Pewaris Kembar

Senja mulai muncul dan ketiga anak remaja itu sudah menyiapkan makan malam mereka dengan bekal yang di bawa dari kampung.

Lia yang ingat akan pesan sang kakek Budi segera memanggil abangnya.

" Bang ingat tidak pesan kakek Budi." tanya Lia.

" soal apa dek." balas Lio .

" Kakek Budi menyuruh kita untuk membuka kotak yang kakek simpan di atas sana." sambil menunjuk sebuah kotak yang kakek Budi simpan dan berpesan kepada Lio dan untuk di buka saat mereka sudah siap.

Lio segera menaiki batu yang di pakai untuk menyimpan kotak.

" Hati hati bang." ucap Lia.

" Ya dek." jawab Lio.

Tak lama Lio turun dengan sebuah kotak di tangannya dan menyerahkan kepada Lia. Ali yang memegang Lio yang akan turun.

" Coba di buka dek." ucap Lio.

" Baik bang." ucap Lia.

Kotak yang di bungkus dengan kain berlapis lapis membuat lama membukanya, sampai sampai Lia kelelahan membuka nya.

" Ini orang gak ada kerjaan apa ya ..... Bungkus nya aja berlapis lapis ." gerutu Lia, akhirnya Lio mengambil alih untuk membuka dan sama semua perlu kesabaran untuk membuka karena kain yang di pakai cukup banyak.

Akhirnya mereka pun merasa lega karena kotak itu pun bisa terlihat bentuknya.

" Langsung aja di buka bang biar kita tau apa isinya." perintah Lia tak sabaran.

" Ya dek ..... Ini Abang lagi buka , tapi kuncinya mana." tanya Lia yang sedang mencari kunci kotak itu.

" Pakai batu aja bang." perintah Ali terkekeh.

" Kamu ini bukannya bantu cari solusi malah mau kasih hancur barang." sungut Lio yang masih bingung mencari cara untuk membuka.

" Abang ..... Abang ... Ini apa." ucap Lia sambil menunjuk sebuah kunci yang terselip di samping kotak.

" Hehehehehe....... Abang tidak liat dek ..." ucap Lio malu.

Kotak itu pun bisa di buka dan betapa kagetnya mereka melihat sebuah kertas yang bertuliskan nama yang sama dengan nama belakang Lio dan Lia.

" Bang ini kertas apa bang ..... Kenapa nama yang tertera juga sama dengan nama kita apa cuma sama saja." tanya Lio yang masih ingin tau.

" Abang juga gak tau dek, tapi kita harus mencari tau siapa sebenarnya nama ini." ucap Lio.

" apa kalian juga punya nama yang sama ." tanya Ali.

" ya Li, nama belakang kita juga pakai Wijaya , Adelio putra Wijaya dan adelia putri Wijaya. itu nama yang di berikan kakek Budi kepada kami li." jelas Lio.

" Dan kami tidak boleh memakai nama Wijaya di luar, karena takut orang akan membunuh kami." terang Lia.

" Jadi kalian yang di cari oleh orang orang perusuh yang datang ke kampung beberapa waktu lalu." Lio dan Lia mengangguk.

" Maafkan kami li kami tidak tau apa salah kami sampai sampai kami di cari terus." jawab Lio.

" Tidak masalah kamu juga tidak perlu minta maaf dan itu juga bukan salah kamu seutuhnya." jawab Ali menyemangati kedua sahabatnya.

Mereka bertiga terus latihan dan latihan tanpa ada rasa lelah yang di rasakan. Bahkan waktu yang ada mereka gunakan untuk mengisi dengan kegiatan yang bermanfaat dengan mengumpulkan tanaman obat obatan yang di dapat di sekitar gua.

Tak terasa mereka bertiga di gua cukup lama dan berencana akan segera meninggalkan gua karena mereka merasa sudah siap keluar dari kampung dan mencari orang tua Lio dan Lia.

Setelah menutup pintu gua agar tidak seorang pun yang bisa masuk dan merapikan semua barang barang dan membawa yang penting untuk di bawa sebagai petunjuk Lio dan Lia nanti ke ketika berada di kota.

" Bagaimana sudah selesai semua dek ." tanya Lio ke Lia.

" Sudah abang.ini semua sudah Lia masukan ke dalam tas." ucap Lia.

" Li ..... Tolong kamu bantu bawa barang barang ya, soalnya agar banyak barang barang yang akan kita bawa ke kampung." ucap Lio kepada Ali.

" Siap Lio.... Aku selalu siap membantu." ucap Ali dengan semangat.

ketiga pun segera keluar dari gua dan menyusuri hutan yang akan di tinggalkan dalam waktu yang lama. Lio mengajak untuk tidakk mengambil jalan yang cepat tetapi mereka mengambil jalan ke arah agak jauh supaya mereka mengumpulkan obat daun yang akan di simpan dan di bawa saat di kota, karena mereka belum biasa dengan obat kimia.

Sepanjang perjalanan mereka sambil bercanda untuk menghilangkan lelah mereka dan tanpa mereka sadari mereka menemukan sebuah tas yang terdapat di bawah semak semak saat Lio akan mengambil daun obat di sekitar tas di buang.

" coba kalian berhenti dulu ini apa ya." tanya Lio.

" Abang jangan itu bukan milik kita, kata kakek tidak boleh membuka yang bukan punya kita." ucap Lia mengingatkan abangnya.

" Tapi dek , ini hutan dan kita tidak tau siapa yang punya, tidak mungkin kita bertanya ke pada orang orang kampung, dan tidakk mungkin juga orang kampung punya tas yang bagus ini." terang Lio.

" iya juga ya bang ... terus kita akan buka ." tanya balik Lia kepada abangnya.

" Hemmm." jawab Lio.

Mereka memutuskan kembali ke gua untuk menghindari hal yang tidak di inginkan , mereka bertiga lari sekuat tenaga karena takut kemalaman di jalan.

Dengan cepat mereka sudah sampai di depan gua tapi mereka melewati pintu rahasia agar orang tidakk tau.

" coba buka bang." ucap Ali yang sekarang memanggil Lio Abang dan Lia adek.

" ya sabar Li .... Ini agak susah mungkin tas ini sudah lama." ucap Lio.

" Bang coba liat ini ada kuncinya yang ada di saku tasnya." ucap Lia sambil menunjukkan.

" Oh ... Iya ... Mari kita buka." jawab Lio langsung.

mereka bertiga deg .... Deg ...an karena takut yang ada di dalam tas barang yang akan melukai diri mereka.

" Lia jauh jauh dek ... Kamu juga Ali menjauh ...." ucap Lio.

" Tapi bang itu tas dekat Abang..... Bagaimana kami menjauh, kami tidak mau Abang terluka." ucap Ali.

Mereka pun akhirnya membuka bersama sama , betapa kagetnya mereka setelah melihat isi di dalam tas itu.

" Bang .... Ini ..... Ini." ujar Lia bingung mau berkata.

" Ya .... Bang ini ... Itu namannya." Ali pun ikut tidak bisa bicara karena kaget yang ada di dalam tas itu.

" Kalian ini .... Itu .... ini .... Ituu .... Namanya emas." jawab Lio kesal ... sedangkan kedua orang itu hanya nyengir saja di salahkan karena kaget dengan semua itu.

" Tunggu dulu .... Ini ada kertas coba kita baca." ucap Lio.

" Memang Abang tau baca." tanya Ali heran.

" Taulah kan kakek Budi ajarin kami membaca berhitung semua ,dan kami juga tau cara memakai ponsel." ucap Lia.

" Hah yang betul ... Kenapa kalian tidak kasih tau kami." tanya Ali heran.

" maksudnya kasih tau untuk apa, kan masing masing harus tau baca menghitung pergunakan alat canggih." ucap Lio lagi kesal.

" sudah ... Sudah dengar Abang mau baca." ucap Lio lagi.

\#\#\#\#

Buat yang menemukan anak kembar ini tolong jaga dengan baik baik ..... dan ini untuk biaya hidup anak kami ... Kami tidak bisa memberi tahukan kami siapa karena nyawa anak kami dalam bahaya....

Emas yang kami simpan dengan pakaiannya untuk mereka berdua tolong jaga anak kami, suatu saat jika tuhan berkehendak kami akan mencari mereka....

" Bang berarti ini dari orang tua kita apa ya." tanya Lia.

" tidak tau juga dek." jawab Lio menimpali.

" Terus bagaimana dengan emas sebanyak ini." tanya Ali.

" Tidak mungkin kita bawa ke kampung , kita simpan saja di sini suatu saat kita ambil lagi." ucap Lio.

" Tapi bang apa gak ada yang akan mengambilnya." tanya Lia dan Ali bersamaan ." Abang nya menggelengkan kepala.

" Kita ambil sedikit untuk Bu Alma dan orang tuamu Ali." ucap Lio.

" Tidak bang itu bukan hak ku, itu milik Abang dan Lia jangan sampai orang tua salah mengerti dengan barang itu." ucap Ali yang tidak mau nanti Lio dan Lia kena masalah.

" Kamu taruh saja di pakaian ayahmu dan kalau bisa sebelum kita pergi ke kota kamu sudah menaruhnya." ucap Lio.

" apa Abang dan adek tidak marah." tanya Ali yang masih ragu.

" Gak akan ,kami memberikan ini kepada orang tuamu biar ada perubahan di keluarga mu." Jawab Lio.