NovelToon NovelToon
Amor

Amor

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Keluarga / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Bullying dan Balas Dendam / Balas dendam pengganti / Dark Romance
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Jonjuwi

Asila Ayu Tahara. Perempuan yang tiba-tiba dituduh membunuh keluarganya, kata penyidik ini adalah perbuatan dendam ia sendiri karna sering di kucilkan oleh keluarganya . Apa benar? Ikut Hara mencari tahu siapa sih yang bunuh keluarga nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jonjuwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hanya kue

Hara dan Dewi memasuki rumah yang cukup besar, sejujurnya Hara bertanya-tanya kenapa Dewi bisa dengan mudah menemukan dirinya di lokasi rumah Hakim padahal ia sama sekali tak kepikiran memberikan alamat rumah itu.

Sekarang Hara terduduk di rumah bak istana penuh dengan barang-barang berwarna emas, Ah! Mungkin kah berlapis emas juga?

"Kamu kok tau rumah Kak Hakim?" Hara membuka obrolan ketika Dewi sudah merebahkan dirinya di sofa yang sama

"Aku pernah kesana."

Hara menoleh kepada Dewi "Kapan?"

"Waktu itu, waktu kamu sama si Hakim pergi mancing terus rambut kamu di kepangin sama Ibunya." nada bicara Dewi kali ini terdengar merajuk

"Kamu ngikutin aku?!"

Tidak, tidak ada nada marah yang signifikan dalam tutur bahasa Hara. Ia hanya terkejut dan berlebihan mengekspresikannya.

Dewi terbangun dan duduk menghadap Hara

"Iya."

"Kamu nih ya!."

Oh, nada merajuk Hara. Dewi sangat merindukan itu.

"Padahal kalo soal kepangin doang aku juga bisa tau." Dewi balas merajuk membelakangi Hara

"Kamu bener-bener santai banget ya, gak takut? Atau gelisah lah."

Dewi hanya mengangkat bahunya tak peduli.

"Apa rencana kamu abis ini. Eh, apa kamu gak liat berita? Kak Hakim udah sebar foto kamu dimana-mana"

"Tau, nih lagi liat." Dewi membalikkan handphonenya agar Hara bisa melihat bahwa ia sedang menonton berita

"Terus apa rencana kamu?"

"Kamu tanya soal ini bukan karna kamu mau aduin aku ke si Hakim kan?" Dewi bertanya penuh telisik

Hara terdiam setelahnya

"Tapi setelah kejadian kamu minta jemput ini, aku yakin sih kalo kamu gak akan aduin aku ke dia."

Hara menoleh " Kok yakin banget?"

"Kamu abis di apain sama si Hakim?" Dewi bertanya balik

"Nggak, gak di apa-apain."

"Kamu di sakitin ya?!"

Hara terkejut lalu langsung melayangkan protes "Nggak Dewi! Awas aja kamu lakuin sesuatu!"

"Telat."

Kini Hara merubah posisi duduknya agar lebih leluasa memandang Dewi dengan sorot tajamnya.

"Ngapain? Kamu ngapain?" tanya Hara

"Apa loh, aku gak apa-apain dia."

"Jujur Dewiiiii,"

Hara menggoyang-goyangkan tubuh yang tengah berbaring itu hingga Dewi kewalahan.

"Apa sih Hara, aku gak ngapa-ngapain loh."

"Bohong, Dewi ih kamu ngapain Kak Hakim. Dia gak salah apa-apa sumpah!"

"Aku kirim paket aja, Hara."

"Paket apa?!"

"Apa sih ih, aku kirim kue loh."

Hara memicingkan matanya tak percaya pada otak psiko di hadapannya ini. Sedangkan Dewi kini tengah menahan senyumnya.

"Mana liat! Kamu kirim kue gimana?"

Dewi mengotak-atik handphone dan menunjukkan nya pada Hara.

(Pic from Pinterest, abaikan tulisan di kue nya)

"Dewi!"

Dewi terkekeh geli lalu kembali berbaring seperti semula.

"Itu, bu-bukan darah a-"

"Bukan Hara. Itu selai strawberry kok" Jawab Dewi melembut

"Ya tapi dengan tampilan gitu .... Ah, udahlah." Hara berhembus pasrah.

"Kamu di pihak aku kan sekarang?" tanya Dewi

Hara sempat terdiam lalu "Aku gak pernah ke pihak siapapun Dewi."

"Cuma sama kamu, dan selalu sama kamu." lanjutnya

"Ah, kemaren aja kamu pilih sama Hakim." jawab Dewi

"Dewi,"

Dewi hanya berdehem menjawab panggilan dari Hara

"Apa, mungkin, kamu bakal berubah?"

Dewi melirik Hara sebentar "Aku berubah kok."

"Soal Kak Hakim,"

"Plis, jangan sakitin dia sama keluarganya." lanjut Hara memohon dengan telapak tangan yang menempel

"Tergantung" ucap Dewi mengendikkan bahunya

"Dewi, please! Mereka gak jahat."

"Kalo mereka gak jahat, kamu gak akan nangis sambil minta jemput tadi."

"Itu aku cuma lagi emosional aja, sumpah!"

"Kamu gak bisa bohongin aku Hara."

"Please Dewi, aku bakal ikut semua rencana kamu. Asalkan kamu gak apa-apain Kak Hakim."

Dewi terbangun menatap mata Hara yang tampak sendu

"Ceritain dengan sejujurnya apa yang terjadi tadi." ujar Dewi

Hara menghela nafasnya, ia ragu untuk menceritakan semuanya karna ia tahu sendiri bagaimana Dewi akhir-akhir ini.

"Janji gak akan apa-apain Kak Hakim?"

"Tergantung."

"Dewiiiii,"

Dewi terkekeh "Iya, iya, udah ayo ceritain."

Hara benar-benar menceritakan sedetail mungkin kejadian yang baru ia alami di rumah Hakim, ia juga bercerita bahwa sebelumnya keluarga Hakim sangat baik padanya terutama Ibu dari Hakim.

Hara juga menceritakan bahwa hubungan dengan Hakim tak mendapat persetujuan dari Ayah Hakim, ia merasa bahwa hubungan dengan Hakim bukan hanya sekedar teman, atau Kakak dan Adik. Ia merasakan perasaan yang sama dengan Hakim.

"Jadi yang jahat Ayah nya," Dewi mengangguk-angguk

"Dewiiii, jangan ya!"

Mereka mengakhiri obrolan malam ini, dan memilih tidur terpisah karna Hara yang meminta.

Ia membuka handphone mengecek pesan yang masuk sejak tadi, ia yakin itu dari Hakim. Dan benar saja.

'Kamu kemana?'

'Hei?'

'Hara, ini gak kaya yang kamu denger'

'Kamu kemana? Saya khawatir, ini udah malam Hara'

'Hara, ada kiriman paket kue'

'Ini mencurigakan Hara, jawab saya kamu dimana'

'Hara?'

'Hara, biar saya jelasin dulu maksud Ayah.'

Pesan itu beruntun memenuhi room chat nya dengan Hakim, entahlah akan bagaimana besok. Apalagi Hara belum tahu rencana Dewi selanjutnya.

...~~~...

POV RUMAH HAKIM (SETELAH MENDAPAT PAKET)

Hakim masuk ke rumahnya setelah ia menyelesaikan obrolan dengan Ayahnya tak ada yang janggal saat ia masuk, Hakim langsung mengambil handuk dan mandi guna menenangkan sedikit pikirannya.

Dari dalam kamar mandi Hakim mendengar Ibu nya tengah sibuk memanggil nama Hara, suara itu terus berulang hingga ia keluar dari kamar mandi dan menghampiri Ibunya yang tengah gelisah.

"Kenapa Bu?"

"Hara dimana, Nak?"

"Loh, kirain sama Ibu."

"Gak ada loh, Nak. Ibu tadi abis ke kamar Erlang karna bantuin packing untuk berangkat besok, Ibu pikir dia nyusulin kamu sama Ayah."

Hakim mengernyit, tak terpikirkan barang kesana sedikitpun. Ia berlari ke ruangan dimana monitor CCTV rumahnya ia menonton tayangan ulah CCTV tadi dan benar saja, Hara mendengar obrolan dirinya dengan Ayah.

Hakim berjalan cepat keluar ingin sesegera mungkin menghampiri Ayah dan melontarkan amarahnya, ia mendapati lelaki tua itu berjalan mengarah kembali ke rumah entah sudah dari mana.

"Ayah!"

"Ini semua gara-gara Ayah. Hara denger obrolan kita tadi dan sekarang dia gak ada, Hakim yakin dia pergi karna sakit hati ini semua karna Ayah!" lanjutnya

Ayah nya tak menggubris luapan emosi anak sulungnya itu, ia langsung berjalan melewati Hakim dan masuk ke rumah.

"Yah!"

Sesaat sampai di dalam rumah Erlang dan Ibu sudah ikut terduduk di sofa ruang tamu, begitupun dengan Ayah Hakim yang juga sudah terduduk.

Hakim berdiri di samping Ayah nya "Ini semua gara-gara Ayah!"

"Duduk." jawab Ayah

Meski tengah dikabuti oleh emosi Hakim tetap menjadi anak yang baik dan penurut ia duduk sesuai perintah dari Ayah nya.

"Dia di jemput."

"Siapa?" tanya Hakim

"Anak itu."

Bahkan Ayah Hakim sudah tak menyebutkan nama Hara lagi kali ini.

"Hara, Hara namanya Yah." Ibu Hakim menimpali

"Di jemput temen nya yang psikopat itu."

Semuanya terbelalak, termasuk Erlang yang sebenarnya hanya tau sedikit tentang mereka.

"Gausah asal ngomong deh, Yah." jawab Hakim

"Ayah liat kok, gak asal ngomong."

Tok ... Tok ... Tok

Erlang berdiri berniat melihat siapa yang datang di malam hari seperti ini, namun rupanya hanya seorang ojek online mengantarkan sebuah box yang katanya berisi makanan untuk Hakim.

"Kak, lu pesen makanan?"

Semuanya menoleh melihat Erlang menenteng sebuah box berukuran cukup besar.

"Nggak." jawab Hakim

Hakim menerima paket tersebut dan membuka plastiknya, tertera surat juga di dalamnya.

...To : Hakim...

...Semoga selalu sehat dan bahagia...

...From : I don't know hahaha...

Hakim membuka box tersebut dan betapa ia terkejut ketika di hadapkan dengan sebuah kue dengan cream putih dan tumpahan selai strawberry yang mirip sekali seperti darah.

"Ya ampun, Nak. Dari siapa ini?"

Ibu sama terkejutnya, ia mengelus dadanya yang tiba-tiba saja nyeri ketika telah melihat kue tersebut.

"Hakim pamit ke kantor lagi Bu, Yah." Hakim pergi dengan setelan kolor dan kaos nya di lengkapi dengan rambut yang masih basah.

Ia sempat memfoto nama toko dari box yang ia dapat tadi, ia akan langsung mencari tahu setelah sampai ke kantor.

1
Ulla Hullasoh
keluarga yang kejam..... apa hara itu anak tiri?
lin
wah seru nih lanjutkan thorr jangan lupa buat mampir
Ryohei Sasagawa
Thor, ceritanya seru banget! Aku suka banget sama karakternya.
Jonjuwi: Kakaaa makasi banyak, trs dukung aku yaa🥺❤️
total 1 replies
Nadeshiko Gamez
Terperangkap dalam cerita ini.
Jonjuwi: Makasih kaaa udah mampir, dukung aku trs yaa🥺❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!