HIATUS AWOKAOWKA
"Kau akan dibunuh oleh orang yang paling kau cintai."
Chen Huang, si jenius yang berhenti di puncak. Di usia sembilan tahun ia mencapai Dou Zhi Qi Bintang 5, tetapi sejak usia dua belas tahun, bakatnya membeku, dan gelarnya berubah menjadi 'Sampah'.
Ditinggalkan orang tua dan diselimuti cemoohan, ia hanya menemukan kehangatan di tempat Kepala Desa. Setiap hari adalah pertarungan melawan kata-kata meremehkan yang menusuk.
Titik balik datang di ambang keputusasaan, saat mencari obat, ia menemukan Pedang Merah misterius. Senjata kuno dengan aura aneh ini bukan hanya menjanjikan kekuatan, tetapi juga mengancam untuk merobek takdirnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chizella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6: Xin Li
Chen Huang melangkah kembali memasuki jantung hutan. Pepohonan menjulang tinggi, kanopi mereka yang rindang merajut selimut teduh yang menyaring cahaya matahari menjadi bintik-bintik emas yang menari di tanah. Udara di sini terasa lebih lembap, berbau getah dan lumut.
Dengan fondasi Dou Qi Bintang 7 yang baru ia raih, langkahnya kini terasa ringan; ia berjalan bukan hanya dengan otot, melainkan dengan kepekaan yang baru terbangun. Indranya menyebar, seperti jaring halus yang siap menangkap setiap getaran dan bahaya yang mungkin datang dari balik semak-semak yang lebat.
Di tengah kesunyian yang mencekam namun damai, suara Yue Chan, selembut desiran sutra di benaknya, memutus hening. "Huang, di depanmu, cukup jauh kelihatannya ada orang yang sedang di serang binatang tingkat rendah,"
Seketika, ketenangan Chen Huang berubah menjadi fokus tajam. Matanya menyipit, Dou Qi mengalir deras. "Benarkah?!" tanyanya, energinya sudah lebih dulu menjawab keraguan itu.
Tanpa membuang waktu sedetik pun, ia memadatkan energi esensialnya. Seluruh Dou Qi di tubuhnya diarahkan dengan presisi sempurna menuju otot-otot kaki dan telapak kakinya. Ia mengambil langkah pertama, dan Dou Qi itu meledak.
"Langkah Ledakan!" serunya.
Bukan sekadar berlari, tetapi sebuah rangkaian lompatan yang melepaskan energi. Setiap sentuhan kaki ke tanah diikuti oleh ledakan Dou Qi yang terkontrol, mendorong tubuhnya maju berkali-kali lipat dari kecepatan alami. Langkahnya menghantam tanah, meledak, melesat ke udara, mendarat, dan meledak lagi. Rangkaian gerakan ini sangat efisien, mengubah energi dorong menjadi kecepatan vertikal dan horizontal.
Ia melompat tinggi, sangat tinggi, sehingga tubuhnya nyaris menembus kanopi. Tangannya yang cekatan segera menyentuh sebuah dahan pohon yang tebal. Dengan tarikan lengan yang kuat, tubuhnya berayun dengan momentum tinggi, sebelum melepaskan diri dan meluncur ke atas lebih tinggi lagi, mencapai titik pandang tertinggi.
Dari ketinggian itu, pandangan mata Chen Huang akhirnya menembus kerimbunan daun. Ia melihat pemandangan di bawah, sesosok tubuh yang dikepung, diserang oleh kawanan binatang tingkat rendah yang tampak kelaparan dan buas.
Tepat ketika salah satu binatang, yang taringnya sudah menganga dan air liurnya menetes, hendak melancarkan serangan akhir pada sosok yang terjebak itu, Chen Huang beraksi.
Ia turun dari langit, bagai panah yang dilepaskan busur takdir. Seluruh energi sisa dari lompatan dikumpulkan ke kaki kanannya. Dengan rotasi pinggul yang cepat dan penempatan tumpuan yang sempurna, ia menendang.
Tendangannya menghantam moncong binatang itu dengan kekuatan terkonsentrasi yang mengerikan. Tulang hidung binatang itu retak dengan bunyi krak yang tertahan, matanya memancarkan rasa sakit yang instan, dan tubuhnya terpental jauh, menabrak pohon dengan keras. Luka menganga langsung terbentuk di wajah binatang itu.
Beberapa binatang lain seketika menghentikan serangan mereka. Mata mereka yang merah dipenuhi amarah kini dialihkan sepenuhnya kepada Chen Huang. Mereka mendengus, mengeluarkan teriakan khas binatang yang mengancam, tubuh mereka merendah, siap menerkam.
Chen Huang mendarat dengan ringan, kakinya memijak tanah tanpa suara. Ia menoleh ke belakang, ke arah sosok yang ia lindungi.
"Kau baik-baik saja?"
Sosok itu adalah seorang wanita yang diselimuti jubah hitam panjang, membuatnya terlihat sedikit tertutup dan misterius. Rambut hitam pekatnya terikat rapi di belakang leher, menunjukkan garis leher yang jenjang. Beberapa gelang perak sederhana melingkari pergelangan tangannya.
Wanita itu perlahan mengangkat kepalanya, suaranya sedikit serak karena ketakutan yang baru saja mereda. "Tidak... aku tidak apa-apa," jawabnya.
Chen Huang kembali menatap ke depan, menantang empat binatang yang tersisa. Wajahnya kembali tenang dan fokus.
"Tunggu saja, aku akan menyingkirkan kawanan binatang ini."
Tanpa menunggu balasan, Chen Huang melesat maju. Kali ini, ia tidak menggunakan Langkah Ledakan. Ia mengandalkan kecepatan murni dan kontrol Dou Qi yang efisien.
Ia melompat ke sisi kiri, memberikan pukulan cepat, jeb! Tinju yang penuh Dou Qi menghantam sisi kepala binatang pertama, membuatnya pingsan seketika. Tubuhnya berputar ringan di udara. Sambil mendarat, ia memberikan pukulan siku yang menghancurkan rusuk binatang kedua. Dua binatang tersisa.
Chen Huang mengayunkan kaki kirinya ke atas, tendangan memutar yang diisi penuh dengan Dou Qi membelah udara, menghantam leher binatang ketiga hingga terpelanting dan mati. Tanpa jeda, ia menumpukan seluruh berat tubuhnya, tendangan ke samping yang presisi menghantam rahang binatang terakhir. Mereka semua terkapar.
Setelah selesai, ia kembali menghampiri wanita yang duduk bersandar di pohon. Ia berjongkok, lututnya menapak di tanah, untuk memastikan wanita itu baik-baik saja dan berada di tingkat mata yang sama. Itu adalah gerakan sopan dan penuh perhatian.
Wanita itu, didorong oleh rasa terima kasih dan merasa aman, perlahan mengangkat tangan dan membuka penutup wajahnya. Cahaya hutan seolah terpaku pada kulitnya yang seputih susu, kontras dengan bayangan jubah hitamnya. Wajahnya yang terungkap begitu cantik, dengan fitur lembut dan mata yang besar.
Tubuhnya, meskipun disembunyikan oleh jubah, memancarkan garis anggun yang halus, meski tidak se-eterik dan sesempurna Yue Chan, ia tetap memiliki daya tarik yang memikat.
Chen Huang hanya membantu wanita itu untuk berdiri. Waktu berlalu. Dalam pertukaran kata-kata, ia mengetahui nama wanita itu adalah Xin Li. Dia tersesat di hutan belantara ini saat melakukan perjalanan bersama teman-temannya.
Xin Li, setelah pulih dari keterkejutannya, mulai menjelaskan situasinya, gestur tangannya sedikit bersemangat saat berbicara. "Jadi begitulah, aku benar-benar tidak menyangka kalau akan banyak kumpulan binatang tingkat rendah disini," jelasnya, matanya memancarkan kejutan yang tulus.
Chen Huang mengangguk. "Aku mengerti, untuk sekarang aku akan membantumu keluar dari hutan ini. Aku tidak yakin bisa membantu agar kau bertemu dengan teman-temanmu, kurasa kau harus mengurus itu sendiri nanti." Ia menggaruk-garuk kepalanya.
Meskipun ia merasa bisa membantu menemukan teman-teman Xin Li dengan bantuan Yue Chan, nalurinya mendorongnya untuk menghindari keterlibatan yang rumit, setidaknya untuk saat ini.
Saat Chen Huang berbicara, matanya tak sengaja menangkap detail kecil di dada Xin Li—sebuah lambang yang dijahit dengan benang perak. "Itu... apa?" tanyanya, lengan kanannya sedikit terangkat, telunjuknya menunjuk ke lambang tersebut.
Mata Xin Li bersinar-sinar saat Chen Huang menanyakan hal itu. Ia berdiri tegak, dadanya sedikit membusung, seolah lambang itu adalah mahkota.
"Ini? Ini adalah lambang sekte kami. Sekte Awan Langit, sebuah tempat untuk para jenius saling bersaing! Ini adalah tempat hebat yang di pimpin oleh ketua sekte, yang telah mencapai Ranah Dou Ling!" Xin Li mengatakan itu dengan begitu semangat. Gerakannya menjadi hidup, tangannya sedikit terayun saat ia memuji Sektenya, terlihat sangat berbeda dari wanita yang ketakutan sebelumnya.
Menyadari ia terlalu terbawa suasana, Xin Li melihat wajah Chen Huang yang sedikit kebingungan karena rentetan pujian itu. Wajahnya pun memerah karena malu, rona merah muda merambat naik dari lehernya hingga ke pipi. "Ma—maaf aku terlalu banyak bicara."
Chen Huang tersenyum kecil. "Ahaha, tidak apa-apa. Kelihatannya itu hebat, yah..."
Xin Li diam sejenak, tatapan matanya menjadi penuh perhitungan. Ia kemudian mendekat sedikit, mendekati ruang pribadi Chen Huang, niatnya kini terfokus pada sesuatu yang lain.
"Chen Huang, apa kau sudah memiliki sekte?" tanyanya.
Chen Huang mundur selangkah, kembali ke posisi santainya. "Masih belum, kurasa aku tidak cukup bagus untuk masuk ke sebuah sekte."
Xin Li menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Kalau begitu, kenapa tidak memasuki Sekte Awan Langit saja? Semua sumber daya yang kau perlukan ada banyak di sekte, kau juga akan mendapatkan peluang bertarung dengan jenius-jenius lain." Xin Li menuangkan semua argumennya, matanya memancarkan keyakinan.
"Mungkin... akan kupikirkan nanti soal itu. Untuk sekarang, jadi lebih kuat adalah hal terpenting." Chen Huang mengenalkan tangannya, menunjukkan bahwa ia memprioritaskan kultivasi independennya.
Di tengah perjalanan mereka, saat mereka melewati celah sempit di antara dua pohon beringin tua, Xin Li berhenti. Gerakannya halus, jubahnya mengayun lembut saat ia menghadap Chen Huang.
"Chen Huang, bolehkah aku meramalmu?"
Chen Huang mengerutkan alisnya, keterkejutan terlihat jelas di wajahnya. "Hah?" Ia tidak mengira akan mendengar hal seperti itu dari seorang kultivator. "Memangnya itu bisa di lakukan?"
Xin Li tersenyum misterius. Jemarinya yang ramping menyentuh gelang perak di pergelangan tangannya. "Tentu saja, aku adalah Xin Li seorang peramal. Ramalan yang kubuat punya kemungkinan 90% untuk benar-benar terjadi."
Chen Huang berpikir sejenak. Angka itu begitu mencolok, sebuah kepastian yang sangat langka di dunia kultivasi yang penuh variabel. Mendapatkan ramalan dengan akurasi setinggi itu sama saja dengan menerima peta yang hampir pasti menuju kesuksesan di masa depan. Ketegasan angka itu menghilangkan keraguannya.
"Aku setuju. Mari coba." Chen Huang mengangguk.