NovelToon NovelToon
Kisah Senja

Kisah Senja

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dosen / Nikahmuda / Spiritual / Duniahiburan / Mafia
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: yulia weni

Di sebuah kampung yang sejuk dan dingin terdapat pemandangan yang indah, ada danau dan kebun teh yang menyejukkan mata jika kita memandangnya. Menikmati pemandangan ini akan membuat diri tenang dan bisa menghilangkan stres, ada angin sepoi dan suasana yang dingin. Disini bukan saja bercerita tentang pemandangan sebuah kampung, tapi menceritakan tentang kisah seorang gadis yang ingin mencapai cita-citanya.
Hai namaku Senja, aku anak bungsu, aku punya satu saudara laki-laki. Orangtuaku hanya petani kecil dan kerja serabutan. Rumahku hanya kayu sederhana. Aku pengen jadi orang sukses agar bisa bantu keluargaku, terutama orangtuaku. Tapi kendalaku adalah keuangan keluarga yang tak mencukupi.
Apakah aku bisa mewujudkan mimpiku?
yok baca ceritanya😁

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yulia weni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 16

"Hmm, bagaimana nanti jika Senja tidak kuliah, ya, Yah? Apakah dia akan sedih?" Ibu tahu dia anak yang rajin, pintar, dan semangat. Ibu takut dia hanya bisa mengubur mimpinya dalam-dalam karena keterbatasan ekonomi kita, ucap Ibu dengan nada sendu.

"Ya, pasti Senja sedih, Bu. Tadi saja dia sangat gembira mendengarkan dia boleh kuliah," jawab Ayah.

"Ayah takut membuat mimpi anak kita ini juga gagal, Bu. Cukup Rehan saja yang tidak bisa melanjutkan pendidikannya. Dulu Ibu ingat tidak? Bagaimana semangatnya Rehan belajar! Katanya dia mau jadi pengacara, agar bisa menolong orang-orang dalam persidangan yang tidak punya keuangan, untuk mendapatkan keadilan," kata Ayah.

"Saat Rehan kelas 2 SMA, Rehan bercerita ke Ayah kalau dia mau jadi pengacara. Lalu Ayah tanya, kenapa kamu ingin sekali jadi pengacara? Dia jawab, karena Rehan ingin menegakkan keadilan untuk orang-orang yang tidak mampu, Yah. Karena dari kasus Bu Siti, Rehan tahu betapa hancurnya dia waktu itu karena tidak ada keadilan buat beliau. Bu Siti tidak bisa pakai jasa pengacara, karena tidak ada biaya untuk bayar pengacara tersebut," kata Ayah mengenang.

"Ibu ingat tidak kasus tanah Bu Siti yang diambil sepupunya yang orang kaya, karena tidak memiliki sertifikat tanah? Bu Siti kehilangan tanahnya, walaupun dia sudah punya surat dari kepala desa, bahwa itu tanahnya, tapi itu tidak kuat. Padahal, itu satu-satunya tanah yang dimiliki Bu Siti," kata Ayah dengan nada prihatin.

"Kita semua tahu bahwa itu memang milik Bu Siti, tapi bagaimana lagi, Bu, jika kita tidak punya uang, kita tidak bisa bersikeras. Dari situlah mulainya Rehan ingin sekali jadi pengacara," kata Ayah.

"Namun, semuanya hanya terkubur dalam-dalam, karena kita tidak bisa mewujudkan mimpinya. Walaupun dia dapat beasiswa waktu itu, tapi tidak jadi pergi karena kita tidak punya uang di saat dia mau berangkat," lanjut Ayah dengan nada sedih.

"Apalagi waktu itu, Ayah juga sedang sakit, ditabrak mobil Juragan Sayur, saat pulang dari mesjid sholat subuh. Tapi bapak tersebut malah tidak bertanggung jawab. Malah menghina kita, dan mengatakan kita mencari kesempatan untuk dapat uang," kata Ayah dengan nada sedih mengingat kenangan pahitnya yang tidak pernah terlupakan.

"Ayah sangat bersalah sekali sama Ibu, Rehan, dan Senja. Ayah telah gagal jadi ayah yang baik. Ayah gagal mewujudkan mimpi anak-anak Ayah," kata Ayah dengan suara yang terguncang. Tangis Ayah pecah saat bercerita.

"Ayah bukan tidak mau anak-anak kita jadi orang sukses, Bu. Tapi karena keadaan kita yang seperti ini, Ayah sudah berusaha semampu Ayah, tapi rezeki dan hasil Allah yang menentukan," kata Ayah dengan nada pasrah.

"Dulu terbesit di hati Ayah, kenapa Allah tidak adil sekali sama kita dan keluarga kita. Tapi untungnya Allah masih sayang Ayah, masih menyadarkan Ayah bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini atas izin Allah," kata Ayah dengan nada reflektif.

"Ibu ingat tidak, Rehan berkata, 'Ayah tidak apa-apa, Rehan tidak usah saja kuliah, biarkan Rehan yang gantikan Ayah mencari nafkah untuk Ibu dan Senja. Ayah istirahat saja dulu, sembuhkan kaki Ayah ini dulu. Semoga orang yang tabrak Ayah menerima karmanya?'"

"'Tidak apa-apa Rehan tidak jadi lanjutkan pendidikan, setidaknya Rehan sudah tamat juga SMA,' ucap Rehan pura-pura tegar di hadapan Ayahnya waktu itu,"

kata Ayah dengan nada sedih, "Hati Ayah hancur, Bu, mendengarkan itu dari anak kita. Ayah tahu dia pura-pura kuat, dia takut kita merasa bersalah jika dia tidak jadi melanjutkan pendidikannya," sambil menangis. "Hiks hiks, tangis Ayah."

"Ibu juga menangis mendengar cerita suaminya, jika diingat-ingat telah banyak yang mereka lalui bersama," kata Ibu dengan nada haru.

"Sekarang, apakah sejarah terulang kembali? Apakah kita akan mengubur mimpi anak kita lagi?" tanya Ayah dengan nada prihatin. "Ayah tidak mau, Bu, cukup Rehan yang gagal karena Ayah yang kurang mampu. Ayah tidak mau Senja merasakan hal yang sama juga. Tapi, apa yang akan Ayah lakukan lagi, Bu?" tanya Ayah sambil menghapus air matanya.

"Yah, insyaallah nanti ada jalannya, semoga Senja bisa mewujudkan mimpinya. Yang penting kita berusaha terlebih dahulu. Ayah jangan terus menyalahkan diri Ayah. Ibu tahu Ayah telah menjadi suami yang bertanggung jawab, Ayah yang baik, apapun telah Ayah lakukan demi kami, orang-orang yang Ayah sayangi," balas Ibu lembut untuk menguatkan suaminya.

"Namun, yang telah terjadi di masa lampau, itu sudah takdir, kita tidak boleh terus melihat ke belakang dan selalu menyalahkan keadaan. Kita harus lebih baik lagi ke depannya. Ayah adalah laki-laki baik, kuat, bertanggung jawab, dan penyayang. Makanya, Rehan bisa meniru sikap dan sifat Ayah. Rehan tahu Ayah telah berusaha melakukan yang terbaik. Maka dari itu, dia bisa ikhlas dan menerima semuanya apa yang telah terjadi," kata Ibu.

"Untuk ke depannya, kita tidak tahu bagaimana rencana Allah kepada kita, Yah. Selagi kita yakin sama Allah, insyaallah Allah akan mudahkan semua urusan kita. Mungkin sekarang Rehan tidak bisa jadi pengacara, siapa tahu cucu kita yang melanjutkan mimpi ayahnya," ucap Ibu dengan senyum.

"Untuk Senja, kita usahakan dia melanjutkan pendidikannya, Yah. Ibu tidak mau juga Senja hanya tamat SMA. Setidaknya ilmunya nanti bisa dia gunakan untuk keluarganya, mendidik anak-anaknya dengan lebih baik lagi," kata Ibu.

"Apalagi, Yah, anak kita perempuan, Ibu takut nanti dia baru tamat sebulan, sudah ada yang lamar," kata Ibu dengan nada khawatir.

"Jadi, kita berusaha semaksimal mungkin, ya, Yah. Berdoa jangan lupa, ditambah ikhtiar kita juga," kata Ibu.

"Allah tahu yang terbaik untuk hamba-Nya. Selagi kita di jalan Allah, maka semuanya akan baik-baik saja," ucap Ibu lagi.

"Hmm, benar, Bu. Ayah tidak mau lagi lihat anak kita gagal dalam mewujudkan mimpinya. Ibu juga benar, jika nanti dia tidak dapat pekerjaan setelah tamat sarjana, setidaknya dia ada ilmu yang lebih baik daripada kita, untuk anak-anaknya nanti," kata Ayah.

"Terima kasih, ya, Bu, selalu ada untuk Ayah, setia menemani Ayah. Ayah Beruntung punya istri seperti Ibu, walaupun Ibu suka cemberut, ngambekan, bawel, cerewet. Tapi Ayah tetap beruntung punya istri sebaik Ibu," kata Ayah dengan nada pujian.

"Katanya Ibu istri terbaik, kok Ayah masih bilang Ibu ngambekan, bawel, dan cerewet?" balas Ibu sambil melotot.

"Hehe, itu pemanis, Bu," tawa Ayah sambil menghapus air matanya yang tersisa.

"Ya, udah, sudah malam, ayok kita tidur, Bu. Nanti kesiangan sholat subuh," kata Ayah.

"Kita usahakan sholat tepat waktu, Bu. Jika kita bisa, tambah juga dengan sholat sunnah yang lainnya, baca Quran jangan lupa. Kita tidak tahu ajal kapan saja tiba. Jadi, selain berusaha di dunia, kita harus juga mengejar akhirat terlebih dahulu," kata Ayah.

"Miskinnya kita di dunia tidak sehina miskinnya kita kembali ke pencipta kita," kata Ayah dengan nada bijak.

"Ayah tidak mau, Ibu dan anak-anak kita jauh dari Allah. Jadi, kita usahakan selalu bawa Allah dalam setiap langkah kita. Kita usahakan apapun yang kita lakukan takut dengan Allah. Karena Allah Maha Melihat apa yang kita lakukan," kata Ayah.

"Iya, Yah. Ayah benar, terima kasih selalu mengingatkan Ibu tentang kebaikan dan kedekatan dengan Allah. Ibu pengen nanti jika Allah izinkan masuk surga, Ibu ingin sama Ayah di surga-Nya, dan juga anak-anak kita," kata Ibu.

"Aamiin," ucap Ayah dan Ibu.

"Ya sudah, Ayah tidur saja duluan. Ibu mau matikan lampu dapur dulu sama ruang tamu, sekalian ke kamar mandi, hehe," jawab Ibu.

Ibu langsung berdiri dan pergi ke kamar mandi."

1
yulia weni
Bagaimana kisah selanjutnya ya, mohon di pantau terus dan beri masukan ya, 😁
fazwaa awaa
sangat bagus dan cocok di saya
Miska Irawati
ceritanya bagus
yulia weni
Karya bagus, apalagi mengingat tentang sebuah perjuangan mencapai mimpi
Grecia Amiel
Ini author beneran jago banget, keren! 👍
yulia weni: terimakasih telah mampir kk, mohon supportnya
total 1 replies
yulia weni
mohon supportnya ya teman2 hehe
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!