NovelToon NovelToon
Under The Same Sky

Under The Same Sky

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Playboy / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Model / Mantan / Orang Disabilitas
Popularitas:673
Nilai: 5
Nama Author: CHRESTEA

Luna punya segalanya, lalu kehilangan semuanya.
Orion punya segalanya, sampai hidup merenggutnya.

Mereka bertemu di saat terburuk,
tapi mungkin… itu cara semesta memberi harapan baru..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHRESTEA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gelombang Halus

Hari mulai gelap saat Luna berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Langkahnya pelan, tapi pikirannya masih berputar di kata-kata Damian tadi siang.

“Kadang penyembuhan justru datang dari harapan itu.”

Ia tidak tahu apakah harapan itu milik Orion, atau diam-diam juga miliknya.

Di depan kamar pasien, Luna berhenti sejenak.

Lampu di dalam masih menyala. Ia melihat sosok Orion dari balik kaca duduk di kursi roda, menatap jendela.

Tidak seperti biasanya, kali ini televisi di kamarnya menyala. Suara mesin balap terdengar samar. Dia menatap layar itu lama, lalu mematikannya pelan.

“Aku pikir kamu nggak mau lihat hal tentang balapan lagi,” ucap Luna lembut.

Orion tidak menoleh. “Aku cuma pengen tahu apakah aku masih bisa ngerasa apa-apa waktu dengar suara itu.”

“Dan kamu ngerasa?”

Orion diam sejenak. “Deg-degan. Tapi bukan karena senang.”

Dia menatap Luna sekilas. “Lebih ke takut.”

Luna berjalan pelan, mendekat.

“Takut itu baik, artinya kamu masih hidup,” katanya tenang.

“Yang bahaya itu kalau kamu udah nggak ngerasa apa-apa lagi.”

Orion memandangnya lama. “Kamu ngomong kayak orang yang pernah ngerasain.”

“Aku memang pernah,” jawab Luna pelan.

“Waktu itu aku pikir aku udah nggak pantas disayangi siapa pun. Rasanya kayak hidup tapi mati.”

Orion menatapnya lama, tapi kali ini tanpa sarkasme.

“Dan sekarang?”

Luna tersenyum kecil. “Sekarang aku belajar pelan-pelan. Kalau nggak bisa dicintai, ya belajar mencintai diriku dulu.”

Orion menghela napas dalam. “Ternyata susah ya, buat sembuh dari diri sendiri.”

“Banget,” jawab Luna sambil tersenyum kecil. “Tapi bukan berarti nggak bisa.”

Keheningan turun di antara mereka.

Cahaya lampu sore menyorot sebagian wajah Orion, membuat garis rahangnya tampak tegas namun letih. Luna duduk di kursi dekat ranjang, membiarkan waktu lewat tanpa kata.

Hening itu tidak lagi canggung.

"Rion.." panggil Luna tanpa sadar.

Orion mengerutkan kening mendengar Luna memanggilnya, seolah mereka sudah sangat dekat. Menyadari tatapan Orion, Luna baru sadar.

"Oh, Sorry. Aku gak sengaja."

"Gppa, panggil senyaman kamu saja."

"Boleh?"

"Iya.. Jadi ada apa?"

"Besok, mau makan apa?" tanya Luna semangat.

"Gak usah repot-repot."

"Masakan aku gak enak ya? Makanya kamu gak mau lagi. Ya udah deh gppa." jawab Luna pura-pura sedih.

"Gak udah drama. Akting kamu jelek."

Luna menatapnya tajam beberapa saat, tapi kemudian tersenyum lagi.

"Ya udah.. aku pulang dulu. Udah malem."

Orion hanya mengangguk kecil tanpa menjawab. Perlahan dia melihat punggung Luna hilang di balik pintu kamar.

"Dia menyebalkan, tapi aku suka."

_____

Keesokan paginya, di kafe kecil rumah sakit, Damian dan salah satu staf fisioterapi berbicara sambil minum kopi.

“Dok, pasien Delvano itu makin nurut sekarang, ya? Tumben.”

Damian tersenyum kecil. “Bukan nurut, dia cuma nemuin alasan buat nggak nyerah.”

“Alasan?”

Damian menatap keluar jendela, melihat sekilas Luna yang sedang berjalan sambil membawa kotak bekal.

“Ya. Kadang alasan itu cuma seseorang.”

____

Jakarta..

Selene sedang berbicara lewat panggilan video dengan seseorang. Kai Donovan.

“Selene? Lama banget nggak ketemu,” sapa Kai, suaranya tenang tapi matanya tajam.

“Dengar-dengar kamu sekarang diam-diam jadi sponsor utama rehabilitasi Orion?”

Selene tersenyum miring. “Informasimu masih cepat rupanya.”

“Jadi, kamu mau apa?” Kai menyandarkan tubuhnya di kursi. “Jangan bilang kamu mau masuk lagi ke hidup dia.”

“Kenapa tidak?” Selene membenarkan duduknya, nada suaranya dingin namun lembut.

“Dia dulu hidup karena aku, Kai. Dan kalau dia berubah sekarang, aku punya hak buat tahu alasannya.”

Kai tertawa kecil. “Hak apa? Jangan lupa, kamu udah ninggalin dia. Jangan pikir karena kamu sponsor utama pengobatannya, kamu bisa bebas."

Selene tidak menjawab, hanya menatap layar dengan ekspresi dingin.

“Luna Carter,” katanya akhirnya. “Kamu tahu siapa dia?”

Kai langsung menegang. Tapi dia buru-buru beriskap normal. “Tentu saja aku tahu.”

“Menarik,” Selene menyandarkan punggungnya.

Kai menatapnya curiga. “Kamu ada perlu apa dengan dia?"

Selene tersenyum samar. “Kau akan tahu saat aku tiba di New York.”

Sambungan video terputus. Kai termenung lama, menatap layar yang kini hitam. Dia tahu sesuatu yang buruk sedang mendekat. Dan untuk pertama kedua kalinya, ia takut untuk Luna.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!