 
                            Manusia antarbintang : "Uhhh, dia sangat menggemaskan. Tuan! bolehkah aku mencubit pipi gembul nya?
Monster dan mutan : "SEMUANYA LARI! DIA AKAN MEMAKAN KITA ...."
Bonbon : "Mamam Cana, mamam cini, mamam mana-mana ...."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WIZARD_WIND26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gadis aneh dari planet miskin
Kaki jenjang dengan sepatu kulit bertapak merah memasuki sebuah ruangan. Seiring langkah kaki yang tidak terdengar diatas karpet, lampu-lampu yang menyatu dengan dinding langsung menyala, menerangi seisi ruangan bercat putih emas.
Sepasang mata merah menyapu sekitar, menatap pada benda-benda kuno, hingga lukisan dan perhiasan yang tertata rapih dalam rak dan peti.
Semua ini kebanyakan dibeli dari lelang, barang-barang yang berhasil diselamatkan dari planet pertama umat manusia, sebelum planet biru itu meledak menjadi debu kosmik luar angkasa.
Berjalan kearah sudut kanan, mata Noxtis tertuju pada bingkai foto besar sepasang kekasih, yang di amankan dalam kaca anti benturan kuat.
"Khe, tidak ada monster gila, yang ingin mampir ketempat seperti ini," ucap Noxtis merasa aneh. Kenapa kaca untuk sebuah foto, harus yang anti benturan monster dan mutan? Itulah salah satu misteri yang belum bisa Noxtis pecahkan.
Siapa yang tidak tau identitas dua orang dalam gambar tersebut, dialah raja Claude dan ratu Tamara, pemimpin pertama kerajaan Tefnakhte.
"Nama Mama Bonbon na, Tamala Pelcia. Cantik kan? Nama Mama na!"
Itulah ingatan yang saat ini berputar dikepala Noxtis, tentang bayi yang mengatakan hal diluar nalar ... seolah apa yang dikatakannya adalah fakta bukan kebohongan.
"Hahh ... aku pasti sudah gila," ujar Noxtis memijit kening, kemudian menatap kembali gambar sepasang manusia yang sama-sama berdiri didalam foto.
Terlihat sang raja berpakaian ala kerajaan, dengan jubah emas menjuntai panjang. Pria itu tampan, ah! Tidak. Sangat-sangat tampan lebih tepatnya, dan sorot matanya setajam elang, dengan sebelah tangan menggenggam tongkat kerajaan, sementara tangan lain mengait pinggang ramping milik seorang wanita.
Hampir 80% wajah pria itu mirip dengan Noxtis, yang saat ini berdiri dengan balutan kemeja putih dan celana hitam panjang.
Lalu mata Noxtis beralih pada wanita disamping sang raja. Lengkung mata Blossom lembut, dengan senyuman hangat menyertai. Rambut sebiru langit dibiarkan terurai panjang, dan tiara kecil di leher ... membuat sang ratu tampak anggun, lembut, sekaligus memancarkan kecantikan sederhana.
Jika dilihat sekilas, tampak kalau ratu Tamara seperti dicul1k dan dipaksa oleh pria bermata elang itu, jika saja di foto dia menangis bukannya tersenyum.
Tapi sang ratu melengkung kan bibir, mengatakan kalau dia baik-baik saja dan dia mencintai orang disampingnya.
"Biru," ucap Noxtis lagi, tertegun menatap rambut Tamara.
"Biru yang sama persis seperti Bonbon," lanjut sang pangeran sebelum menggeleng pelan.
"Jelas ini tidak masuk akal. Ratu dan raja pertama sudah tiada berabad-abad tahun yang lalu! Dan sekarang, sekarang adalah generasi ke 10 ...."
Kepala Noxtis makin sakit memikirkan hal ini. Dia memang mengatakan pada Belian, kalau dia akan melupakan pembicaraan pagi itu. Tapi setelah berpisah dari Bonbon dan kembali ke istana, setiap ucapan si kecil selalu menghantui pikiran Noxtis ... seolah ada yang memberi perintah, kalau dia harus mencari tau sebuah kebenaran tersembunyi, yang mungkin saja diluar nalar manusia?
Menatap keatas lagi, sebelum mata tajam Noxtis menangkap gelang seperti sulur daun biru, yang melilit pergelangan tangan sang ratu. Tapi, si pria tidak berpikir lebih jauh dan menganggap bahwa ... gelang itu adalah salah satu perhiasan yang dipakai ratu Tamara.
"Tidak ada petunjuk apapun difoto ini." Noxtis bergumam, kemudian berbalik dan pergi kearah lain.
Hanya rambut biru milik Bonbon yang mirip dengan sang ratu, semantara wajah ... meskipun Tamara tampak lembut, tapi siapapun bisa melihat kilatan tajam yang tersembunyi dibalik tatapannya. Dan Bonbon ... ah, sudahlah. Si bayi terlalu polos, dan tidak tahu seperti apa kejahatan dunia.
"Tapi, Napa lambut codala na Ndak walna bilu?"
Langkah Noxtis tiba-tiba terhenti ketika ingatannya memutar perkataan sikecil lagi.
"Ada banyak orang berambut biru di dunia ini, bahkan beberapa pelayan juga ada yang berambut biru." lagi dan lagi, Noxtis menepis pikiran tentang sikecil, Sebelum kakinya kembali berayun.
Kali ini tujuan Noxtis adalah buku-buku tua tentang sejarah hidup sang raja pertama, yang sudah Noxtis baca ratusan kali.
Buku itu bersampul coklat dengan ukiran sulur panjang pada sampulnya.
"Tunggu, daun ini ...." Noxtis kembali berdiri dibawah bingkai foto besar, kemudian menyamakan bentuk sampul buku dan aksesoris ditangan sang ratu.
Benar saja, itu sangat mirip. "Apakah ini sebuah kebetulan?" tanya Noxtis entah pada siapa, sebelum membuka halaman pertama buku tebal.
Seperti layaknya sampul berwarna coklat, kertas pada buku juga memiliki warna yang sama namun sedikit lebih terang. Ini sangat mirip dengan perkamen-perkamen tua, yang menggulung rapih dibeberapa rak dibelakang Noxtis.
Mata sang pangeran menelusuri cerita yang dibuat dalam tulisan antarbintang. Pada bagian awal, bercerita tentang kisah kehidupan raja Claude dimasa lalu.
Dia seorang jenderal perang agung, yang menempati posisi puncak diusia muda. Berbudi luhur dan bla bla bla bla ... semua karakter baik ada pada diri sang raja.
Membalik halaman! Pada tahap berikutnya, menceritakan semua prestasi jenderal selama dia berkecimpung didunia militer, juga mengungkap betapa bangganya kedua orang tua sang raja saat melihat putra semata wayang mereka sukses diusia muda.
Lalu, pada halaman berikutnya ... mulailah perjalanan raja Claude dalam memberantas monster dan mutan di planet-planet kecil. Dan disinilah dia bertemu dengan seorang wanita yatim piatu, di sebuah planet miskin yang hampir hancur, menyelamatkannya, lalu membawa wanita itu pulang ke pangkalan penyelamatan.
Wanita itu tidak lain dan tidak bukan adalah ratu Tamara. Dikatakan juga kondisi sang ratu saat diselamatkan oleh jendral Claude sangat memperihatinkan, dimana, tubuh wanita itu kurus dan dia juga tampak linglung.
Yang lebih anehnya lagi, sang ratu tidak memahami bahasa antarbintang?
Mulai dari bagian ini, kerutan muncul didahi Noxtis. Jelas dia sudah membaca buku tersebut ratusan kali, tapi ... baru sekarang dia merasakan firasat berbeda?
Tapi, begitu mengingat cerita sebelumnya bahwa sang ratu diselamatkan dari planet miskin, Noxtis hanya menyimpan keraguan itu disamping dan terus menggulir halaman demi halaman.
(masuk kedalam buku)
Setelah diselamatkan sang raja, Tamara menatap sekitar dengan ketakutan, terutama pada benda tajam dan pemancar panas. Orang-orang beranggapan kalau si wanita pasti habis dis*ksa, atau mendapat perlakuan tidak terbayangkan.
Semua perawat hanya bisa menatap kasihan wanita berwajah tirus itu. Bagaimanapun, mereka disini sama-sama wanita.
"Apakah kamu lapar? Aku melihatmu belum memakan apapun dari tadi," ucap seorang perawat berpakaian serba putih dengan rambut tertata rapih.
Tamara yang duduk diatas bangsal mendongak, di iris merah mudanya hanya terlihat kebingungan yang kentara.
Claude, orang yang menyelamatkan si gadis, yang hampir diserang monster ular! Akhirnya mendekat setelah melakukan pemeriksaan.
"Dia tidak paham bahasa antarbintang. Langsung berikan saja makanan padanya, kemudian ... beberapa gelas air." Claude berucap, membuat perawat yang menunduk disamping mengagguk paham.
Mengingat pertemuan pertama antara dia dan wanita aneh ini! Dimana si wanita terlihat seperti orang bodoh, berhadapan langsung dengan monster ular setinggi pohon kelapa ... yang sedang membuka mulut lebar-lebar siap menelannya.
Benar-benar aneh, pikir Claude.
Claude berspekulasi, kalau Tamara hendak b*nuh diri seperti manusia kebanyakan di planet itu. Inilah risiko hidup di planet miskin, yang menjadikan b*nuh diri sebagai jalan pintas menuju kebebasan dari lapar yang melanda ... juga serangan monster dan mutan.
"Makanlah," ucap Claude, menyodorkan napan yang di bawa perawat, berisi sepiring bubur dan segelas air pada Tamara.
Mata Tamara mengerjap melihat hal-hal aneh lagi, kemudian mengalihkan tatapan pada sang penyelamat yang sedari tadi membuatnya risih.
Bagaimana tidak, ditatap dari ujung kaki sampai ujung kepala dengan mata setajam elang, Tamara seolah menjadi mangsa, dan naluri rumputnya mengatakan kalau ... maklum aneh ini berbahaya.
Melihat wanita didepannya tidak bergerak mengambil napan, Claude menghela nafas, "Makan. Aku tidak akan menyakitimu," ucap Claude, tau kalau si wanita takut pada dia saat ini.
"Makluk aneh, dimana ini?" tanya Tamara angkat suara, namun dalam pendengaran sang jendral dan perawat disamping ... mereka seperti mendengar nyamuk berdengung?
Bahasa yang samasekali baru, dan tidak tercatat diantar bintang.
"Apa kalian tau dimana benih kecil ku? Namanya Bonbon, dan dia masih berupa biji."
Lagi, orang-orang menangkap gelombang suara yang tidak dikenali.
Melihat keterdiaman Makhluk-makhluk aneh berkaki dua ... yang sama seperti ular besar, Tamara semakin gelisah.
Dikarenakan tanah di bumi mengalami perubahan menjelang kiamat! Tamara hanya bisa menghasilkan satu biji kecil.
Dan sekarang, biji yang disimpan dan dijaga bak harta Karun telah hilang! Ini semua karena ledakan dahsyat itu, yang memisahkan dia dengan sang anak.
"Bonbon ...."
Tamara makin sedih dan mulai menangis. Saat itulah Claude melihat rambut si wanita mulai memucat, kehilangan warna birunya.
(kembali ke cerita utama)
"Hahhhh ... hahh ... hahhh ... hahh ..."
Noxtis yang terbaring diatas tempat tidur, terbangun dengan keringat bercucuran. Jelas dia tidak bermimpi buruk, tapi mengapa ... tubuhnya menggigil hebat?
Dan lagi ... mengapa dia bisa bermimpi seperti itu!?
To be Continue
Yang nggak paham, jadi gini. Si Noxtis membaca buku, tapi (tanpa penjelasan dari author bagaimana dia bisa tertidur) Noxtis tiba-tiba memimpikan adegan, saat pertama kali Tamara diselamatkan oleh Claude.
Ya, gitu lah ...
Babay 👋 moga pikiran kalian sampai pada imajinasi author 🙈 Aamiinn 🤲
1.Naga Langit..
2.Naga Bayangan..
3.Zerg
🙊🙊🙊
.
Jejak-kaki 👣👣👣