Haikal Sebastian Keano, tidak menyangka bahwa wanita yang telah melakukan cinta satu malam dengannya adalah calon istri kakaknya, Ghisell Carissa Adelardo. Karena yang mereka lakukan disaat mereka sedang sama-sama mabuk.
Padahal sang kaka, Rafael, begitu sangat mencintai Ghisell, dan Ghisell juga mencintai Rafael, apalagi sebentar lagi mereka akan menikah.
Lalu bagaimana kisah mereka nanti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Lima
Ghisell mengernyitkan keningnya dan menggigit bibi bawahnya. Jantungnya berpacu dengan begitu hebat. Rasanya sungguh mendebarkan, jika memilih dia lebih baik pingsan saja.
Ghisell dengan perlahan menurunkan buku daftar menu yang menutupi wajahnya. Haikal yang dari tadi memperhatikannya tercengang saat melihat wajah Ghisell dengan jelas.
Haikal membulatkan mata memandangi wanita yang sangat dia rindukan.
Wanita itu Ghisell?
Calon iparku?
Bagimana bisa?
Kenapa wanita itu harus dia?
Pandangan Haikal begitu lurus dan tajam memandangi Ghisell yang kini telah kelihatan dengan jelas wajah cantiknya. Ghisell tidak mampu menatapnya, dia memilih sedikit menundukan kepala dengan perasaan yang tak karuan.
Ya Tuhan kenapa pria itu harus jadi calon adik iparku? Bagaimana kalau Kak Rafael tau kalau ternyata dia adalah pria yang membuat aku bukan gadis lagi?
Wajah Ghisell memerah, dia terus meracau di dalam hatinya.
"Sayang!"
Kata itu mengagetkannya.
"Perkenalkan ini Haikal, adik kakak." Rafael memperkenalkan sang adik pada kekasihnya.
Sialnya, pria itu tampak tenang, sama sekali tidak terlihat gugup maupun salah tingkah, tidak seperti dirinya.
Haikal mengulurkan tangannya pada Ghisell diiringi dengan senyuman manisnya , "Haikal,"
Ghisell terpaksa meraih tangan Haikal, menjabat tangannya. "Ghisell,"
Saat Ghisell ingin melepaskan tangannya, Haikal memegang tangannya dengan kuat dan terus menatap matanya, membuat Ghisell salah tingkah.
Sesuai permintaan kamu, aku akan bersikap seperti orang asing yang seolah baru mengenalimu. Jika memang itu yang membuat kamu bahagia, akan aku lakukan. Walaupun rasanya sangat menyakitkan, kenapa harus dengan kakakku? Kenapa tidak dengan pria lain saja? Dengan keadaan begini, aku akan semakin tersiksa.
Rafael melepaskan tangan mereka, "Kamu memegang tangan Ghisell kelamaan!"
Haikal terkekeh, "Oh maaf, habisnya aku tidak menyangka calon kakak iparku sangat cantik. Kakak menyembunyikan selendangnya dimana Kak?" Dia malah bercanda.
"Nah begitu, Haikal orangnya suka bercanda." Rafael mengatakan itu pada Ghisell sambil terkekeh.
Ghisell berpura-pura ikut tersenyum, padahal kini rasanya dia begitu lemas, jantungnya berdetak tidak karuan, sungguh sangat begitu gugup.
"Dimana pertama kali kamu bertemu kakakku?" tanya Haikal kepada Ghisell dengan begitu santai.
"Ki-kita dulu satu universitas, di NUS." Ghisell tidak menyangka Haikal akan bersikap begitu santai padanya, seolah ini pertemuan pertama mereka.
"Oh gitu, aku bisa menebak pasti kamu yang naksir duluan kan sama kakaku?" Hikal malah menggodanya.
Hah? Ghisell dibuat gelagapan.
Bisa-bisanya dia bersikap tenang dihadapanku? Apa dia tidak tau aku sedang gugup?
Rafael tertawa kecil, "Tebakanmu benar sekali, Ghisell dulu sering tanya ini itu sama kakak sampai kakak bosan, tapi saat dia tidak menyapa kakak satu hari saja, kakak merasa kehilangan."
"Aku dulu hanya menanyakan masalah materi." Ghisell malah mengelak. Dia tidak sengaja melirik Haikal, ternyata pria itu tak bisa melepas pandangannya, terus menatapnya, tatapan yang menyiratkan rasa rindu yang harus dia tahan. Rupanya Haikal hanya berpura-pura ceria.
"Bisa dikatakan dia ratu bucin kali ya kak dulu nya." Haikal malah terus menggodanya.
"Benar, dia pecemburu." Rafael menambahkan perkataannya. Dia menimpali godaan Haikal.
"Wah, bagus dong itu artinya dia sangat mencintaimu, Kak."
"Tentu saja. Dia sangat mencintaiku."
Ghisell hanya diam memperhatikan adik kakak yang sedang saling bercanda menggoda dirinya. Dia merasakan hubungan mereka berdua sangat begitu dekat dan akrab, dia akan merasa bersalah jika sampai membuat mereka merenggang gara-gara dirinya.
Drrrrtt....Drrrtttt...
Ponsel Rafael bergetar, "Wah ada telepon dari klien nih, kakak angkat telepon dulu ya." pamit Rafael sambil melangkah pergi menjauhi mereka.
Ingin sekali Ghisell mengatakan jangan pergi, karena tidak sanggup harus berduaan dengan Haikal tapi Rafael keburu pergi.
Hening!
Kini suasana begitu hening!
Padahal dari tadi Haikal terus bercanda dan tak bisa berhenti bicara, tapi kali ini dia diam, Ghisell berpura-pura rilex dengan memainkan ponselnya, membuka aplikasi apa saja agar dia terlihat sibuk.
Ya Tuhan, aku benar-benar gugup. Mengapa aku harus berada disituasi ini?
"Satu minggu lagi..."
Ghisell menatap Haikal saat Haikal mengajaknya bicara.
"Satu minggu lagi pernikahan kakakku dan kamu, aku akan membantu sebisa aku." Haikal mengatakan itu dengan nada berat.
"Emm... oh iya, terimakasih." Ghisell tampak kikuk, dia tidak tau harus menambahkan perkataan apa lagi.
"Tapi..." Haikal ingin menayakan Tapi apa kamu tidak merasa keanehan ditubuhmu? Melihat Ghisell baik-baik saja itu artinya tak ada satupun benih cinta yang hidup di rahim Ghisell. Entah dia harus bernafas lega atau apa, yang pasti hatinya sangat sakit hari ini.
Sakit dan begitu terasa perih!
Padahal rasa sakit yang kemarin-kemarin dia rasakan belum mengering.
Kini lukanya malah bertambah dan semakin parah, sangat sakit, bahkan ia tidak akan pernah bisa melupakan Ghisell. Bagaimana bisa melupakannya? Tiap hari dia akan melihat wajah itu, harus menyaksikan kebesamaan dia dan kakaknya. Sungguh menyakitkan.
...****************...
...Jangan lupa like, komen, vote dan beri hadiah yah kawan 🙏 😁...
...Dan terimakasih banyak buat yang sudah memberi itu semua, semakin membuat saya semangat!...
...Mohon maaf belum bisa balas komen satu persatu, tapi saya selalu baca komen dari kalian....
...Jangan lupa simak terus ke bab-bab berikutnya...