 
                            Setelah kematian bayi malangnya yang baru saja lahir, tepat 2 jam setelah itu Ayu Maheswari tewas secara tragis ditangan suaminya sendiri. Jiwanya menolak mendapat perlakuan keji seperti itu. Ayu tidak terima. Ia berdoa kepada Tuhan-nya, meminta dibangkitkan untuk membalaskan dendam atas ketidak adilan yang ia terima.
Begitu terbangun, Ayu tersentak tetiba ada suaminya-Damar didepan matanya kembali. Namun, Damar tidak sendiri. Ada wanita cantik berdiri disampingnya sambil mengapit lengan penuh kepemilikan. 
"Tega sekali kamu Damar!"
Rupanya Ayu terbangun diraga wanita lemah bernama Rumi. Sementara Rumi sendiri adalah adik angkat-Raisa, selingkuhan Damar.
Ayu tidak terima! Ia rasa, Rumi juga pasti ingin berontak. Dendam itu semakin tersulut kuat. Satu ambisi dua tujuan yang sama. Yakni ingin melihat keduanya Hancur!
Rumi yang semula lemah, kini bangkit kuat dalam jiwa Ayu Maheswari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24
Perusahaan Suseno.
Pak Darma menghempaskan tubuhnya diatas kursi kebesarannya dengan helaan nafas berat. Ia merasakan kegagalan yang mengudar dalam hatinya setiap melihat sikap putri angkatnya.
Dari mulai bantahan, sikap dingin, bahkan Rumi sudah tidak mengandalkannya dalam hal apapun lagi.
Tok! Tok!
Lamunan Pak Darma buyar, kala pintunya terketuk oleh seseorang. Pria muda seusia Rumi masuk sembari membawa ipad kerjanya.
"Masuk!"
Namanya Rendra, asisten Pak Darma. Rendra masuk berdiri disamping Tuannya dengan segan.
"Bagaimana, Rendra?"
"Tuan, Anda pasti terkejut dengan berita yang saya dapatkan tentang masalalu Mas Damar." Seru Rendra sambil menyerahkan ipad kerjanya. "Ini, Anda dapat membaca sendiri. Anak buah saya mencari tahu melalui mantan pekerja di rumah Tuan Adipati."
Pak Darma menerima ipad kerja tadi. Ia membaca beberapa informasi tentang siapa masa lalu Damar, ketika menempuh pendidikan hingga saat ini.
"Apa?" Pak Darma menajamkan matanya. 'Rupanya benar yang dikatakan oleh Rumi... Tapi, darimana Rumi tahu tentang hidup Damar?' Batin Pak Darma menerka.
"Tuan... Mas Damar ternyata sudah pernah menikah. Tapi, rumah tangganya di bekukan dari awak media. Istri Mas Damar sudah meninggal sewaktu melahirkan anak mereka. Dan hal itu di rahasiakan oleh keluarga Tuan Galuh dari para khalayak umum." Ungkap Rendra kembali.
Pak Darma bangkit sambil menyerahkan ipad kerja Rendra. Ia masih tersentak dengan kenyataan yang ia terima pagi ini.
"Siapa istrinya, hingga pernikahan Damar tidak tersorot?" Pak Darma menatap asistennya, tampak sedikit berpikir.
"Menurut informasi yang saya dapatkan, Mas Damar menikahi wanita putri dari matan Ajudan Tuan Adipati semasa hidup dulu-"
Mendengar kata Ajudan dari Tuan Adipati, sontak membuat Pak Darma tersentak hebat, "Apa? Ajudan Tuan Adipati? Siapa namanya?" sahutnya.
"Namanya Pak Fauzan, Tuan!"
Deg!
Deg!
"Fauzan..." lirih Pak Darma.
Seketika ingatanya terbang jauh ke beberapa puluh tahun yang lalu.
...****************...
Pagi itu, sebuah keluarga kecil dengan kedua putri mereka tengah merasa bahagia sebab akan pergi berlibur akhir pekan. Dua bocah wanita itu tampak riang gembira, sambil menggendong ransel kecil miliknya.
Raisa berusia 5 tahun, sedangkan Raina berusia 3 tahun. Sebelum pergi, Darma mengabadikan potret kedua putrinya terlebih dulu.
Darma menggendong Raina untuk di ajaknya keluar dari kamar terlebih dulu, sebab Raisa masih repot di kamar mandi dengan Mamahnya-Sintia.
Namun disaat ia melewati ruangan kerja mertuanya, Darma tidak sengaja mendengar obrolan sensitif yang akan merenggut nyawa keluarganya. Terutama kedua putri mereka.
"Ingat, Bimo... Kamu harus mengikuti Darma pergi. Dan saya sudah menyiapkan seseorang yang akan menabrak mobilnya nanti. Dan kamu harus memastikan, jika putriku Sintia dan cucuku Raisa selamat! Karena saya tidak mau mempunyai cucu dari pria bajingan itu!" Sergah Tuan Gardana, yang paling membenci menantunya itu.
Deg!
Dada Darma bagai di tikam benda tajam. Ia memejamkan mata dalam, sungguh tak percaya dengan rencana keji yang mertuanya siapkan.
"Baik, Tuan! Saya pasti akan mengerjakan dengan sangat rapi. Kalau begitu saya permisi."
Darma bersembunyi dibalik tembok, sambil menekan mulutnya dengan ibu jari, agar putrinya tidak bersuara.
Setelah memastikan pria tadi pergi, barulah Darma mengajak putrinya menuju teras balkon. Ia pandang wajah Raina dalam-dalam, hingga Darma tak mampu menahan air matanya.
"Tega sekali kakekmu, Sayang! Dia sangat menginginkan kematian kita," gumam Darma disela isakannya.
Raina kecil masih belum paham ucapan Papahnya. Ia hanya mampu mengusap, sambil menepuk-nepuk wajah sang Ayah. "Papah, jangan menangis!"
"Tidak, Sayang... Papah tidak menangis. Papah hanya kelilipan tadi," senyuman Darma sungguh mengiris hati.
Padahal, meskipun Raisa bukan putri kandungnya, Darma sudah menganggap Raisa seperti putrinya sendiri. Darma tidak pernah membedakan kasih sayang untuk Raisa, meskipun Raina sudah lahir.
"Eh, Papah kok masih disini belum turun. Ayo dong, Pah... Nanti keburu macet!" Ucap Sintia sambil menuntun putrinya.
Raisa juga ikut berlari menghampiri Darma, "Papah tenapa? Papah habis menangis, ya?" jemari kecil Raisa mengusap wajah Darma dengan penuh kasih.
Sontak saja hal itu membuat Sintia juga ikut mendekat, "Mas, benar kamu tadi menangis?"
"Nggak, Sayang... Tadi aku hanya kelilipan saja. Pas lihati Raina burung, mataku terkena asap dari sana," tunjuk Darma kearah pelayan yang sedang membakar sampah.
"Oh, ya sudah."
"Ya sudah, ayo kita berangkat. Siapa yang mau Papah gendong?" Wajah Darma berubah ceria tak ingin membuat istrinya berpikir lebih.
Raisa dan juga Raina langsung saja menghambur dalam pelukan papahnya. Keluarga kecil itu turun, dan bersiap melakukan perjalanan mereka.
Dan benar saja, dalam perjalanan mereka, tiba-tiba ada sebuah mobil yang menghantam mobil Darma dari arah berlawanan. Sehingga dengan terpaksa Darma membanting setir, hingga menabrakan mobilnya kearah pohon besar. Dan pada saat itu kecelakaan tidak dapat terhidar lagi.
Darma bukan orang bodoh. Sebelum pergi, ia sudah menyiapkan strategi untuk menghadapi rencana busuk mertuanya. Darma juga tidak lupa meminta bantuan kepada temannya yang bermama Fauzan.
Selama perjalanannya, mobil Fauzan juga ikut serta mengikuti mobil Darma. Dalam keadaan dibawah alam sadarnya, dan memastikan orang suruhan mertuanya mengevakuasi Sintia dan Raisa, Damar segera keluar membawa Raina untuk diserahkan kepada sahabatnya-Fauzan.
"Fauzan, bawa pergi putriku. Tolong bawa ke dokter terlebih dulu. Dan aku mohon, rawatlah dia seperti kamu merawat putrimu sendiri. Nasibnya di ujung tanduk saat ini." Pinta Darma dengan kepala yang sudah mengalir darah.
Fauzan menggendong Raina dengan begitu cemas, "Darma, lalu bagaimana nasib kamu? Luka kamu parah sekali. Ayo aku antarkan ke rumah sakit saja."
"Tidak usah, Fauzan... Yang terpenting, cepat kamu bawa Raina pergi dari sini." Darma mendorong pelan tubuh Fauzan, lalu ia segera kembali ke posisinya terjatuh.
Darma memposisikan dirinya tergeletak di tepi jurang, dan memegang pita kuncir milik Raina. Jadi, orang suruhan Tuan Gardana itu mengira, jika Raina kecil suda jatuh dalam jurang.
...****************...
Pak Darma tersadar. Ia kembali terduduk lemas diatas bangku kebesarannya. Tangisannya tiba-tiba pecah, teringat putri kecilnya dulu.
"Raina... Maafkan Papah, Nak!" gumamnya sambil terisak.
Rendra mendadak bingung. "Tuan, apa yang sebenarnya terjadi?"
"Rendra... Beberapa puluh tahun silam, aku pernah menitipkan putriku kepada Fauzan sahabatku. Dia memang bekerja sebagai Ajudan Tuan Adipati. Tapi selama ini, saya tidak pernah tahu keberadaannya. Hingga saya benar-benar kehilangannya jejak Fauzan dan Putri kandung saya." Lirih Pak Darma merasa frustasi.
"Tuan, berarti... Putri Anda sudah tiada?"
Tangisan Pak Darma semakin dalam. "Rendra, tolong cari tahu dimana keberadaan Fauzan sekarang! Dan cari tahu, apakah Raina yang telah di per istri Damar waktu lalu?!"
Rendra juga ikut merasa sedih. "Baik, Taun! Saya permisi dulu."
"Raina, semoga saja kabar itu salah Nak. Papah masih berharap dapat bertemu kamu," isak Pak Darma.
ayu itu istrinya damar yang sudah di bunuh mertuanya sendiri kak. lalu Ayu bertransmigrasi ke tubuh Rumi.
sementara Rumi, dia adik angkat Raisa, selingkuhanya Damar. apa masih bingung kak🤗😍
Rumi nich knp jga.