat kecil. Bahkan matanya Dela mulai berkaca-kaca. Bang Rendra jangan ditanya lagi, tatapan tak sukanya terus mengarah ke arahku dan Mas Arsya. Apalagi saat ini anakku Keenan tak mempedulikan dia yang duduk di pelaminan. Bahkan saat ini Keenan malah disuapin makan oleh mas Arsya.

1
Kala Senja
Bagus ceritanya
Qhaqha
Semoga suka dengan karyaku ini... 😊😊😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!