NovelToon NovelToon
Twins Menjadi Anak Angkat Bos Mafia

Twins Menjadi Anak Angkat Bos Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Anak Kembar / Cinta Seiring Waktu / Perperangan / Fantasi Wanita / Penyelamat
Popularitas:168k
Nilai: 5
Nama Author: Dakilerr12

Seorang mafia yang kejam dan dingin menemukan dua bayi kembar yang cantik di dalam dus yang di letakkan di tempat sampah. Mafia itu merasa iba dan merawat mereka. Kadang dia kesal, lelah dan ingin rasanya melempar mereka ke belahan dunia lain. Itu karena mereka tumbuh menjadi anak yang jail, aktif dan cerewet, selalu menganggu kesenangan dan pekerjaannya. Namun, dia sudah sangat sayang pada mereka. Mereka juga meminta mami sampai nekat kabur karena tidak diberikan mami. Dalam perjalanan kaburnya, ada seorang wanita menolong mereka.

Wanita yang cantik dan cocok untuk menjadi mami mereka. Bagaimana usaha mereka untuk menjadikan wanita itu mami?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dakilerr12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab.25

Sinar mentari yang mengintip di jendela membangunkan Alkana. Dia duduk dan melihat jam sudah pukul setengah tujuh pagi. Alkana teringat anak-anaknya yang harus berangkat sekolah. Alkana melihat ke arah Anita yang masih tertidur lelap layaknya baby. Setelah sholat subuh mereka tidur lagi.

Alkana lalu bangkit dan ke kamar mandi, dia hanya menyikat gigi dan cuci muka. Alkana segera menuju ke dapur untuk mengecek Dhara dan Dhira, apakah mereka sudah sarapan?

Sesampainya di meja makan, terlihat Dhara dan Dhira sedang menyantap sarapan. Mereka sudah rapih berpakaian seragam sekolah.

"Selamat pagi, sayang." Alkana menyapa anak-anak lalu mencium pipi mereka.

"Pagi juga, Papi." balas mereka.

"Anak Papi pintar-pintar, kalian sudah mandiri."

"Iya, dong. Mami mana, Pi?" tanya Dhara.

"Mami kalian sedang tidur. Kasihan Mami semalam tidak bisa tidur sampai pagi. Jadi jangan ganggu Mami, ya."

"Iya, Pi. Mami kenapa gak bisa tidur?"

"Mami kalian takut mimpi buruk."

"Oh, kami sudah seleaai makan, kami berangkat dulu Pi,"

"Iya, hati-hati dijalan."

"Anton!"

"Iya, Tuan."

"Antarkan mereka sampai kelas!"

"Baik Tuan."

"Dah Papi." Mereka berangkat sekolah di antar oleh Anton.

Anita baru saja terbangun, dia melihat ke sisinya tidak ada Alkan. Dia lalu bangkit dan ke kamar mandi. Saat sedang membuka baju dia melihat tubuhnya yang penuh dengan jejak-jejak merah keunguan.

"Dahsyat banget suamiku," gumam Anita sambil menggelengkan kepala, dia lalu menyalakan shower dan menyabuni tubuhnya.

Setelah selesai mandi, Anita memakai pakaian yang bisa menutupi jejak percintannya semalam. Anita kemudian bercermin sambil mengikat rambutnya. "Panas begini pakai lengan panjang terus kerah sampai leher, seperti orang sakit saja." Anita terkekeh sendiri. Lalu dia keluar kamar.

Anita langsung pergi ke ruang makan. "Pagi, sayang," sapa Alkana yang melihat kedatangan istrinya.

"Pagi, juga." Anita lalu duduk di samping Alkana.

"Kemana anak-anak sudah berangkat?" tanya Anita.

"Sudah, diantar Anton."

"Oh, maaf. Aku kesiangan bangun. Mereka pasti sedih, aku jadi merasa bersalah pada si kembar."

"Tidak apa-apa, mereka mengerti, kok!"

"Nanti aku jemput mereka sekolah, ya. Mereka pasti senang."

"Boleh, tapi hati-hati, ya. Jangan bicara pada orang asing, jangan percaya pada siapa pun!"

"Kamu bicara seperti aku ini anak kecil saja."

"Kamu memang bukan anak kecil tapi polosnya sama seperti anak kecil," ledek Alkana sambil terkekeh. Para bodyguard dan ART yang ada di sekitar mereka merasa takjub dengan perubahan sikap Alkana yang lebih hangat, dia terlihat lebih cerah dan ceria.

"Nih, kamu sarapan dulu." Alkana memberikan sepiring nasi dan lauknya.

"Makasih," ucap Anita.

"Aku mandi dulu ya. Mau ke kantor."

"Aku temani," ucap Anita.

"Kamu mau temenin aku mandi?"

"Bukan! Maksudnya aku mau nyiapain baju kamu gitu."

"Oh, tidak usah. Kamu makan aja. Pasti kamu lapar." Alkana mengusap puncak kepala Anita dan berlalu ke kamar.

"Ya udah, lagian aku cuma basa-basi doang." Anita tersenyum.

"Aku dengar ya!" teriak Alkana.

***

Alkana sudah terlihat tampan dalam balutan setelan jasnya. Dia lalu mengambil tasnya di ruang kerja kemudian pergi ke ruang makan untuk menemui Anita. Namun, Anita tidak ada. Terdengar suara orang muntah dari wastafel.

Alkana mendekat, dan ternyata itu adalah Anita. Dia bergegas menghampiri Anita. "Apa yang terjadi? Kamu sakit?" tanya Alkana khawatir.

"Aku juga gak tahu, Mas. Lagi enak makan, eh perutku mual."

"Ini pasti salah makan, panggil koki nya ke sini!" perintah Alkana yang terlihat marah.

"Bukan, Mas. Ini bukan salah koki nya. Mungkin aku masuk angin, efek mandi malam dan kurang tidur."

"Benarkah?" Wajah Alkana menjadi terlihat salah tingkah. Dia menggaruk belakang lehernya.

"Iya Tuan. Ada apa?"

"Tolong kamu perhatikan lagi menu makanan untuk Nyonya, dia muntah-muntah barusan sepertinya dia sakit."

"Baik Tuan."

"Ya sudah, kembali ke tempatmu!"

"Baik, Tuan. Permisi." Koki itu pun pergi kembali ke dapur.

"Saya panggil Dominic, sebentar!"

"Tidak usah, Mas. Aku sudah tidak mual lagi. Ini cuma masuk angin aja. Kamu cepat berangkat ke kantor nanti terlambat."

"Mana bisa aku pergi, lihat keadaanmu begini?"

"Di sini banyak orang, Mas. Kamu tidak usah khawatir."

"Yuk, aku antar ke depan." Anita mengaitkan lengannya pada lengan Alkana. Mereka menuju ke depan.

"Kamu baik-baik di rumah, jangan kerja apapun, istirahat aja, kalau ada apa-apa telepon aku ya. Kalian jaga dia dengan baik! Jangan sampai terjadi sesuatu dengan Nyonya kalian atau kalian akan membayarnya dengan nyawa kalian!" Alkana memberi peringatan pada semua orang yang ada di rumah.

"Iya Tuan." jawab semua kompak.

"Kamu terlalu berlebihan. Mereka pasti akan menjagaku dengan baik, karena mereka orang yang bertanggung jawab. Jadi kamu kerja saja dengan tenang, ya."

"Sebenarnya hatiku berat untuk pergi, kalau saja ini tidak penting."

"Pergilah."

"Balik badan semua!" Mendengar itu semua yang berada di sekitar mereka langsung memutarkan badan mereka. Alkana melumat bibir Anita, semakin lama semakin dalam. Anita mencubit pinggang Alkana sebagai kode untuk berhenti.

"Aku pergi dulu, ya. Hati-hati di rumah," ucap Alkana sambil mengusap bibir Anita dengan jempol, guna membersihkan bibir Anita yang basah.

Anita terkekeh. "Harusnya aku yang bilang sama kamu hati-hati di jalan."

Anita mencium tangan Alkana dan Alkana mencium kening Anita. Alkana pun akhirnya pergi ke kantor.

Selepas kepergian suaminya, Anita kembali ke kamarnya. Mungkin dengan istirahat bisa mengurangi mualnya. Anita tidak tidur hanya rebahan saja sambil menonton TV.

Datang sebuah mobil dan berhenti di pekarangan rumah Alkana. Seorang wanita paruh baya keluar dari mobil itu. Semua bodyguard dan pelayan, membungkuk hormat.

"D mana Anita?" tanya wanita itu.

"Di kamar Nyonya sedang tidak enak badan."

"Kenapa?"

"Kurang tahu Nyonya, tetapi tadi Nyonya Anita muntah-muntah."

"Muntah-muntah?"

"Iya, Nyonya Adhisti."

Senyum ceria langsung terbit di bibir Adhisti.

"Aku tidak menyangka akan secepat ini." Dia terlihat sangat senang.

"Bisakah kau katakan pada Anita aku datang, tapi kalau dia tidur tidak usah di bangunkan."

"Baik nyonya." Pelayan itu langsung pergi ke kamar Anita.

Adhisti duduk di ruang keluarga, dia menyetel TV. Anita mendengar ada yang mengetuk pintu kamarnya. Kemudian dia turun dan melihat siapa yang mengetuk pintu.

"Maaf, Nyonya. Tetapi ada nyonya Adhisti di bawah." Pelayan itu langsung mengatakan maksud kedatangannya.

"Oh, iya saya akan segera turun. Sajikan kue dan minum untuk Mamah, ya. Saya ingin es krim tolong siapkan juga. Terima kasih."

"Iya, Nyonya." Pelayan itu segera turun.

Anita masuk kembali ke dalam kamarnya, dia menyisir rambut dan merapikan penampilannya. Kemudian dia segera keluar untuk menemui Adhisti.

"Pagi Mah, apa kabar?" tanya Anita lalu mencium tangan Adhisti.

"Pagi sayang, Mamah baik, kamu bagaimana? Katanya kamu gak enak badan?"

"Aku cuma masuk angin aja Mah," jawab Anita.

"Kamu yakin masuk angin? Kamu sudah periksa ke dokter?" tanya Adhisti.

"Belum sih Mah. Aku belum ke Dokter."

"Kalau begitu, sekarang kita periksa ke Dokter, ya?"

"Tidak usah, Mah."

"Kamu nurut aja sama Mamah. Sekarang juga kita ke Dokter!" Adhisti berkata dengan tegas.

"Baiklah, Mah. Sebentar aku mau ambil tas dulu." Anita langsung ke kamarnya.

"Semoga saja kecurigaanku benar," gumam Adhisti.

Anita lalu datang membawa tas tangannya.

Mereka berangkat ke rumah sakit dikawal oleh dua mobil. Setelah mereka pergi datang pelayan, hendak membereskan makanan yang tadi disajikan, makanan yang bahkan tidak tersentuh.

"Harus ya, kita pergi dikawal begini?" Adhisti melihat dua mobil yang mengawal mereka.

Anita terkekeh mendengar pertanyaan Adhisti. "Mamah seperti tidak mengenal Mas Alkan saja."

"Iya, suami kamu itu kalau sudah sayang posesifnya minta ampun!"

"Mamah pasti bahagia memiliki putra seperti Alkana."

"Mamah bahagia banget memiiliki anak seperti Alkan dan Arsen. Mereka jagoan-jagoan Mamah."

"Terima kasih Mah, sudah melahirkan lelaki seperti Mas Alkan."

"Semoga kalian selalu bahagia."

"Amin."

"Oh, iya! Kamu kapan terakhir datang bulan?"

"Datang bulan? Aku lupa, kapan ya terakhir. Soalnya aku gak teratur datang bulannya."

"Ya, sudah gak apa-apa. Nanti dokternya juga tahu."

"Memang ada hubungannya dengan datang bulan?"

"Ada! Kamu gak curiga?"

"Curiga apa? Mamah dari tadi ngomongnya bikin aku bingung."

"Nanti juga kamu tahu." Adhisti tersenyum misterius.

Sampailah mereka di rumah sakit. Pengawal mereka segera membukakan pintu untuk Adhisti dan Anita. Perhatian orang sekitar tertuju pada Adhisti dan Anita karena mobil mereka yang di kawal layaknya seorang pejabat.

"Ini nih, yang bikin Mamah malas kalau dikawal. Jadi pusat perhatian." Adhisti berbisik pada Anita.

"Iya, Mah. Tapi biar Mas Alkana tenang, kita turutin saja."

"Kamu memang istri yang baik. Tidak salah Alkana memilihmu."

Mereka berbincang sambil berjalan. Begitu sampai di depan poli, Adhisti mengajak Anita untuk duduk. Dia meminta kepada bodyguardnya untuk mendaftarkan nama Anita di poli kandungan.

Setengah jam berlalu, nama Anita akhirnya dipanggil. Adhisti menemani Anita masuk ke dalam. Dua orang pengawal menunggu di depan pintu, mereka berdiri di samping kanan dan kiri pintu.

Orang-orang memperhatikan mereka. Selain tampan mereka juga bertubuh kekar, memakai setelan jas. Bahkan sampai ada yang mengabadikan mereka dengan ponselnya.

Setengah jam kemudian mereka keluar. Wajah Adhisti terlihat ceria, perkiraannya benar. Anita sendiri merasa tak percaya, ternyata anugerah datang begitu cepat, alhamdulillah.

Mereka menuju ke apotik untuk menebus resep dokter. Setelah itu Adhisti dan Anita pulang ke rumah Alkana. Ponsel Anita berdering, dia lalu mengangkatnya tanpa melihat nama, karena dering ponselnya berbeda dari yang lain.

"Halo Assalamu'alaikum, Pi."

"Wa'alaikumsalam, kamu di mana sekarang?" tanya Alkana di sebrang sana.

"Aku sama Mami, habis dari rumah sakit," jawab Anita pada Alkana di telepon.

"Buat apa ke rumah sakit?" tanya Alkana terdengar khawatir.

"Mamah khawatir dan memaksa aku berobat."

"Terus bagaimana hasilnya kamu gak apa-apa kan?"

"Alhamdulillah aku sehat. Tidak ada apa-apa."

"Ya, sudah. Aku tutup dulu teleponnya. Hati-hati pulangnya."

Alkana menutup teleponnya. Anita tak sabar memberi kejutan untuk suaminya. Si kembar juga pasti senang mendengar kabar ini.

"Oh, iya! Mah, aku mau jemput anak-anak ke sekolah."

"Jangan! Kamu tidak boleh terlalu lelah. Istirahat aja di rumah, biar Mamah yang menjemput Dhara dan Dhira."

"Aku tidak apa-apa, tadi aku bangun kesiangan tidak sempat menyiapkan sekolah mereka. Jadi aku mau jemput mereka sekarang."

"Baiklah. Pak ke sekolah si kembar ya."

"Baik, Nyonya."

Mobil pun berubah haluan menjadi ke sekolah Dhara dan Dhira. Dua mobil lainnya mengikuti. Tidak butuh waktu lama, mereka sampai di sekolah si kembar.

Terlihat banyak mobil pribadi menjemput murid-murid. "Kelihatannya baru bubar yang kelas satu. Coba aku turun dulu mau lihat kelas dua, sudah pulang belum?"

"Iya, hati-hati. Kamu temani menantu saya!" titah Adhisti pada pengawalnya.

"Iya, Nyonya."

.

.

.

.

.

1
watini
bocah ora genah si dany.dia yg pengecut dia juga yg heboh.makanya kalo sayang ya jgn di tinggal.
Ana
semoga Dhira jangan sama sony Thor cari y buat Dhira lebih hebat dri doni biar nnt pas dia balas dendam ad y bisa buat dia kalah thor
Dakilerr12: siap kak🙏
total 1 replies
Dahwi Khusnia
kak pokoknya ak GK rela nanti Dhira sama dany
dan buat twins tau bahwa pembunuhan keluarga twins karna ayahnya dany
Dakilerr12: siap kak🙏
total 1 replies
yumi chan
main2 ko sm kehormtn orng yg km akn hncur sdri
Atik R@hma
mau main² sm klg leophard cari mati😅😅😅
Dakilerr12: hehehee😅🙏
total 1 replies
Ds Phone
meraka ni tak habis habis dengan masalah
Ds Phone
kenapa ya tak habis afa orang jahat
Ds Phone
kau tak sedar ke bapak kau dah bunuh kelurga meraraka
Ds Phone
jadi jahat dia tu
Ds Phone
dah kau nak buat macam mana
Ds Phone
semua nya sedang berasmara
Ds Phone
dah ada buah hati tu
Ds Phone
akhir dah sedar
Ds Phone
ayah nya bunuh anak nya sendiri
Ds Phone
berani ya meraka
Ds Phone
anak pun tahu bapak nya manja sangat
Ds Phone
bapak kau memang jahat
Ds Phone
ada benda yang nak di buat nya ni
Ds Phone
macam masalah dalam hidup meraka
Ds Phone
bini nya mabuk hamil suami pulak cerdera
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!