NovelToon NovelToon
CupidCore System

CupidCore System

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Sistem / Romansa
Popularitas:713
Nilai: 5
Nama Author: stells

Di masa depan, kota futuristik Neo-Seraya mengandalkan sebuah algoritma canggih bernama CupidCore untuk menentukan pasangan romantis setiap orang. Dengan skor kompatibilitas hampir sempurna, sistem ini dipercaya sebagai solusi akhir bagi kegagalan hubungan.

Rania Elvara, ilmuwan jenius yang ikut mengembangkan CupidCore, selalu percaya bahwa logika dan data bisa memprediksi kebahagiaan. Namun, setelah bertemu Adrian Kael, seorang seniman jalanan yang menolak tunduk pada sistem, keyakinannya mulai goyah. Pertemuan mereka memicu pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh angka: bisakah cinta sejati benar-benar dihitung?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon stells, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 25

Kelompok keluar dari lorong darurat Gamma Hub menuju terowongan servis yang sempit. Lampu darurat hampir mati, hanya menyisakan kilau redup di dinding logam. Nafas mereka masih berat setelah evakuasi mendadak.

Adrian menoleh ke Vargo. “Seberapa jauh jalur aman menuju permukaan?”

Vargo mengangkat bahu. “Sekitar dua kilometer. Tapi ada kemungkinan jalur ini dipantau oleh sensor gerak.”

Rania menatap Adrian. “Kita tidak bisa terlalu lama di bawah tanah. Kita butuh rencana untuk menyusup ke fasilitas Delta.”

Milo menyalakan perangkat komunikasinya sebentar untuk memeriksa peta digital, kemudian mematikannya lagi agar tidak terlacak.

“Ada dua opsi: jalur kanal lama atau lorong servis dekat pusat distribusi energi. Kanal lebih aman, tapi lebih lama. Lorong distribusi cepat, tapi dijaga ketat.”

Kai menimpali. “Kita tidak punya waktu untuk opsi aman. Dewan akan memperketat perbatasan setelah serangan ke Gamma Hub.”

Yara menambahkan, “Kalau kita pilih lorong distribusi, kita butuh pengalih perhatian. Tanpa itu, kita akan tertangkap.”

Darius yang sejak tadi diam akhirnya berbicara. “Aku bisa membuat pengalih perhatian. Tapi aku butuh bahan peledak sederhana.”

Vargo memberi isyarat pada teknisi untuk mengambil tas kecil berisi bahan peledak rakitan. “Gunakan ini dengan bijak. Kita tidak bisa menarik terlalu banyak perhatian.”

Adrian mengangguk. “Kita lakukan malam ini. Semakin cepat kita dapatkan kode akses, semakin besar peluang kita.”

Mereka beristirahat sebentar di persimpangan lorong. Yara memeriksa persediaan medis, memastikan semua dalam kondisi baik.

Rania menatap Adrian. “Setelah kita punya kode itu, apa langkah berikutnya?”

Adrian menjawab tanpa ragu. “Kita kembali ke Gamma Hub—atau yang tersisa darinya—dan gunakan jalur pipa servis ke Node Inti. Kita hancurkan sistem sebelum Dewan memprediksi gerakan kita.”

Milo menyela. “Tapi kita tidak tahu efek langsungnya pada kota. CupidCore bukan hanya algoritma pencocokan pasangan. Itu mengatur keseimbangan sosial. Mematikannya bisa memicu kekacauan.”

Kai menatap Milo dengan serius. “Kekacauan lebih baik daripada perbudakan.”

Rania menambahkan, “Setiap orang berhak memilih cintanya sendiri, bahkan jika itu berarti risiko.”

Vargo mendekati Adrian. “Aku akan mengirim beberapa orang untuk mengalihkan patroli di sektor timur. Itu akan memberi kalian waktu, tapi jangan berharap bantuan lebih. Setelah malam ini, semua jaringan akan tersebar.”

Adrian menatap kelompoknya satu per satu. “Kita semua tahu risikonya. Tapi kita sudah sejauh ini. Tidak ada jalan kembali.”

Kelompok melanjutkan perjalanan menyusuri terowongan servis. Suara gemuruh air dari pipa utama terdengar di atas kepala. Lampu darurat di sepanjang lorong berkedip, menandakan sistem listrik bawah tanah tidak stabil.

Milo berhenti sejenak, menyalakan perangkat kecil untuk memindai sensor gerak. “Ada satu sensor aktif di depan, sekitar lima puluh meter.”

Yara menatapnya. “Bisa kau matikan?”

Milo menggeleng. “Bukan dari sini. Tapi kita bisa lewat ventilasi samping.”

Kai memeriksa dinding dan menemukan penutup ventilasi tua. Darius menendangnya perlahan agar tidak menimbulkan suara keras. Ventilasi itu cukup lebar untuk satu orang. Adrian memberi aba-aba agar Yara masuk lebih dulu, diikuti Milo, Rania, Kai, Darius, dan terakhir Adrian.

Mereka merangkak melalui ventilasi sempit. Suara logam berderit setiap kali mereka bergerak. Milo berhenti sebentar untuk menyalakan cahaya kecil dari pergelangan tangannya.

“Ventilasi ini sepertinya menuju lorong distribusi energi.”

Rania mendesah pelan. “Bagus. Semoga kita tidak keluar tepat di hadapan patroli.”

Setelah beberapa menit, mereka keluar ke ruang distribusi energi yang luas. Pipa-pipa besar memenuhi langit-langit, dan di tengah ruangan terdapat panel kontrol raksasa yang terus berkedip. Yara mengamati sekeliling.

“Tempat ini jelas masih aktif. Satu langkah salah bisa memicu alarm.”

Darius membuka tas berisi bahan peledak. “Aku akan memasang pengalih perhatian di sisi timur ruangan. Saat itu meledak, semua penjaga akan bergerak ke arah suara.”

Adrian mengangguk. “Kita akan bergerak ke sisi barat untuk mencapai lorong utama ke fasilitas Delta.”

Kai memeriksa jamnya. “Kita harus sinkron. Begitu ledakan terjadi, kita punya waktu dua menit sebelum patroli kembali ke posisi.”

Milo menyiapkan jammer untuk memutus sinyal di area itu sementara. “Aku akan aktifkan ini lima detik sebelum ledakan.”

Rania mengamati peta yang mereka ambil dari Gamma Hub. “Lorong barat seharusnya mengarah langsung ke pintu servis Delta. Tapi kita mungkin menemui satu atau dua gerbang keamanan.”

Darius bergerak diam-diam ke sisi timur ruangan, menempelkan bahan peledak rakitan ke salah satu pilar baja. Ia menyalakan timer, lalu kembali ke kelompok.

“Timer aktif. Dua menit.”

Adrian memberi tanda. “Semua siap. Milo, aktifkan jammer.”

Milo menekan tombol di pergelangan tangannya. Lampu indikator menyala hijau, menandakan sinyal di area itu terganggu.

Beberapa detik kemudian, ledakan kecil mengguncang ruangan. Suara alarm langsung berbunyi. Lampu merah menyala di seluruh area. Dari kejauhan, suara langkah kaki patroli mulai bergerak ke arah ledakan.

“Sekarang!” seru Adrian.

Mereka bergerak cepat ke sisi barat ruangan, berlari melalui lorong sempit di antara pipa-pipa. Yara memimpin, memeriksa setiap sudut sebelum belokan. Rania menjaga belakang, memastikan tidak ada yang tertinggal.

Kai berhenti sebentar untuk memastikan jalur di belakang aman, lalu menyusul. Darius memegang detonator cadangan jika diperlukan.

Mereka tiba di pintu servis besar dengan panel keamanan elektronik. Milo segera menyalakan alat peretasan.

“Butuh waktu sepuluh detik.”

Suara patroli semakin dekat. Yara berbisik tajam. “Cepat, Milo!”

Panel berbunyi klik, pintu terbuka, dan mereka segera masuk ke lorong yang lebih gelap. Begitu pintu tertutup, Milo mematikan jammer agar tidak meninggalkan jejak.

Adrian menarik napas lega. “Bagus. Sekarang kita tinggal menembus dua penghalang lagi sebelum sampai di fasilitas Delta.”

Rania menatap Adrian. “Ledakan itu pasti membuat Dewan semakin curiga. Kita harus lebih berhati-hati mulai sekarang.”

Lorong setelah pintu servis lebih sempit dan dingin. Dinding logam dipenuhi pipa-pipa kecil yang mengeluarkan uap tipis. Cahaya lampu darurat redup membuat bayangan mereka memanjang di lantai.

Adrian memimpin di depan, menempel ke dinding untuk meminimalkan suara langkah. Di belakangnya, Yara memeriksa setiap sudut dengan senter redup. Milo membawa perangkat peretasan di tangannya, siap jika ada panel pengaman lain.

Kai memperhatikan jejak kaki di debu tipis lantai. “Kita bukan orang pertama yang melewati sini,” katanya.

Rania bertanya pelan, “Anggota jaringan lain?”

Darius menjawab datar, “Atau patroli Dewan.”

Setelah beberapa meter, lorong bercabang menjadi dua. Satu jalur menanjak, yang lain menurun ke arah lebih dalam. Milo menyalakan perangkat pemindai dan memeriksa peta digital.

“Peta menunjukkan jalur menurun menuju pintu penghalang pertama.”

Adrian memutuskan, “Kita turun. Lebih sedikit peluang bertemu patroli di bawah.”

Mereka bergerak ke bawah. Udara semakin lembap, dan suara air mengalir terdengar lebih keras. Di dinding, simbol bintang ganda samar terlihat lagi—tanda jaringan perlawanan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!