“Anak? Aku tak pernah berharap memiliki seorang anak denganmu!”
Dunia seolah berhenti kala kalimat tajam itu keluar dari mulut suaminya.
.
.
Demi melunasi hutang ayahnya, Kayuna terpaksa menikah dengan Niko — CEO kejam nan tempramental. Ia kerap menerima hinaan dan siksaan fisik dari suaminya.
Setelah kehilangan bayinya dan mengetahui Niko bermain belakang dengan wanita lain. Tak hanya depresi, hidup Kayuna pun hancur sepenuhnya.
Namun, di titik terendahnya, muncul Shadow Cure — geng misterius yang membantunya bangkit. Dari gadis lemah, Kayuna berubah menjadi sosok yang siap membalas dendam terhadap orang-orang yang menghancurkannya.
Akankah Kayuna mampu menuntaskan dendamnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SooYuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
Pukul sepuluh malam, di sebuah ruangan rahasia. Lampu menyala remang di tengah perkumpulan geng Shadow Cure.
Laudia duduk dengan raut dinginnya. Danar dengan wajah sayu yang masih mengantuk, Jay merokok sambil menikmati kopi hangatnya, sementara Reza sudah bersiaga di depan monitor kesayangannya.
Tak lama, pintu terbuka — Rey alias Adrian muncul disusul seorang wanita muda di belakangnya.
“Malam, Guys,” sapa Adrian begitu tiba.
“Malam, Bos,” sahut semuanya bersamaan.
Semua mata tampak tertuju pada wanita muda yang berdiri kikuk di sisi Adrian.
Sebagian menatap penasaran, sebagian mengerjap seolah tak percaya, juga ada menyorot dengan mata tajam.
“Aku perkenalkan, klien baru kita. Ny. Kayuna,” ujar Adrian di hadapan para temannya.
Kayuna menautkan kedua alisnya. ‘Klien? Aku?’
“Sejak kapan klien boleh masuk ke ruangan ini?” tanya Laudia tajam.
“Ah … maaf sebelumnya, aku nggak info dulu. Tapi … dia bukan orang asing, kalian tenang saja.” Adrian berusaha meredam Laudia yang tampak kesal.
Tanpa bicara panjang lebar lagi. Adrian memperkenalkan seluruh anggota gengnya pada Kayuna. Ia juga menjelaskan bagaimana cara kerja Shadow Cure, agar wanita yang hendak dibantunya itu tak merasa cemas.
Awalnya canggung, tapi obrolan mereka mengalir begitu saja. Sampai akhirnya percakapan mereka menuju ke ranah serius. Kayuna pun mulai paham, ini … bukan perkumpulan orang-orang biasa.
Mereka memulai pembahasan mengenai Niko. Kayuna pun dengan lugas menceritakan apa yang selama ini ia rasakan.
Semua anggota tampak meringis getir kala mendengar cerita mengenaskan seorang perempuan yang mendapat kekerasan secara brutal.
Adrian menelan ludah dengan tatapan yang sulit diartikan.
“Sundutan rokok, pukulan keras, cakaran, tamparan, diikat dengan kejam dan segala cambukan brutal sudah menghujani tubuhku yang rapuh — hingga keguguran.” Kayuna lalu terdiam setelah melontarkan kalimat yang membuatnya nyaris menangis.
“Biadab.” Adrian mengepal erat.
Semua anggota memperhatikan bosnya dengan raut mencekam.
“Kau benar, Bos. Ini … kasus paling mengerikan yang pernah kudengar selama aku bergabung dengan Shadow Cure,” bisik Danar yang duduk di sisi kiri Adrian.
“Aku akan melakukannya secara langsung.” Kayuna mengangkat tangan, berkata dengan penuh keyakinan.
Semua orang di ruangan itu terperangah. Sebagian hanya bisa saling pandang, sebagian lain menatap Kayuna dengan wajah tak setuju — termasuk Adrian.
“Jangan. Itu sangat beresiko,” ujar Adrian menentang.
Kayuna menegakkan dagu, netranya menatap lurus ke depan. Di bawah sorot cahaya temaram, lilin kecil menguarkan kehangatan di balik tembok berlapis keramik itu, tapi masih menyisakan kesan dingin khas markas rahasia.
Wangi kopi yang baru saja diseduh menyelinap tajam, beriringan dengan suara dentuman jam dinding yang monoton. Layar lebar menyala — membelah kegelapan, sorotannya menerpa wajah Kayuna, membuat matanya sedikit berkilat tajam.
Seringai sinis terulas tipis, kala potret Niko dan Airin muncul di layar. “Niko … sangat tak suka barang miliknya disentuh. Dia benci jika peliharaannya tak patuh,” ucap Kayuna.
Kata-kata kejam Niko masih terekam jelas di telinga, tersimpan rapi di kepala seolah sudah terpahat paten, tak bisa disingkirkan.
Segala pukulan yang menghujam, tamparan yang menggema, masih menusuk di ingatannya, bak duri yang meruncing tajam — melukai batinnya. Kayuna mengepal erat, sorot matanya mengeras.
Adrian tak fokus pada layar, pandangannya terpaku pada sosok wanita yang tampak gigih ingin membalas dendam. “Biar aku yang mengurusnya, terlalu berbahaya jika kamu terlibat.”
Kayuna menurunkan wajahnya, lalu menoleh pada Adrian. “Aku … ingin menghukum Niko dengan kedua tanganku sendiri, Adrian.”
“Tapi—”
“Bukankah ada kalian?” Kayuna menyapu ruangan dengan pandangan penuh harap. “Kalian … akan membantuku, ‘kan?” katanya sambil menatap satu per satu anggota geng Shadow Cure.
“Kamu … akan melindungiku, ‘kan?” tanyanya kembali menatap Adrian.
Adrian terdiam. Ia tahu betul tekad Kayuna sulit dihentikan, ia melihat sendiri binar dendam terus membara tiap kali Kayuna membuka mata. Tapi, ia juga tahu bahwa ini berbahaya, mengingat Niko yang sangat punya kuasa, licik dan juga berambisi. Jika salah mengambil langkah, Kayuna yang justru akan terjatuh dalam jurang jebakan.
Adrian terus bergulat dengan pikirannya sendiri. Ia menyandarkan bahunya di dinding, lalu menatap Kayuna penuh kecemasan.
“Baiklah,” ujar Adrian akhirnya. “Tapi … semua akan di bawah kendaliku, patuhi rencanaku dan biarkan aku memantau di dekatmu.”
Wajah cantik yang yang diliputi bara kesumat itu tampak tertunduk sejenak, kemudian mendongak, senyum pasif melengkung di sudut bibirnya. “Baiklah, aku menunggu instruksimu.”
Di dalam ruangan yang remang, meja persegi dengan tumpukan kertas, juga beberapa potongan potret—target. Beberapa alat komunikasi rahasia berjejer di antara coretan susunan misi yang akan segera dijalankan.
Reza memegang laptop, membacakan beberapa data yang berhasil ia dapatkan selama menggali internal perusahaan MH Group.
Laudia tampak manggut-manggut mendengarkan, sesekali melirik Adrian yang memberikan arahan tambahan.
Danar duduk tenang tak seperti biasanya, seolah tengah menimbang sesuatu yang memberatkan hatinya. Tatapannya gelisah, tapi segera kembali fokus tak ingin memperuncing keadaan.
Jay fokus mencatat rute alternatif, yang akan ia lewati selama bergerak menjalankan misi. Telinganya terus menangkap setiap detail instruksi yang Adrian berikan.
Sementara Kayuna menyimak dengan saksama, ia menelan setiap penjelasan yang Reza lontarkan, karena dirinya yang akan turun langsung ke lapangan.
“Tapi, Bos. Keamanan perusahaan itu cukup kuat, aku belum bisa memecahkannya.” ujar Reza.
Adrian mengernyit. “Benarkah?”
Reza mengangguk. “Saya hanya berhasil meretasnya selama lima detik, setelah itu langsung diblokir total.”
Adrian tampak berpikir sejenak.
Kayuna melemparkan pandang ke kiri dan ke kanan, tampak ragu-ragu sebelum akhirnya merogoh tasnya dan mengeluarkan sebuah buku catatan kecil, diletakkannya buku itu di atas meja.
“Ini … aku rasa buku catatan ini akan sedikit membantu,” kata Kayuna sambil mengulum bibirnya.
Semua mata tampak tertuju ke arah buku bersampul merah muda, tatapan mereka penuh tanda tanya.
Adrian segera meraihnya. “Buku apa ini?” tanyanya sambil membuka perlahan setiap lembarannya.
Buku itu tampak sedikit kusut, tapi tulisan tangan di dalamnya tertata rapi, begitu presisi sampai seperti hasil ketikan alat modern.
Barisan nomor-nomor ponsel asing tersusun di tiap lembarannya, dilengkapi isi pesan, jam dan tanggal diterimanya.
Alis Adrian mengerut heran. “Kayuna, ini ….”
“Sebenarnya selama dua tahun lebih aku menikah dengan Niko. Aku sering menerima pesan anonim, entah siapa pengirimnya, karena nomornya selalu ganti setiap kali mengirimkan pesan. Yang jelas, isi pesannya sangat membantuku bertahan selama ini. Aku mendapat semua informasi tentang Niko dari si pengirim pesan itu.”
“Dan terakhir kali dia mengirimkan sebuah link website, tapi aku belum berani membukanya. Itu aku catat dibalik buku paling belakang,” tutur Kayuna kemudian menunjukan catatannya.
“Siapa orang ini?” gumam Adrian seraya memicingkan mata, menelisik nomor asing itu.
“Ini bukan nomor dari negara kita, lihat ….” Reza menunjuk ke layar, menjabarkan hasil pencariannya. “Ini hanya bisa digunakan menggunakan vpn, sepertinya itu ponsel atau kartu sim sekali pakai.”
Adrian semakin penasaran siapa orang dibalik nomor asing tersebut.
“Berhasil!” seru Reza setelah berhasil masuk ke website tersebut dalam hitungan detik.
Sesuai perintah Adrian. Reza dengan cekatan menyebarkan seluruh informasi — identitas Kayuna, melalui website resmi MH Group.
“Aku sudah berhasil maju selangkah. Niko … tunggu langkah selanjutnya,” desis Kayuna tajam.
*
*
Bersambung.