Nayura, gadis SMA yang belum pernah mengenal cinta, tiba-tiba terikat janji pernikahan di usia yang penuh gejolak. Gavin juga remaja, sosok laki-laki dingin dan cuek di depan semua orang, namun menyimpan rasa yang tumbuh sejak pandangan pertama. Di balik senja yang merona, ada cinta yang tersembunyi sekaligus posesif—janji yang mengikat hati dan rasa yang sulit diungkapkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadin Alina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25 : Segelas Susu Dan Sunyi Yang Luruh
Langkah kaki Elda menggema di lantai marmer. Satu tangannya menarik koper besar dan tangan satu lagi sibuk dengan ponsel yang terus berdering.
Nayura yang tengah menyiapkan sarapan jadi mengintip ke arah ruang tengah sana. Tampak Elda yang sudah rapi dan...sebuah koper.
Nayura memilih beranjak dan menghampiri Elda.
"Maa..."sapanya.
Elda mengalihkan pandangan dari ponsel dan mendapati wajah sang putri.
Elda tersenyum hangat "Sayang, sudah bangun ternyata."
Nayura menatap koper besar itu sejenak "Pagi ini banget berangkatnya?" tanyanya dengan nada terdengar tak rela.
"Iya, tiba-tiba flight nya di majukan. Invenstor udah nunggu, jadi harus buru-buru berangkat."
"Ayo, Maa!" seru Rio dari arah ruang tamu.
Nayura menoleh menatapi ayahnya yang sudah rapi mengenakan jas berwarna hitam.
"Mama pergi dulu, kamu hati-hati di sini. Jangan lupa makan." pamit Elda, mengecup pipi Nayura sekilas.
Rio mendekat, memeluk Nayura sebentar"Jaga diri baik-baik."
"Aku sendiri lagi." lirih Nayura, wajahnya tampak murung membuat Rio tersenyum tipis.
"Kan, ada Gavian."
"Aku nggak kenal dia, Pa." sahut Nayura.
Rio mengelus wajah Nayura dengan ibu jarinya "Saling kenal, kalian sudah dewasa. Sudah waktunya mandiri."
Nayura diam, ia hanya menundukkan kepala. Ada perasaan yang tidak bisa ia jelaskan. Tak lama setelahnya, kedua orang tuanya benar-benar pergi. Dan Nayura masih berdiri mematung di tempatnya.
Ia berjalan menuju sofa, menjatuhkan diri di sana dengan kedua kaki yang di tekuk ke dada. Sepi kembali menyergap dirinya. Rumah besar ini terasa dingin dan sunyi.
"Sejak SMP gue selalu sendirian. Mereka sibuk dengan pekerjaan mereka. Apa gue nggak sepenting itu buat mereka?"
Nayura mengepalkan tangan, tubuhnya bergetar menahan sesak di dada. Air mata mulai menggantung di pelupuk matanya. Namun, sekuat hati ia tahan.
"Kalau mau nangis, nangis aja!"
Nayura menoleh cepat. Gavian muncul dari arah dapur sana. Di tangannya terdapat segelas susu hangat.
"Lo nguping, ya?" tanya Nayura dengan tatapan curiga.
Gavian menyimpan gelas itu di hadapan Nayura. Lalu mengambil duduk tidak jauh dari Nayura.
"Enggak. Gue cuman dengar suara deru mobil. Jadi penasaran."
"Mereka ke Dubai." beritahu Nayura.
Gavian mengangguk pelan "Oh".
Hanya satu kata itu Gavian ucapakan..Nadanya terdengar datar tapi paham.
Hening!
Nayura memeluk lututnya kian erat, menyembunyikan wajah di antara lutut itu. Gavian diam namun hatinya ikut gelisah menatapi gadis di sampingnya.
Pelan tangannya naik mengusap pucak kepala Nayura.
"Diminum susunya. Gue tahu lo belum sarapan."
Nayura menatap segelas susu di atas meja sana. Entah kenapa, usapan Gavian mampu membuat hatinya sedikit membaik.
"Sok tahu lu!" ketus Nayura, meskipun di dalam hati sana senang bukan main di perhatikan oleh Gavian.
Gavian berdecih "Ck, lagi galau begini masih aja tetap nyolot."
Nayura mendelik "Lo ngatain gue?" ucapnya tidak terima.
Cewek secantik dan se imut ini harus di katain nyolot?
KURANG AJAR
Gavian tertawa pelan, ia mengusap wajah Nayura seperti orang berwudhu. Cepat tangan Nayura menepis tangan Gavian itu. Wajahnya makin cemberut menahan kesal.
Sebelum hal-hal yang tidak di inginkan terjadi Gavian memilih bangkit dan beranjak pergi.
"Sialan lo!" maki Nayura, namun tidak di tanggapi oleh Gavian.
Nayura ingin mengejar Gavian dan memukuli cowok itu dengan...apa saja yang ia dapat. Namun, tubuhnya terasa lelah seperti tak bertenaga.
Membiarkan Gavian pergi dan ia memilih meraih gelas susu yang disiapkan Gavian tadi.
Nayura tersenyum menatap segelas susu di tangannya. "Ternyata dia perhatian, juga." gumam Nayura sebelum meneguk susu tersebut.
Waktu merangkak tanpa suara. Tidak ada percakapan dan tawa yang mengisi. Hanya suara detik jam dinding yang menemani Nayura sepanjang hari ini. Hingga gelap pun tiba, kesepian itu kian menyesak.
Lampu mulai menyala, menerangi ruangan demi ruangan. Namun, hati Nayura tetap redup. Ia masih berbaring di kasurnya. Ponselnya tergelatak begitu saja.
Bahkan, Tessa dan Stevi pun tidak muncul hari ini di grup chat.
"Ini terlalu sepi, gue benci!"
Nayura memejamkan mata. Perasaan sepi itu datang lagi. Persis seperti perasaan yang dulu-dulu, perasaan saat Elda dan Rio pergi meninggalkannya.
"Seharusnya gue udah bebal dengan perasaan ini. Perasaan yang sudah bertahun-tahun gue alami."
"Tapi...kenapa? Kenapa gue slalu sedih." Setetes air mata jatuh membasahi wajah Nayura. Cepat ia menghapus cairan itu.
"Gue nggak boleh nangis lagi. Gue...harus kuat kayak biasanya."
Nayura bangkit lalu berjalan menuju balkon. Tangannya membuka pintu balkon. Udara dingin langsung menyapu permukaan kulitnya. Langit malam tampak indah dengan taburan bintang yang berkilauan.
"Langit gelap aja tetap indah karena ada bintang. Seharusnya hidup gue juga gitu." gumamnya.
Ia menatap ke bawah dan tidak sengaja melihat motor Gavian.
"Dia udah pulang?" monolognya.
Dari siang tadi Gavian keluar katanya ada urusan penting. Dan Nayura tidak berhak melarang dirinya. Ia merasa tidak pantas untuk itu meskipun...ia sendiri ingin di temani.
"Ck, kenapa gue kesal, sih!" gerutu Nayura, mengingat Gavian yang pergi meninggalkannya.
"Suka-suka dia. Mau pergi atau nggak. Kan, gue bukan pacarnya."
"Sadar Nay...." Nayura memukul kecil kepalanya.
"Ternyata di sini..."
"Haa!" pekik Nayura kaget, ia segera menoleh dan mendapatkan Gavian.
"Lo hobi banget ngagetin gue. Kalau gue mati gimana, ha!"
"Aw!"
Gavian menyentil dahi Nayura, membuat Nayura mengusap bekas dahinya.
"Lo KDRT?" desisnya.
Gavian tersenyum miring "Lo lebay banget! Kagak mungkin mati juga, kali."
Nayura berdecak sebal, bibirnya manyun ke depan dan menatapi Gavian dengan tatapan tak bersahabat.
"Lo mau ikut?" tanya Gavian setelah hening beberapa saat.
Nayura mengangkat wajah tampak tertarik dengan ajakan tersebut.
"Kemana?"
"Kuburan."
Plak!
"Lo bisa serius nggak, sih! Kesal Nayura memukul lengan Gavian. Gavian hanya tertawa pelan.
"Ngak usah banyak tanya. Sana cepetan siap-siap." suruh Gavian, lalu berlalu masuk ke dalam.
"Ya kali gue mau ke kuburan malam-malam begini. Tu cowok sinting, kali!" ia misuh-misuh sendiri namun, kakinya tetap melangkah masuk untuk siap-siap seperti yang Gavian minta tadi.
Tidak perlu waktu lama, Nayura sudah siap. Ia memakai hoodie berwarna coklat yang di padukan dengan celana jeans. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai.
Tidak ada riasan di wajahnya hanya lip balm yang ia gunakan. Minimal bibir nggak kering.
"Kuy!" Ajak Nayura menghampiri Gavian yang bermain game.
Gavian mengangkat pandangan meneliti penampilan Nayura yang sederhana namun...mampu memikat hatinya.
"Ck, gue tahu gue cantik. Nggak usah segitunya, ngeliatin." kata Nayura dengan pedenya. Bahkan, ia mengibaskan rambutnya ke belakang. Ala-ala iklan shampo. 😂
Nayura tersenyum tipis saat naik ke boncengan motor Gavian. Mungkin...malam ini tidak akan sesepi malam-malam sebelumnya.
...----------------...
mampir di ceritaku juga ya ..
makasih 😊
always always bagus!!
hebat!!! Udah cocok itu open comision
kondangan kita! Semur daging ada gak?