 
                            Feylindita adalah seorang wanita cantik yang berprofesi sebagai seorang agen rahasia yang bekerja di bawah pusat keamanan negara. Keahlian menembak dan bela diri yang luar biasa, membuatnya menjadi salah satu agen rahasia yang sangat di andalkan. Tak ada yang mengetahui tentang pekerjaannya, termasuk keluarga bahkan suaminya sendiri.
Ia menikah dengan Giantara Aditama seorang CEO sebuah Mall ternama melalui perjodohan. Tepatnya Feylin 'Dijual' pada keluarga Aditama oleh sang paman yang merawatnya sejak kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan.
Namun ia beruntung karena memiliki mertua dan ipar yang baik. Cobaannya hanyalah suami yang selalu bersikap dingin dan cuek padanya.
Apakah hubungan pernikahan mereka akan membaik?
Apakah keluarganya akan mengetahui pekerjaannya yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Tiba - Tiba Bucin
"Fey, tadi Pamanmu nelfon aku." Ujar Gian.
Saat ini mereka sedang berada di mobil hendak menuju ke Perusahaan Gian setelah menemani Mama Mila dan Papa Abraham datang ke pesta.
"Mau apa lagi, dia?" Tanya Fey dengan malas.
Fey sendiri sudah memblokir kontak Paman, Bibi dan dua sepupunya setelah keluar dari rumah yang bagaikan neraka baginya.
Setelah mendapatkan uang cukup banyak dari keluarga Papa Abraham, Paman Fey dan keluarganya kemudian pindah ke Australia dan kembali membangun perusahaan mereka di sana yang hampir bangkrut.
"Mereka minta kita datang ke Ausie. Sepupu laki - lakumu mau menikah." Jawab Gian.
"Haah! Aku gak mau." Tolak Fey.
"Sayang, aku udah janji mau bawa kamu ke sana." Lirih Gian sambil menatap Fey.
Bukan ia tak tau bagaimana hubungan Fey dan satu - satunya keluarga yang Istrinya punya itu. Tentu saja niat Gian baik, ia ingin membawa Fey dengan harapan Fey akan kembali menjalin hubungan baik dengan Paman, Bibi dan dua sepupunya.
"Kak Gian aja yang datang. Lagian kenapa janji - janji segala tanpa seizinku. Aku gak mau kesana." Jawab Fey sambil membuang pandang ke jalanan ramai.
Gian pun terdiam, tak lagi melanjutkan pembahasan. Namun, ia akan berusaha membawa Fey kesana bersamanya. Ia pun akan memastikan jika keluarga Fey tak akan macam - macam dengan Fey.
Sesampainya di Perusahaan, Gian segera turun dari mobil yang di bukakan oleh Satpam di pintu masuk. Gian lalu membuka jasnya, kemudian menutupi pundak Fey dengan jasnya karna Fey memakai gaun tanpa lengan.
Fey hanya bisa tersenyum tipis karna mendapatkan perlakuan manis dari Gian sejak di pesta tadi. Perlahan, hatinya pun mulai terbuka untuk pria yang kini sedang menggandeng tangannya menuju ke ruangannya.
"Kak Gian ngapain bawa aku ke Perusahaan?" Tanya Fey.
"Ada yang mau di diskusikan dengan tim hukum." Jawab Gian yang kemudian mengambil sebuah berkas.
"Untung aku ambil cuti dua hari." Batin Fey.
"Kebiasan banget selalu mendadak kalo mau meeting. Harusnya bilang dulu dong, Kak. Kan aku bisa siap - siap." Omel Fey.
"Iya, maaf - maaf. Udah ya, jangan ngomel." Bujuk Gian sambil mengusap tangan Fey yang ia genggam.
"Coba tolong kamu periksa deh, Sayang." Ujar Gian.
Fey pun kemudian duduk di sofa setelah mengambil berkas yang di berikan oleh Gian. Dengan cermat, ia memeriksa berkas itu.
"Kenapa jadi gini, Kak? Ini kan menyalahi perjanjian kerja sama. Perusahaan kita rugi hampir lima ratus juta. Kita harus minta kompensasi dan pertanggung jawaban." Ujar Fey.
"Nah itu, Sayang. Nanti tolong kamu diskusikan dengan kuasa hukum lain, ya." Pinta Gian yang di jawab anggukan oleh Fey.
"Kak, aku pinjam tab atau laptop. Aku gak bawa laptopku." Pinta Fey.
"Ini, Sayang." Gian memberikan laptopnya pada Fey.
"Thank's, Kak." Ujar Fey yang menerima laptop Gian.
Wanita cantik itu kembali memeriksa dokumen yang di berikan Gian dengan seksama. Jari - jarinya pun dengan lincah menari di atas keyboard.
Gian memperhatikan Istrinya dari kursi kebesarannya sambil tersenyum, sebelum kembali fokus dengan pekerjaan di tabnya.
Pasangan suami - istri itu nampak sibuk dengan pekerjaan mereka masing - masing. Fey beberapa kali mengernyitkan dahinya, hingga membuat Gian merasa gemas melihat ekspresi wajah Istrinya.
"Sayang..." Panggil Gian.
"Ya?" Jawab Fey tanpa menoleh dan masih fokus dengan laptopnya.
"Kenapa, Kak?" Tanya Fey setelah beberapa saat tak mendapat jawaban dari Gian. Ia pun menatap Gian yang kini tersenyum menatap ke arahnya.
"Love you." Jawab Gian yang membuat Fey langsung menatap layar laptop kembali dengan pipi ya yang memerah. Gian sendiri justru tertawa lirih melihat reaksi Fey.
"Gak lucu! Tolong jangan ajak saya bercanda dulu, Tuan Giantara Aditama." Imbuh Fey kemudian.
"Baik, Nyonya Feylin Giantara." Sahut Gian. Mereka pun kembali fokus dengan pekerjaan mereka. Jarum jam yang berdetak adalah satu - satunya suara yang terdengar di sana.
"Kak, ini bener isi kesepakatannya kayak gini?" Tanya Fey.
"Yang mana, Sayang? Coba bawa ke sini." Jawab Gian.
Fey pun kemudian menghampiri Gian yang duduk di kursi kebesarannya dengan membawa dokumen yang ingin ia tanyakan.
"Yang ini, Kak." Ujar Fey yang nampak serius menunjukkan perjanjian yang ia maksud. Namun, Gian justru menariknya hingga kini Fey justru terduduk di pangkuan Gian.
"Mana, Sayang?" Tanya Gian sembari mengecup bahu Fey.
"Kak Gian! Apaan sih? Hobi banget nyuri - nyuri kesempatan." Omel Fey yang berusaha berdiri, namun Gian menahan pinggangnya.
"Ssst! Diem aja di sini, biar lebih jelas." Bisik Gian.
Fey akhirnya hanya bisa pasrah dan menunjukkan yang ingin ia tanyakan, walaupun jantungnya berdebar kencang hingga sulit di netralkan.
Mereka pun berdiskusi dengan posisi Fey yang masih berada di pangkuan Gian. Ini adalah kali pertama mereka bermesraan dalam kondisi sadar tanpa berakting.
Tok... Tok...
Pintu ruangan Gian di ketuk dari luar. Fey seketika terlonjak dan langsung berdiri dari pangkuan Gian.
"Hais! Ganggu aja. Siapa sih, minta di pecat kayaknya." Gerutu.
"Kak Gian..." Fey menatap Gian sambil geleng - geleng kepala.
"Masuk!" Jawab Gian.
"Pak Gian, tim kuasa hukum sudah berada di ruang rapat." Ujar seorang pria yang merupakan asisten Gian.
"Saya kesana sebentar lagi." Jawab Gian.
"Baik, saya permisi dulu Pak, Bu." Pamit asisten Gian yang kemudian keluar dari ruangan.
"Gak apa - apa aku pakai baju kayak gini, Kak?" Tanya Fey.
"Gak apa - apa. Lagian siapa yang berani negur kamu di sini, Sayang?" Jawab Gian.
"Pake lagi jasku seperti tadi." Titah Gian kemudian.
Fey pun segera memakai jas Gian kemudian berjalan bersama Suaminya menuju ke ruang rapat. Tentu saja Gian menggandeng tangan Istrinya tanpa perduli dengan tatapan orang - orang di sekitarnya.
Selama diskusi berlangsung, Gian terus menatap ke arah Fey yang duduk di tak jauh darinya. Sesekali ia tersenyum tipis saat melihat raut wajah Fey yang sedang berpikir keras hingga dahinya berkerut.
"Pak Gian sakit?" Bisik Martin, asisten Gian.
"Enggak. Emang kenapa? Apa kelihatan pucet?" Tanya Gian dengan berbisik juga.
"Mm itu soalnya dari tadi sikapnya aneh. Sering gak fokus juga. Saya kira Pak Gian lagi sakit." Jawab Martin.
"Fisik saya sehat kok, cuma jantung sama pikiran aja yang kurang waras karna perempuan yang lagi pake jas saya itu." Jawab Gian sambil tersenyum.
"Perasaan tiap hari ketemu Bu Bos. Kenapa anehnya baru sekarang?" Batin Martin sembari menggaruk pelipisnya yang tak gatal.
"Emang Bu Bos kenapa, Pak? Bukannya tiap hari ketemu di rumah?" Tanya Martin penasaran.
"Cantik. Lebih cantik dari biasanya." Jawab Gian tanpa mengalihkan pandangannya dari Fey.
jgn d gntung yaa
q pdamu thor 😃
lg seru2ny nic
Gian lucuuu 😃
mkin sru critanya