NovelToon NovelToon
Kanvas Hati

Kanvas Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Romantis / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lia Ramadhan

Berawal dari seorang Pelukis jalanan yang mengagumi diam-diam objek lukisannya, adalah seorang perempuan cantik yang ternyata memiliki kisah cinta yang rumit, dan pernah dinodai oleh mantan tunangannya hingga dia depresi dan nyaris bunuh diri.
Takdir mendekatkan keduanya, hingga Fandy Radistra memutuskan menikahi Cyra Ramanda.
Akankah pernikahan kilat mereka menumbuhkan benih cinta di antara keduanya? Ikuti kelanjutan cerita dua pribadi yang saling bertolak belakang ini!.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lia Ramadhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 24.

Matahari siang itu terasa panas menyengat, panasnya hingga terasa dalam mobil Cyra. Meskipun AC sudah dinyalakan seolah tidak meredakan hawa panasnya. 

Ditambah dengan kegelisahan yang Cyra alami lagi, seakan suasana dalam mobil kini semakin membuatnya tak nyaman.

Tiba-tiba Cyra teringat sosok mamanya. Perlahan dia buka matanya lalu bergegas meraih ponselnya menelepon mama.

Cyra: “Assalamualaikum Ma, sedang apa?”

Mama: “Waalaikumsalam sayang, lagi makan bersama papa dan koleganya.”

Cyra: “Kapan pulang Ma? Masih lama ya di Surabaya?”

Mama: “Mungkin lusa sayang, kenapa memangnya? Fandy enggak pulang temani kamu?”

Cyra: “Kangen Mama sama papa. Dia pulang kemarin, tapi siang ini mau ke Bandung ada pesanan melukis di sana.”

Mama: “Aduh… kasihannya anakku. Sabar ya sayang, kami usahakan cepat pulang begitu pekerjaan papa selesai.”

Cyra: “Lekas pulang ya Ma. Aku bosan sendirian di rumah.”

Mama: “Iya sayang. Kamu jaga diri baik-baik. Mama dan papa selalu sayang kamu, Nak.”

Cyra: “Oke Ma. Aku juga sayang kalian berdua. Assalamualaikum Mama.”

Mama: “Waalaikumsalam sayang.”

Mendengar suara mamanya, galau Cyra sedikit mereda. “Makasih mama, meneleponmu membuatku agak tenang,” gumamnya.

Setengah jam kemudian, Dina dan yang lainnya sudah berada di dalam mobil. Rudi mengendarai lagi membawa semuanya kembali ke lokasi. Suasana dalam mobil hening. Keempatnya sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Saat sudah di lokasi lagi Cyra lalu menghampiri pak Andri dan sutradara. “Maaf … jika saya menyela pembicaraan kalian, apa ada revisi atau improvisasi dalam iklan produk ini?”

Pak Andri menjawab cepat. “Ada Bu Cyra, sedikit revisi pada adegan pengenalan brand kami. Saya minta agar lebih fokus lagi.”

Pak Imam si sutradara mengangguk. “Benar Bu Cyra, saya usahakan maksud iklan ini agar sampai ke konsumen nanti.”

Cyra mengetik catatan masukan dari pak Andri dan pak Imam di tabletnya. “Oke baiklah begitu, jika ada lagi yang perlu ditambah tolong kasih tahu saya atau tim,” ucapnya sopan.

“Oke Bu!” jawab pak Andri dan pak Imam bersamaan.

Syuting pun kembali dimulai. Sesuai dugaan Dina, PT. Maxwell ini begitu teliti dan detail. Menginginkan hasil terbaik dari iklan yang dibuat. Semua mata tertuju mengawasi syutingnya.

Dua jam kemudian akhirnya syuting selesai. Semuanya merasa lega dan bertepuk tangan. Cyra dan timnya menghampiri sutradara juga pak Andri.

“Terima kasih Pak Imam dan kru, hasilnya sungguh memuaskan. Saya tunggu hasil akhir videonya.”

“Sama-sama Bu Cyra. Oke… nanti kru saya yang mengirim hasilnya,” kata Pak Imam.

“Terima kasih juga Pak Andri, berkenan bekerjasama dengan kami,” tambah Cyra seraya mengajak keduanya bersalaman.

“Sama-sama Bu Cyra, nanti tolong kabari saya jika hasil akhir iklannya sudah oke,” ucap Pak Andri sambil tersenyum.

“Baik Pak. Kami permisi dulu,” jawab Cyra lalu pamit .

Cyra dan timnya bergegas menuju mobilnya untuk kembali ke kantor. Saat di dalam mobil suasana tidak hening lagi seperti sebelumnya.

“Terima kasih juga buat kalian. Semua saling mengisi satu sama lain, meski pak Andri banyak complain,” puji Cyra tulus.

“Jujur Mbak, pak Andri itu ngeselin banget sumpah. Kalau bisa kita tolak kerjasamanya dari awal, saya harap waktu bisa diputar ulang,” keluh Dina.

“Saya juga kesal Mbak, dia sedari awal kita tiba di lokasi banyak tanya ini dan itu termasuk hal pribadi Mbak Cyra. Tapi saya tegas menolak menjawab karena bukan ranah saya,” ungkap Rudi.

“Kelihatan sekali dia itu, memperhatikan Mbak dengan intens. Ganteng sih dia, tapi harusnya tidak seperti itu. Selalu cari perhatian Mbak Cyra,” jujur Ali.

Cyra tertawa pelan mendengar keluh kesah semuanya. “Aduh… jadi terharu deh dengarnya. Makasih banget ya kalian perduli sama aku,” ujar Cyra.

“Sama halnya dengan kalian. Akupun kesal sekali dengan dia. Jelas-jelas sudah kutunjukkan cincin nikah di jari manis, tapi seakan tak percaya,” tambahnya.

“Hati-hati saja Mbak ke depannya kalau ketemu dia lagi. Ada bibit perebut bini orang sepertinya dia itu,” ucap asal Dina yang membuat semuanya langsung tertawa.

Cyra sangat bersyukur bekerja dan dikelilingi rekan yang baik dan perduli padanya. “Terima kasih Ya Allah. Aku berada di antara mereka selama ini,” puji syukurnya dalam hati.

Tidak lama kemudian mereka sudah tiba di kantor. Satu sama lain pamit dan pergi ke mejanya masing-masing. Saat Cyra baru duduk, berdering ponselnya ada panggilan dari suaminya.

Cyra: “Halo Bang, dalam perjalanan sekarang ya?”

Fandy: “Iya cantik. Ini di dalam mobil travel agar cepat sampai karena sudah telat.”

Cyra: “Bang… boleh video call sebentar enggak?”

Fandy: “Boleh banget cantik. Sebentar diganti ke mode video.”

Keduanya saling menatap mesra sambil tersenyum. Cyra menatap lekat Fandy seolah tak berkedip matanya.

Cyra: “Menatap kamu lama begini jadi makin kangen Bang.”

Fandy: “Sama dong aku juga, lebih kangen kamu pokoknya.”

Cyra: “Jangan pergi ya kalau begitu. Batalin aja ke Bandungnya!”

Fandy: “Hehehe… maaf cantik enggak bisa, ini kerjaanku lho buat menafkahi kamu pastinya. Sabar ya, kamunya cepat menyusul jangan lupa.”

Cyra: “Aku maunya sekarang temani kamu kalau bisa, tapi kerjaan lagi banyak banget. Maaf juga ya dan sabar tunggu aku lusa nanti.”

Fandy: “Itu kamunya juga lagi sibuk banget. Selesaikan saja semua pekerjaanmu, agar bisa segera menyusulku.”

Cyra: “Iya Bang. Bosan banget ini rasanya. Udah enggak ada mama dan papa ditambah kamu juga. Sebel deh.”

Fandy: “Kamu jangan cemberut terus! Nanti enggak cantik lagi lho. Selamat bekerja yang rajin istriku. Bye cantik… muahhh.”

Cyra: “Oke Bang. Hati-hati di jalan, salam buat bang Glen. Bye juga… muahhh.”

Cyra merasa senang setelah video call tadi, yang mana diakhiri saling mengecup virtual. Setidaknya terobati sedikit rindunya pada Fandy. Setelah itu dia kembali melanjutkan pekerjaannya.

Waktu terus berlalu tak terasa jam pulang kerja sudah tiba. Untungnya semua pekerjaan yang harus Cyra selesaikan sudah tuntas. Dia bergegas melangkah keluar dari kantor untuk pulang.

Kini Cyra sudah berada di mobilnya. Dia mengendarai BMW kesayangannya itu dengan kecepatan sedang. Tanpa dia sadari, dari arah belakang ada mobil yang mengikutinya.

Mobil terus melaju hingga menuju rumahnya. Tiba-tiba Cyra teringat ingin membeli sesuatu di minimarket dekat rumahnya. Tak lama mobilnya berhenti di Alvamarket.

Rupanya Cyra baru ingat stok pembalut wanitanya sudah habis dan periode datang bulannya tinggal beberapa hari lagi. Dia yakin tamu bulanannya akan datang seperti biasanya.

Jika setiap selesai berhubungan dengan Fandy, Cyra selalu minum pil pencegah hamil. Meski kadang terlambat beberapa jam meminumnya.

Cyra juga membeli dua test pack untuk persediaan. Baginya pembalut dan test pack wajib dibawa ke Bandung nanti.

Mobil yang mengikuti Cyra ikut berhenti tak jauh dari minimarket itu. Dia terus mengamati semua yang dilakukan Cyra.

Selesai membeli semua yang dibutuhkan, Cyra kembali mengendarai mobilnya sampai rumah yang sudah dekat jaraknya.

Gerbang rumahnya telah dibuka oleh pak Mansur satpam keluarga Alfian. BMW merah Cyra lalu bergerak memasuki rumahnya. “Terima kasih Pak Mansur,” ucap Cyra ramah.

“Sama-sama Non,” jawabnya sopan.

Mobil penguntit itu berhenti agak jauh dari rumah Cyra agar tidak dikenali. Mobil berhenti dan si penguntit terus mengawasi.

“Rumah kamu ternyata di sini Cyra. Sepertinya kamu anak orang kaya, tampak dari rumah ini begitu besar dan mewah,” kata si penguntit.

“Aku akan terus berusaha mendekatimu hingga kamu jatuh dalam pelukanku dan kurebut dirimu dari suamimu nanti,” tekad si penguntit dengan senyum menyeringai.

1
Syahril Salman
semangat lanjut kakak 💪😍
Syahril Salman: sama2 kak😍
total 2 replies
Mericy Setyaningrum
Romantis ceritanya ya Kak
Lia Ramadhan 😇😘: makasih banget kak untuk supportnya🙏🤗
total 3 replies
Syahril Salman
jadi tambah bagus kak covernya 😍👍
Lia Ramadhan 😇😘: terima kasih kak🙏
total 1 replies
Syahril Salman
Ceritanya bagus, simple dan mudah dimengerti. Saya suka karakter Fandy yang berkomitmen, padahal belum mengenal Cyra lebih jauh tetapi berani memutuskan akan menikahinya.
Lia Ramadhan 😇😘: terima kasih kak untuk ulasan positifnya🙏
total 1 replies
Syahril Salman
lanjutkan kk ceritanya 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!