Seorang wanita modern, cerdas dan mandiri, mendapati dirinya terbangun di tubuh seorang wanita dari masa lalu,seorang janda muda di Tiongkok kuno. Tanpa tahu bagaimana dan mengapa, ia harus menjalani kehidupan baru di dunia yang asing dan penuh aturan kejam, di mana seorang janda tak hanya kehilangan suami, tapi juga martabat, kebebasan, bahkan hak untuk bermimpi.
Di tengah kesendirian dan perlakuan kejam dari keluarga mendiang suami, ia tak tinggal diam. Dengan akal modern dan keberanian yang tak lazim di zaman itu, ia perlahan menentang tradisi yang mengekangnya. Tapi semakin ia menggali masa lalu wanita yang kini ia hidupi, semakin banyak rahasia gelap dan intrik yang terungkap,termasuk kebenaran tentang kematian suaminya, yang ternyata tidak sesederhana yang semua orang katakan.
Apakah ia bisa mengubah takdir yang telah digariskan untuk tubuh ini? Ataukah sejarah akan terulang kembali dengan cara yang jauh lebih berbahaya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 25.Datang.
Akhirnya mereka pun datang ke ibukota dengan penuh persiapan, kereta mereka sudah keluar dari desa Yan shi sebelum sinar matahari menerangi perjalanan mereka.
Keesokan paginya, langit ibukota diselimuti kabut tipis ketika kereta kayu berhenti di depan gerbang megah kediaman keluarga Zhao. Dinding tinggi menjulang, dihiasi ukiran naga emas, menunjukkan kebesaran keluarga itu. Zi ning turun dari kereta, langkahnya tenang meski hatinya menyadari medan berbahaya yang akan dihadapinya. Yue mengikuti dari belakang, membawa kotak kecil berisi barang-barang peninggalan Li mei untuk menambah kesan bahwa Zi ning benar-benar kembali sebagai putri Zhao seorang petugas forensik.
Zi ning menatap rumah keluarga Li mei yang sudah mengusirnya dan ibunya. Dalam pikiran Li hua, mereka tinggal di rumah besar, hidup mewah dan berkecukupan tapi mereka tega menelantarkan seorang gadis di desa kecil seperti Yan shi.
Shen li mengajak mereka masuk kedalam rumah keluarga Zhao, mereka berdua berjalan mengikuti Shen li.
Shen li berjalan di depan mereka, sikapnya tenang tapi mata waspada. Ia tahu, begitu mereka masuk, setiap langkah dan kata bisa jadi bahan kecurigaan.
Gerbang dibuka perlahan, dan mereka disambut pelayan yang menunduk dalam.
Semua pelayan menatap Zi ning, ada tatapan tidak suka karena profesi nya dan ada yang menatap kagum melihat kekaguman yang dibalut pakaian sederhana.
Salah satu pelayan langsung bergegas menyampaikan kabar kepada penghuni dalam rumah. Tak lama, seorang perempuan berusia paruh baya muncul ia adalah Nyonya Besar Zhao ibu tiri Li mei dan Shen li. Tatapannya tajam, senyumnya tipis namun penuh pengawasan.
Mereka bertiga memberikan hormat mengikuti yang dilakukan Shen li, nyonya besar terus menatap kearah Li mei. Ia tidak menyangka kalau Li mei memancarkan aura yang menawan, yang membuat Nyonya besar Zhao tidak menyukainya.
“ Kamu Li mei?” suaranya terdengar datar, seakan menimbang-nimbang. “Selamat datang kembali ke rumah keluarga Zhao,oh ya!,Li mei setelah masuk bisakah kamu membersihkan dirimu karena Mei ling bisa terganggu dengan bau mayat yang menyengat.”
"Nyonya tidak usah khawatir, tubuhku sebelum masuk kemari sudah di rendam dengan wewangian herbal, dan pakaian ini juga sudah wangi. Jika nyonya tidak percaya, suruh pelayan nyonya untuk mencium badanku! " Ucap Zi ning dengan tenang.
"Nyonya, saya sudah pastikan kalau Zi ning tidak menyentuh mayat selama di perjalanan, jadi biarkan kami bertemu dengan ayah dulu" Ucap Shen li.
Akhirnya nyonya besar memberikan mereka jalan, dengan tatapan tajam kearah Zi ning.
Zi ning dan Yue saling berbisik, membicarakan sikap ibu tiri Li mei tadi.
"Nyonya itu bermaksud menghina anda"
"Memangnya setiap perjalanan ke rumah nya, aku bertemu dengan mayat. Apa aku ini maniac mayat? , setiap ada mayat aku pegang" Ucap kesal Zi ning.
Shen li mendengarkan pembicaraan mereka berdua tersenyum sendiri. "Tapi tadi kamu tidak takut dengan nyonya besar, kedepannya kamu harus hati-hati"
"Iya kak" Jawab Zi ning.
Mata Nyonya Besar menyipit, namun ia tidak berkata banyak. Lalu ia memerintahkan agar pelayan segera menaburkan garam di depan gerbang rumah mereka agar tidak sial, karena kedatangan Zi ning.
"Taburkan garam sekarang!, aku tidak mau keluarga ku kena sial karena kedatangan petugas forensik di rumah! " Perintahnya dengan lantang.
Nyonya besar meninggikan suaranya agar terdengar oleh Zi ning yang mulai menjauh, dan berjalan memasuki aula utama.
Tapi mereka bertiga tidak memperdulikan ucapan nyonya besar, karena mereka tidak mau ribut dengan sikap merendahkan yang dilakukan nyonya besar pada Zi ning.
Namun sebelum mereka sempat melangkah lebih jauh, suara nyaring memecah keheningan.
“LI MEI?!” Teriakan itu datang dari arah tangga besar di aula. Seorang gadis muda dengan pakaian mewah berlari menuruni tangga ia adalah Mei ling. Matanya berbinar, tapi bukan karena bahagia, melainkan rasa ingin tahu dan… sedikit ketidaksukaan.
“Jadi kau benar-benar kembali?” Mei Ling mendekat, matanya meneliti wajah Zi ning dari dekat. “Hmm… aneh. Rasanya kau… berbeda. Tidak mirip gadis kampungan.”
Zi ning hanya tersenyum tipis. "Seharusnya kamu memanggilku kakak,apa gadis di ibukota tidak tahu aturan seperti mu, Mei ling.”
" Kau.. "Ucap Mei ling dengan kesal.
" Sudah cukup Mei ling, yang di katakan Li mei benar, seharusnya kamu panggil dia kakak. Karena ia adalah saudara kembar ku, cepat lakukan!. "
"Ti..da..k mau!, aku yang ku tahu kakakku cuma kakak Shen li dan aku tidak mau menganggap orang luar menjadi saudaraku! " Bantah Mei ling.
Setelah mengucapkan itu Mei ling pergi dengan langkah kesal kearah kamarnya, dan Shen li memberikan pengertian kepada Zi ning untuk tidak memasukkan perkataan Mei ling dalam hati.
"Maafkan saudariku, karena selama ini ia dimanjakan jadi sikap egoisnya begitu tinggi. "
"Yang harus minta maaf adalah Mei ling bukan kakak, aku pun mengerti kenapa ia bersikap seperti itu. "
"Terimakasih atas pengertian mu. "
Lalu suara batuk berat datang dari arah lorong, seorang pria tua yang terlihat lemah muncul, dipapah dua pelayan. Ayah mereka, Tuan Zhao, dengan wajah pucat dan tubuh ringkih, menatap Zi ning dengan mata yang berair.
“Li mei… anakku… kau benar-benar kembali…”
Tatapan itu yang penuh kerinduan dan penyesalan telah menusuk hati Zi ning. Untuk sesaat, ia hampir merasa bersalah karena kebohongan ini. Tapi ketika mengingat Li mei, sahabat yang pernah disiksa batinnya oleh keluarga ini, tekadnya mengeras.
Zi ning melangkah mendekat, berlutut di hadapan Tuan Zhao, dan menggenggam tangannya. “Ayah… aku pulang.”
Tangis Tuan Zhao pecah. Tapi di balik tangisan itu, Zi ning bisa merasakan tatapan tajam dari Nyonya Besar dan tatapan curiga dari Mei Ling.
Dan di sudut aula, Shen li memandang terharu dengan apa yang terjadi. Apalagi setelah Zi ning memeluk ayah mereka, ia merasakan bayangan saudarinya memeluk ayah mereka.
Di istana kekaisaran, aula megah yang dipenuhi pilar giok hijau dipenuhi cahaya dari lentera emas. Tirai sutra bergoyang lembut diterpa angin musim semi, dan suara genderang kecil terdengar, menandakan kedatangan tamu penting.
Kaisar Xiao duduk di atas singgasana naga, mengenakan jubah naga emas yang berkilau. Tatapannya tenang, namun sorot matanya tajam saat melihat para penjaga membuka pintu besar aula, mengumumkan kedatangan keluarga Liu.
“Jenderal Liu dan keluarga, hadap menghadap Yang Mulia Kaisar!” seru pengawal istana lantang.
Jenderal Liu dan ke lima putra mereka ikut menunduk memberi hormat. Meski baru beberapa hari tinggal di ibukota setelah dipanggil oleh perintah Kaisar, aura keluarga itu memancarkan kewibawaan seorang keluarga bangsawan yang ditempa di perbatasan.
Kaisar Xiao tersenyum tipis, suaranya bergema di aula.
“Jenderal Liu… akhirnya kau kembali ke ibukota setelah bertahun-tahun menjaga perbatasan. Bagaimana apa ibukota nyaman untuk kalian?.”
Jenderal Liu menunduk. “Terimakasih atas kebaikan yang mulia,yang telah memberikan tempat tinggal dan fasilitas yang layak untuk keluarga kami.”
Kaisar Xiao mengangguk, lalu matanya sedikit menyipit, menatap seluruh keluarga Liu satu per satu. “Dan aku juga turut berdukacita atas kejadian menimpa putrimu. ”
Ucapan itu membuat suasana aula menegang. Putra pertama jenderal Liu, langsung menghadap Kaisar Xiao.
"Maafkan kami yang mulia, sudah menyebarkan berita kebohongan tentang saudara kami Zi ning."
"Apa maksudmu?. "
"Saudara kami tidak meninggal, karena mayat saudara kami tidak di temukan. Kami mengira ia sudah kabur dari rumah keluarga Wu, sebelum kebakaran terjadi. "
"Benarkah!, gadis itu masih hidup?. "
Pertanyaan Kaisar seolah-olah mengatakan kalau ia pernah bertemu dengan saudari mereka, mereka ber enam yang tadinya tertunduk sekarang saling melempar pandangannya satu sama lain.
"Maaf yang mulia, apa anda pernah bertemu dengan Zi ning?. "
"Tidak sengaja aku bertemu dengan putrimu jenderal dan saudara kalian yang kabur dari kejaran pelayan keluarga Wu. Dia gadis lincah dan ceria, tidak seperti kalian berwajah kaku!. " Canda Kaisar.
Suara tawa kebahagiaan Kaisar Xiao mengema, dengan diiringi bersamaan dengan suara tawa keluarga Liu.
tunggu saja kamu tuan muda hu akan ada yg akan membalasnya Zi Ning😡😡😡