NovelToon NovelToon
Pertarungan Cinta

Pertarungan Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Tentara / Menikah dengan Musuhku / Dijodohkan Orang Tua / Romansa / Aliansi Pernikahan / Konflik etika
Popularitas:968
Nilai: 5
Nama Author: Mrlyn

Dua keluarga yang semula bermusuhan akhirnya memutuskan menjalin aliansi pernikahan.

Posisi kepala negara terancam dilengserkan karena isu menjual negara pada pihak asing disaat perbatasan terus bergejolak melawan pemberontakan. Demi menjaga kekuasaan, Sienna sebagai putri bungsu kepala negara terpaksa menerima perjodohan dengan Ethan, seorang tentara berpangkat letjen yang juga anak tunggal mantan menteri pertahanan.

Bahaya mengancam nyawa, Ethan dan Sienna hanya bisa mengandalkan satu sama lain meski cinta dari masa lalu menjerat. Namun, siapa sangka orang asing yang tiba-tiba menikah justru bisa menjadi tim yang kompak untuk memberantas para pemberontak.

Dua dunia yang berbeda terpaksa disatukan demi mendapatkan kedamaian. Dapatkah mereka menjadi sepasang suami-istri yang saling menyayangi atau justru berakhir saling menghancurkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrlyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 (Saling Terbuka)

Bangun tidur hampir terperanjat, Sienna duduk dengan tegang di atas tempat tidurnya. Wajahnya seketika memanas mengingat momen semalam yang langsung menyapa ingatannya begitu membuka mata.

Seingatnya semalam Ethan menggendongnya ke atas tempat tidur. Tatapan laki-laki lembut penuh kehangatan. Meski tangannya tidak halus, tapi Ethan seolah memastikan sentuhannya tidak akan menyakiti Sienna.

Perlahan-lahan merebahkan tubuh Sienna, membiarkannya berbaring dengan nyaman berulah Ethan kembali menciumnya.

"Ethan...," lirih Sienna. Napasnya sudah memburu, sementara Ethan seolah tidak pernah merasa cukup.

"Hm?" Ethan menjawab dengan gumaman pelan. Matanya dengan liar memandangi bibir Sienna lalu terangkat naik menatap lurus ke kedua mata Sienna.

Tangan Sienna perlahan terulur menyusuri garis wajah Ethan yang tegas. Refleks Ethan terpejam. Sentuhan halus itu membakarnya.

"Tenang saja, aku tidak akan sejauh itu... setidaknya sampai kita berdua benar-benar yakin," ucap Ethan lembut. "Tapi aku belum selesai. Apa boleh aku lanjutkan?"

Sienna bergidik ngeri. Ingatan semalam masih menyisakan sengatan yang membuat tubuhnya meremang.

Menyadari Ethan tidak ada di sebelahnya, Sienna lantas turun dari atas ranjang lalu melangkah menuju halaman belakang rumah. Terlihat Ethan sedang menjemur pakaian, hanya menggunakan celana tentara dan kaos hitam polos, kegagahannya sudah terpancar jelas.

"Eth...," panggil Sienna pelan. Kejadian semalam membuatnya sedikit gugup.

Ethan lantas menoleh, dia terlihat sama gugupnya dengan Sienna. "Kamu baru bangun?" tanyanya seraya menghampiri.

Sienna mengangguk. "Kamu yang mencuci?"

"Siapa lagi? Tidak mungkin aku meminta kamu melakukannya, aku tidak akan membiarkanmu melakukan pekerjaan kasar."

Lagi-lagi Ethan dengan segala bentuk perhatiannya berhasil membuat Sienna tersanjung. "Kamu pasti lelah, tunggu aku ambilkan segelas air."

"Tidak perlu...," cegah Ethan. "Kamu mau mandi? Biar aku siapkan air panas sebentar. Kamu duduk lah di sini, berjemur matahari pagi bagus untuk kesehatan."

"Terima kasih, Kapten...," ucap Sienna lembut.

"Kembali kasih, Tuan putri," sahut Ethan tidak kalah lembut.

Sienna lantas duduk di sebuah dahan kayu yang dijadikan kursi untuk bersantai menikmati halaman belakang yang sederhana namun asri saat Ethan pergi ke dapur.

Kedua mata Sienna perlahan terpejam, angin pagi berembus lembut membawa kesejukan. Aroma dedaunan basah menguar terasa menyegarkan, jauh berbeda dari hiruk pikuk kehidupan di ibukota yang pengap.

"Aku belum sempat membuat bak mandi untukmu, mungkin sore ini akan aku buatkan," ucap Ethan yang tiba-tiba saja berdiri di belakang tubuh Sienna.

Sienna mendongak, lehernya banyak dipenuhi bercak kemerahan akibat semalam membuat Ethan sedikit menegang. Namun, laki-laki itu berusaha untuk tetap tenang mengikat rambut Sienna dengan hati-hati agar tidak berantakan.

"Angin di sini cukup kencang."

"Mungkin mau hujan?"

"Tapi aku tidak melihat awan mendung, Eth...." Sienna mendongak lagi menatap langit, tapi Ethan justru menghalangi pandangannya.

Ethan sengaja menunduk, mensejajarkan kepalanya di atas wajah cantik Sienna. Meski tanpa riasan, wajahnya terlihat bersih bersemu pink. Bibir Sienna yang berwarna merah alami membuat kecantikannya semakin sempurna belum lagi alisnya yang cukup tebal dan panjang menambah pesonanya.

"Ada yang aneh dengan wajahku, Eth?"

"Cantik," tutur Ethan lembut. Sontak membuat Sienna tersipu.

"Jangan meledekku... aku belum mandi, Kapten."

"Meski berlumuran lumpur, kamu akan tetap cantik, Tuan putri...."

Sienna tidak tahan lagi mendengar rayuan Ethan. Ia memilih kembali duduk dengan tegak, menghindari pandangan Ethan yang berbahaya.

"Tapi tenang saja, aku tidak akan membiarkanmu berada dalam kubangan yang kotor," bisik Ethan membuat bulu kuduk Sienna seketika merinding.

Untung saja setelah itu Ethan kembali masuk ke dalam rumah untuk mengambil air panas yang telah selesai ia masak dan membawanya ke bilik kamar mandi.

"Mandi lah, jangan sampai airnya jadi dingin seperti kemarin. Aku akan mengambil sarapan di dapur barak."

Sienna memastikan Ethan sudah pergi barulah ia masuk ke dalam bilik kamar mandi. Tengkuknya terasa panas hingga Sienna terus mengusapnya pelan.

"Sepertinya besok mandi air dingin saja," gumam Sienna pelan.

Selesai mandi, Sienna lupa membawa baju gantinya sementara bajunya sudah basah karena tidak sengaja terjatuh. Hanya ada handuk kecil, terpaksa Sienna menggunakannya untuk menutupi tubuhnya yang mulai kedinginan.

"Ethan...," panggil Sienna pelan, memastikan jika suaminya masih belum kembali. Setelah tidak mendengar jawaban, Sienna mantap keluar dari bilik kamar mandi. Langkahnya cepat dan terburu-buru mengejar waktu sebelum Ethan kembali.

Namun, begitu pintu belakang terbuka, Sienna justru dikejutkan dengan keberadaan Ethan. Suaminya itu jelas sama terkejutnya. Matanya terbelalak melihat penampilan Sienna saat ini. Dari ujung kepala hingga kaki seolah memastikan yang berada di hadapannya ini benar-benar Sienna—istrinya bukan malaikat yang turun dari langit.

Bahkan meski mereka sempat bercumbu semalam, Ethan hanya menyentuh gadis itu sampai ke lehernya saja, tapi sekarang bahu indah Sienna terekspose sempurna. Lekuk tubuhnya terbalut hanya dengan sehelai handuk pendek, kaki jenjangnya yang putih dan mulus terpampang tanpa celah, ujung-ujung jari Sienna bersemu pink. Sulit bagi Ethan untuk menjernihkan pikirannya.

"Eth, aku kedinginan... bisa tidak jangan menghalangi jalanku?" tanya Sienna malu, ia memegang erat handuknya, memastikan agar tidak terlepas atau tamat sudah riwayatnya.

"Ah, maaf...," gumam Ethan nyaris tidak terdengar. Ia lantas menyingkir agar Sienna bisa lewat.

Ketika gadis itu melintas, aroma lembut bunga mawar yang sudah menguar sejak tadi semakin terasa harum semerbak, membangkitkan sesuatu yang tidak seharusnya bereaksi, oh, andai saja ia bukan laki-laki normal.

Kedua mata Ethan terpejam. Sekuat tenaga menahan gejolak yang tiba-tiba saja hadir tanpa bisa ia kendalikan.

"Tenang, Ethan... jangan jadi lelaki brengsek," tuturnya pada diri sendiri.

Ethan kemudian memilih untuk melangkah ke dapur dan menyiapkan sarapan untuknya dan Sienna. Tidak lama setelah itu Sienna datang menghampiri.

Aroma lembut bunga mawar khas Sienna memenuhi seisi rumah, lembut, segar dan memabukkan. Gaun berwarna peach selutut yang dikenakannya membuat penampilan Sienna semakin terlihat manis. Hampir-hampir Ethan lupa berkedip.

"Telinga kamu kok merah? Kamu sakit, Eth?" tanya Sienna khawatir.

"Tidak... hanya saja cuacanya sedikit panas."

Tepat saat Ethan selesai berucap, hujan tiba-tiba saja turun dengan deras.

"Maksudmu kedinginan?" tanya Sienna mendekat. Mungkin terlalu dekat hingga Ethan memilih mundur demi keselamatan mereka berdua.

"Aku baik-baik saja... tunggu saja di meja makan."

"Jangan membohongiku, Kapten. Lihatlah bagaimana wajahmu juga sekarang memerah?"

Ethan menelan ludah saat Sienna menarik bajunya agar ia menunduk lalu ketika tangan dingin Sienna menyentuh keningnya, Ethan hanya bisa pasrah.

"Seluruh tubuhmu panas, kamu demam, ya?"

Bukan demam, tapi ketegangan ini membuat tubuh Ethan bereaksi begitu. Hanya saja, tidak mungkin Ethan menjelaskannya pada Sienna yang nampak polos.

"Aku baik-baik saja, nanti aku minta obat pada orang medis."

'Orang medis? Mungkinkah itu mantan kekasihnya?' Sienna seketika merasa kesal. "Tidak perlu, jika obat demam, aku juga punya... tunggu sebentar."

Sienna segera melangkah menuju kamar, mencari obat-obatan yang disiapkan Arthur untuknya lalu kembali menghampiri Ethan yang sedang duduk di meja makan dekat area dapur.

"Makan setelah itu minum obat, ya...." Sienna mendekatkan kursinya agar lebih nyaman menyuapi Ethan.

Namun, Ethan menolak. "Aku tidak sakit, Sienna."

"Tapi tubuhmu-"

"Bukan karena itu."

Sienna seketika terdiam. Tangan Ethan yang menggenggam tangannya, mencegah ia menyuapi roti. Hangat tubuh Ethan terasa menyengat, tapi bukan itu yang membuat Sienna membeku melainkan tatapan mata Ethan yang dalam, ia tahu maksud dari ucapan Ethan sekarang.

"Karenaku? Tubuhmu bereaksi begitu karenaku?" tanya Sienna memastikan.

Ethan menarik napas dalam, enggan mengakuinya, tapi ia juga tidak mau Sienna sampai mengkhawatirkan kesehatannya. "Ya," sahutnya pelan.

Perlahan Sienna menarik tangannya, menyembunyikannya di bawah meja. "Karena penampilanku tadi?"

Ethan tidak menjawab, tapi sudah pasti itu jawabannya.

Canggung tidak mampu mereka hindari, hidangan di depan mata juga terabaikan.

"Apa kamu selalu seperti ini sebelumnya?" tanya Sienna mencoba memecah kecanggungan.

"Tentunya saja tidak!" elak Ethan gugup.

Ini adalah kali pertama Ethan terlihat sulit bicara. Dia salah tingkah.

"Menggemaskan," gumam Sienna pelan.

"Siapa? Aku? Ja-jangan bercanda. Aku ini kapten pasukan khusus, sudah pasti aku ini seram!"

Ethan sudah berusaha untuk bersikap biasa saja, tapi kegugupannya begitu kentara. Pada akhirnya ia malu sendiri saat Sienna terus menatapnya tanpa mengatakan apa pun.

"Jangan marah... aku bersumpah tidak akan menyentuhmu sembarangan."

Ethan sudah sangat tegang, ia tidak tahu bagaimana Sienna memandangnya sekarang. Lelaki brengsek mungkin? Namun, Sienna justru malah tertawa.

"Apa yang lucu?"

"Suamiku ternyata sangat polos."

Malu sudah pasti, tapi yang diucapkan Sienna ada benarnya juga. Ia memang tidak berpengalaman, mungkin karena itu lah sulit baginya meredam keinginannya. Andaikan tidak ada gengsi dalam dirinya, Ethan sudah berlari ke luar dan mandi air hujan agar pikiran kotornya tersapu bersih.

Semakin Ethan mengelak, semakin Sienna merasa gemas hingga tidak mampu menahan tawanya.

"Salahmu... aku jadi seperti ini," gumam Ethan pelan. Kepalanya menunduk tidak berani menatap Sienna lagi.

"Apa sebelumnya kamu tidak pernah seperti ini? Maksudku senang mencium, menyentuh-"

"Tidak pernah!" potong Ethan tegas. "Sebelumnya aku selalu mampu mengendalikan diriku, tapi denganmu aku selalu lepas kendali."

Sienna lantas mendekat lalu mengecup pipi Ethan singkat. "Tidak apa... aku juga hanya denganmu seperti ini."

"Sungguh?"

"Apa aku terlihat berpengalaman?" Sienna balik bertanya.

Gadis itu lantas menyentuh dagu Ethan, tanpa ragu membuat suaminya itu kembali menatapnya. "Kita ini boleh dibilang senasib... aku juga tidak pernah membiarkan Dave mencium bibirku sebelumnya."

"Sungguh?" tanya Ethan memastikan, kedua matanya melebar menanti jawaban.

"Ayah bilang, segala harta serta kedudukan yang aku miliki di belakangku adalah milik keluarga Forster, tapi kehormatanku adalah milikku sendiri. Jadi, aku harus menghargainya. Hanya suamiku yang boleh mendapatkannya."

Diam-diam Ethan menyembunyikan senyumannya. Entah kenapa ia merasa senang.

"Tenang saja, aku tidak akan berpikir buruk tentangmu... semua yang kamu rasakan itu wajar, aku dapat memahaminya," ucap Sienna lagi. Senyumannya merekah memberikan ketenangan dalam diri Ethan yang resah.

"Mendekat lah," pinta Sienna.

Ethan tidak menolak, ia menurut meski harus menahan napas. Sienna kemudian menyentuh kening Ethan, suhu tubuhnya sudah tidak sepanas sebelumnya. Sepertinya percakapan saling terbuka ini berhasil meredam gejolak dalam diri Ethan.

"Apa perlu aku cium lagi?" tanya Sienna menggoda tanpa ragu.

"Di bibir?" tanya Ethan polos. Sontak membuat Sienna terkekeh pelan.

"Mau?"

Ethan menggigit bibir bawahnya lalu menjawab pelan, "Aku tidak akan menolak."

***

1
knovitriana
update Thor jangan lupa mampir
Mrlyn: ditunggu kak🫶🏻
total 1 replies
knovitriana
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!