seorang remaja laki-laki yang berumur 15 tahun bernama Zamir pergi ke pulau kecil bersama keluarganya dan tinggal dengan kakeknya karena ayahnya dialih kerjakan ke pulau itu.
kakek Zamir bernama kakek Bahram. Kakek Bahram adalah oramg yang suka dengan petualangan, dan punya berbagai pengalaman semasa hidupnya.
Saat kakeknya sedang membereskan beberapa catatan lama. Ada selembar catatan yang menuliskan tempat yang belum kakek Bahram ketahui tentang pulau ini. jadi kakek Bahram mengajak cucunya Zamir untuk ikut menyelidiknya.
Akankah mereka menemukan tempat tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radit Radit fajar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penjelajahan di Lantai Baru
Setelah menjelajahi bagian atap apartemen. Ternyata tidak ada hal penting disini, hanya penyimpanan tangki air.
"karena sepertinya tidak ada yang penting disini, ayo kita turun ke lantai tiga." kakek berkata setelah melihatku dan teman-temanku yang mulai kedinginan.
Walau pakaian kami cukup tebal. Tempat tinggi dan malam hari adalah kombinasi yang bagus untuk membuat kami yang tidak terbiasa jadi kedinginan. Jadi aku dan teman-temanku mengangguk setuju.
Melewati beberapa anak tangga karena bagian atap ini ada yang tinggi dan rendah, liftnya ada di bagian tinggi. Kami semua masuk ke dalam lift, kotak kayu kami masih tertumpuk di dalam lift, karena tadi kami tidak membawanya saat menjelajahi atap ini.
Mesin lift bersuara menandakan kami sedang turun setelah kakek menekan tombol lift.
Kami sampai ke lantai tiga. Tepatnya bagian ruangan utamanya.
Saat kakek membuka pintu ruangannya doa langsung menutupnya lagi.
"monster itu sudah berkeliaran di lantai ini, pakai kotak-kotak kayu kita dengan baik." kakek berkata, aku dan teman-temanku mengangguk.
Kami kembali memakai kotak-kotak kayu kami. Jalan jongkok perlahan menyusuri teras-teras lantai tiga yang lebarnya juga 1,5 meter, lebih cukup untuk kami lewat dengan kotak-kotak kayu kami.
Sepertinya monster itu tadi mencari kami, lalu saat tidak menemukan di lantai nol dia masuk ke lobinya mencari kami. Saat melihat lift sudah berfungsi dan yang digunakan yang disebelah kanan, baru dia memanjati tumpukan barang di tengah halaman untuk lompat ke lantai tiga. Jika begitu dia berarti sangat pintar, dan juga dia pasti punya informasi sehingga tau lift-lift itu bisa mengakses lantai tertentu.
Pertama-tama sebelum kami mulai menjelajahi kakek menyuruhku memotret peta di kertas yang tertempel di ruangan utama lantai tiga ini.
Setelah beberapa saat melihat petanya kakek berkata.
"kakek punya ide untuk menjebak monster itu tapi kita juga harus hati-hati. Disini ada ruangan yang punya dua pintu dengan akses berbeda, yaitu tukang dan security, pertama-tama kita masuk lewat pintu security dengan satu orang masuk ke dalam kotak kayu dan berada tepat di bagian luar samping pintu. Kita semua masuk ke ruangan panjang itu, kakek akan memancingnya masuk melalui pintu security yang terbuka, saat monster itu sudah masuk ke dalam kita harus keluar dengan cepat lewat pintu tukang lalu menutupnya lagi. Saat monster itu sudah tau pintu akses tukang ditutup, yang menjaga akses security bisa langsung ambil batu aksesnya agar pintu itu tertutup juga. Jadi monsternya akan terkurung di dalam." kakek menjelaskan rencananya.
Aku dan teman-temanku mengangguk mengerti.
"aku yang jaga di dekat pintu securitynya kek, boleh?" aku menawarkan.
"tentu." kakek mengangguk.
Kakek membuka pintu ruangan utama. Lalu kami mulai berjalan menyusuri teras di lantai tiga.
Rencana kakek bagus, walau juga beresiko. Tapi jika berhasil monster itu memang akan terjebak, karena pintu dengan akses itu biasanya lebih keras dibanding pintu umum, monster itu tidak akan bisa mendobraknya.
Kami juga pakai kotak kayu kami. Karena jika monster itu melihat dan mendatangi kami, disini berlarinya lebih susah dibanding lantai nol karena jalanan yang sempit.
Saat kami sudah berada di depan ruangan yang dimaksud tadi, tepatnya di depan pintu akses securitynya. Aku masuk ke dalam kotak kayuku memposisikan kotak ini diam disebelah pintu.
"kita periksa ruangan ini sekilas dulu." aku mendengar kata kakek saat sudah mulai masuk ke dalam ruangan itu.
Berarti mereka memeriksanya dulu. Sepertinya ruangan ini campuran akses security dan tukang karena untuk berdiskusi bersama.
Setelah beberapa menit berlalu. Kakek kembali ke bingkai pintu security. Lalu kakek meniup sebuah peluit.
Benar saja sepertinya monster rajut itu terpancing untuk berlari mendekat. Suara lariannya yang keras bisa terdengar, tapi kakek juga dengan cepat berlari masuk ke dalam ruangannya.
BOOM!
Suara hantaman ke lantai teras terdengar saat monster itu melompati kubusku agar bisa lebih cepat.
Terdengar suara pintu lain terbuka saat monster itu sudah masuk ke dalam ruangan. Itu pintu akses tukang, teman-temanku mulai keluar dari ruangan.
Lalu kakek menekan batu aksesnya dengan cepat mengambil batu itu lalu keluar.
Aku juga keluar dari kotak kayuku, menekan akses security membuatnya terlepas dan pintu aksesnya tertutup.
Aku melirik ke arah pintu tukang. Di pintu berwarna hijau tua berdebu itu, ada satu tangan monster itu yang sedikit terjepit di ujungnya.
Monster itu mencoba membuka pintu, tapi Bhanu dan Eron sudah lebih dulu mendorong tangannya itu dengan dua ujung pemukul bisbol membuatnya terdorong masuk kembali.
Setelah itu Eron dan Bhanu langsung bersandar ke pagar teras karena tegang tadi.
"kalian hebat, ayo kita melanjutkan perjalanan kita agar tidak banyak waktu terbuang." kakek berkata kepadaku dan teman-temanku.
Kami mengangguk, kembali berjalan mengikuti kakek. Kami meninggalkan kotak-kotak kayu kami di luar ruangan, karena tadi kotak-kotaknya memang ditumpuk dengan kotak kayuku saat aku bersembunyi.
Tapi sekarang jelas kotak-kotak kayu itu tidak akan berguna lagi untuk kami. Karena sekarang tidak ada yang akan mengejar kami lagi.
"kalian dapat informasi apa dari ruangan tadi?" aku bertanya.
"tidak banyak juga, hanya saja informasi tentang beberapa hal berbahaya yang bisa diperbaiki oleh para teknisi disini dulunya, contohnya ini." kakek berkata, sambil memberikan secarik kertas kepadaku.
Aku menerimanya, lalu membacanya sambil berjalan.
"para tukang dan security bingung hari ini dengan permasalahan robot di bagian basement gedung. Karena robot gajah pengurus beberapa persediaan air itu sudah beberapa kali rusaknya sampai menyerang para pegawai. Tangki air tidak bisa ditaruh di bagian atap gedung karena mudah tercemar, tapi dari dalam basement ada robot itu yang mengurusnya, mulanya hanya mesin sederhana yang dikembangkan bersama keluarga besar, sampai akhirnya berkembang menjadi desain gajah yang lebih keren sampai para admin gedung juga mempertahankan ruangannya tidak hanya dengan akses tapi juga dengan air dari dalam basement. Tangki air dipindahkan ke basement karena gajah itu jelas terlalu berat untuk ditaruh di atas gedung, jadi dipindahkan ke basement. Di gajah itu juga dikembangkan agar punya lebih banyak fitur. Tapi itulah yang membuatnya malah jadi selalu rusak. Ada yang mengusulkan menggantinya dengan mesin pengurus air lama, ada yang bilang ganti ke mesin lain yang lebih canggih di zaman ini. Tapi jelas pemilik robot itu menolaknya, karena robot gajah itu berharga, dia dikembangkan oleh keluarga besarnya yang sekarang sudah beberapa meninggalkan dunia. Untuk sekarang kami memutuskan pengawasan yang lebih ketat disana." aku memberikan kertas tua itu kepada kakek.
Kertasnya memang sudah tua, berdebu dan rapuh. Tapi aku masih bisa merasakan emosinya sampai sekarang secara halus.
BRAKK!