NovelToon NovelToon
Nikah Dulu Saja Ya Kan?

Nikah Dulu Saja Ya Kan?

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta Seiring Waktu / Keluarga
Popularitas:697
Nilai: 5
Nama Author: Vismimood_

Pertemuan singkat yang tak disengaja itu yang akhirnya menyatukan Nabilla dan Erik, tanpa rencana apa pun dalam pikiran Nabilla tentang pernikahan namun tiba-tiba saja lelaki asing itu mengajaknya menikah.
Lamaran yang tak pernah dibayangkan, tanpa keramaian apapun, semua serba tiba-tiba namun membawa kebahagiaan.
Pertemuan menyebalkan itu telah membuat Nabilla dan Erik terikat seumur hidup, bahagia hanya itulah yang mereka rasakan.
Merangkai kisah rumah tangga yang bahagia meski selalu ada saja masalah, Erik dan Nabilla menciptakan kisah bahagianya sendiri di tengah gangguan menyebalkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vismimood_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak Sekarang

Malam ini diam-diam Salsa menemui Revan di taman Kota, orang tuanya sudah memaksanya untuk pulang tapi Salsa masih keras menolak. Namun penolakan itu tidak mungkin berlangsung lama, jadi sebaiknya Salsa temui Revan terlebih dahulu.

Kedatangan Salsa disambut baik oleh Revan, lelaki itu sudah menyiapkan minuman untuk wanitanya. Revan sudah menunggunya sejak satu jam lalu, tapi ternyata Salsa terlambat datang entah karena alasan apa.

"Bapak tahu aku pergi untuk temui kamu, maaf."

"Harusnya tadi kamu izinkan aku untuk ke rumah saja."

"Untuk apa, kalian hanya akan ribut saja. Aku juga takut Bapak terlalu emosi nanti darahnya naik lagi, itu tidak boleh terjadi."

Revan mengangguk paham, setidaknya mereka sudah bertemu sekarang tanpa ada orang yang akan mengganggunya. Salsa singkat menikmati minumannya sekalian menenangkan nafasnya, Revan juga tak berniat mengganggunya sedikit pun juga.

Huff.... Salsa menghembuskan nafas lelahnya, Salsa pikir jarak rumah Nabilla dengan pusat kota itu dekat tapi ternyata jauh. Salsa sampai kehabisan nafas karena memilih jalan kaki, ternyata sekarang Salsa jadi engap sendiri.

"Perlu aku kasih nafas buatan?"

Salsa menganga mendengarnya, berani sekali Revan berkata seperti itu. Revan nyengir dan mengacak rambut Salsa asal, tidak mungkin Revan melakukan itu, sudah cukup wanita-wanita terdahulu yang selalu diperlakukannya sesuka hati.

"Kamu mau gimana, mereka sudah jelas menolak kamu?"

"Kok tanya aku, ya aku terserah kamu. Kalau kamu masih mau aku perjuangkan ya aku perjuangkan, kalau kamu mau menuruti orang tua kamu ya aku bisa apa."

"Ya perjuangkan!"

Kedua alis Revan terangkat sempurna, perlahan senyumnya menyembul manis melihat Salsa yang tampak salah tingkah karena ucapannya sendiri. Sepertinya Salsa memang benar-benar merespon niat Revan dengan sempurna, baiklah Revan juga tidak akan main-main untuk niatnya sendiri.

"Aku-"

"Aku akan terus datang sampai aku berhasil, jangan khawatir aku yakin kita akan bersama."

Salsa tersenyum mendengarnya, semoga saja memang seperti itu, Salsa juga ingin memiliki pasangan hidup seperti kakak dan adiknya itu. Bukankah kini tinggal Salsa yang tidak memiliki pasangan, mungkin saja Revan bisa menghilangkan kesepian Salsa selama ini dan menggantikan dengan hangatnya kebahagiaan.

"Kamu benar-benar percaya sama aku?"

"Karena aku yang akan membuat mu menyesal jika sampai main-main!"

Revan mengangguk, itu tidak akan terjadi karena rasanya Revan sudah menemukan pelabuhan terakhirnya. Salsa adalah wanita yang pada akhirnya menjadi pilihan Revan, wanita yang sudah jelas korban pengkhianatan pasangan sama seperti dirinya.

Kali ini Revan hanya akan memperjuangkan Salsa setelah pekerjaannya sendiri, mungkin saja hidupnya akan lebih beruntung jika Revan bisa memperlakukan baik satu orang wanita saja. Revan tersenyum ketika melihat Salsa yang menyilangkan tangannya dan mengusap lengannya, wanita itu datang tanpa menggunakan baju hangat bahkan hanya kaosan bisa.

"Kamu kedinginan, pakai ini." Ucapnya seraya memasangkan jaket dipundak Salsa.

"Ah sepanjang siang aku sangat kepanasan, beberapa malam di rumah Nabilla juga aku kepanasan. Kenapa sekarang dingin sekali?"

"Itu karena kita sedang bersama, kamu harusnya paham jika pelukan aku yang kamu butuhkan."

Mata Salsa sontak membulat mendengarnya, benarkah seperti itu faktanya tapi kenapa Salsa tidak terpikirkan. Revan tertawa melihat reaksi Salsa, itu sama sekali tidak benar karena Revan hanya menggodanya saja.

Cepat Salsa menggeplak paha Revan, menyebalkan sekali tapi kemudian Salsa tersenyum seraya berpaling. Kenapa rasanya cukup hangat mendengar tawa Revan yang selepas itu, apa Revan pernah tertawa selepas itu sebelum bertemu Salsa karena pada kenyataannya Salsa tidak pernah bisa tertawa lepas lagi setelah pengkhianatan dari lelaki bodoh dahulu.

"Kapan kamu pulang?"

"Besok, aku sudah menundanya karena harusnya hari ini tapi aku bisa menunda sampai besok. Besok aku harus benar-benar pulang."

"Pulanglah, aku akan menyusul kamu ke sana."

"Benarkah?"

Revan mengangkat kedua pundaknya sekilas, buktikan saja nanti dengan sendirinya agar Revan tak perlu berjanji apalagi mengingkari. Revan sudah tahu jika Salsa masih ingin diperjuangkan, jadi itulah langkah yang akan Revan ambil juga.

*

Erik kembali memasuki kamar setelah sempat menemui Farhan di ruangannya, hal pertama yang Erik lihat adalah ranjang yang tanpa penghuni. Dimana istrinya itu, kenapa tidak tidur saja bukanlah tadi bilang kalau dia lelah.

Haciih.... Erik melirik pintu kamar mandi, ada suara bersin dari sana jadi rupanya Nabilla sedang di kamar mandi saat ini. Erik tersenyum lantas berlari mendekati pintu tertutup itu, ia berdiri disana menunggu sampai pintu tertutup itu akhirnya terbuka.

Duarr.... Kejut Erik dengan sengaja, sontak saja itu memancing teriakan Nabilla yang begitu melengking. Erik tertawa dengan girangnya karena berhasil membuat Nabilla kaget, tapi lihatlah balasan atas ulahnya itu Nabilla memukulinya tanpa henti.

"Aw sakit, iya maaf maaf ampun, ampun!"

"Rasakan!" Umpat Nabilla asal.

Sembari mengusap bagian yang dirasa sakit itu Erik menatap tubuh Nabilla yang kini hanya terbalut kimono selutut, lagi tatapan Erik membuatnya mendapatkan pukulan kesekian kali. Tapi kali ini Erik tak meringis meminta ampun, Erik justru menahan kedua tangan Nabilla dan memutar tubuh itu hingga sempurna dalam pelukannya.

"Lepas!"

"Wangi sekali." Sahut Erik pelan seraya menghirup aroma wewangian ditubuh Nabilla.

"Erik."

"Tubuh kamu dingin, biar aku hangatkan."

Cepat Erik mengangkat tubuh Nabilla tak perduli meski Nabilla berusaha berontak, dengan sengaja Erik menjatuhkan tubuh Nabilla bersamaan dengan tubuhnya ka ranjang sana. Beruntung kasurnya empuk luar biasa sehingga tidak menyakiti keduanya, Nabilla yang berusaha gerak cepat menghindar rupanya gagal karena Erik lebih dulu mengunci tubuhnya.

Wajah Nabilla seketika tegang dengan gemuruh dijantungnya, tatapan Erik dan senyuman Erik terasa sangat menakutkan saat ini. Matanya terpejam ketika jemari Erik menelusuri wajahnya, Nabilla belum siap dengan semua ini.

Cup...

Singkat Erik mengecup bibir tipis Nabilla yang berhasil membuat mata itu kembali terbuka, bahkan bibir itu tampak manis meski tanpa polesan gincu. Nafas Nabilla sontak memburu, kepanikan semakin menekannya ketika Erik dengan sengaja membuka tali kimononya.

"Dingin sekali." Ucap Erik dengan suara rendahnya.

Erik menyusupkan tangannya, mengusap pinggang Nabilla dengan lembutnya. Bagaimana Nabilla bisa menolaknya, Nabilla belum siap tapi Nabilla takut menyinggung perasaan Erik sekarang.

"Em.. " Pekik Nabilla yang seketika menahan nafasnya.

Erik dengan berani mengecup leher Nabilla bersamaan dengan menyentuh area dadanya, seperti inikah malam pertama kenapa Nabilla takut menghadapinya. Erik mulai merubah posisinya perlahan dengan menindih tubuh Nabilla, sesak sekali rasanya karena Nabilla seolah tak mampu bernafas lagi.

"Erik Papi- astaga." Syok Farhan yang seketika berpaling.

Nabilla sontak mendorong Erik hingga keduanya terduduk, cepat Nabilla merapikan kain di tubuhnya dan melarikan diri ke kamar mandi. Erik sempat memejamkan matanya untuk kembali menguasai dirinya, apa itu tadi bahkan Erik pun sudah melawan ketakutannya sendiri.

"Erik."

"Sss aaa Papi apaan sih, ganggu aja!" Omel Erik kesal.

"Kenapa gak kunci pintu, keganggu jadinya."

Erik mendengus kesal seraya menghampiri Farhan, lelaki itu memberikan beberapa berkas pada Erik. Semua itu adalah hasil obrolan keduanya beberapa waktu tadi, Farhan memberikan semuanya dengan cepat karena pernikahan itu telah ada.

"Besok kita ke kantor sama-sama, jangan bangun siang dan bawa semua ini!"

"Iya ah!"

"Selamat berjuang kembali!" Pungkas Farhan seraya menepuk bahu Erik dan berlalu pergi.

Erik masih tak mengerti kenapa Erik bisa melakukan hal semacam tadi, bahkan jantungnya sudah nyaris lepas karena ulahnya sendiri. Erik mencari keberadaan Nabilla, wanita itu mungkin marah karena perlakuan Erik yang tiba-tiba.

Setelah menyimpan berkasnya, Erik kembali mendekati pintu kamar mandi, lucunya dua manusia itu justru sama-sama terkejut ketika pintu terbuka dan menunjukan satu sama lain. Nabilla segera menutup kembali pintunya, namun Erik juga tak mau kalah menahannya agar tetap terbuka.

"Nabilla buka."

"Gak mau, Erik awas!"

"Buka dulu, dengar aku mau bicara."

"Gak, awas!" Jerit Nabilla.

Brak...

Pintu kembali tertutup rapat karena Erik memilih mundur, Nabilla tampak menghembuskan nafasnya lega karena bisa mengalahkan Erik. Kini keduanya sama-sama bingung, khawatir dengan perasaan satu sama lain jika saja kesal karena kejadian ini.

"Billa."

Nabilla enggan menjawab, sebenarnya Nabilla merasa bersalah karena ini sama saja dengan menolak suaminya. Tapi bagaimana Nabilla belum siap dengan semua itu, Nabilla tidak bisa melakukannya sekarang.

"Maaf/Maaf." Ucap keduanya bersamaan.

"Nabilla."

"Erik maaf, tapi aku belum siap. Kamu marah saja aku tidak akan membantah, tapi tolong jangan sekarang."

"Buka dulu."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!