Pernikahan yang batal membuat Namira harus menikah dengan sepupunya. Untuk menjaga nama baik keluarganya dan juga pesantren Namira tidak punya pilihan lain.
Bian, yang merupakan sepupu Namira dan juga teman masa kecilnya harus mengikuti kemauan ibunya yang memang sangat menginginkan Namira sebagai calon menantunya sejak dulu.
Karena sudah lama tidak bertemu membuat pertemuan mereka sedikit canggung dan apalagi dihadapkan pada pernikahan. Tetapi bagaimanapun keduanya pernah menghabiskan waktu di masa kecil.
Namira dan Bian sama-sama memiliki pasangan di masa lalu. Bian memiliki kekasih yang tidak direstui oleh ibunya dan sementara Namira yang memiliki calon suami dan seharusnya menikah tetapi digantikan oleh Bian. Karena perzinaan yang dilakukan calon suaminya menjelang 1 hari pernikahannya.
Bagaimana Namira menjalani pernikahannya bersama Bian yang tidak dia cintai dan sebaliknya dengan Bian.
Jangan lupa untuk membaca dari bab 1 sampai bab akhir dan jangan suka menabung Bab....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24 Hanya Keputusan Sepihak
Pembicaraan kedua orang tua Namira dan kedua orang tua Bian di ruang tamu. Bian juga ada di sana tetapi tidak dengan Namira.
"Kamu bisa mengatakan jika apa yang terucap dari mulut kamu adalah khilaf, maka kamu dan Namira tidak perlu melakukan pernikahan lagi untuk rujuk kembali," sahut Andika.
Setelah orang tua Namira bingung dengan putri mereka yang tiba-tiba saja pulang dan tidak mempertanyakan hal itu kepada putri mereka. Akhirnya keluarga Farah datang dan dia menjelaskan semuanya jika dia yang memang menyuruh Namira untuk pulang.
"Bian. Mama mohon tolong ubah keputusan kamu," batin Farah yang tetap saja menginginkan Bian untuk melanjutkan pernikahannya dengan Namira.
"Maafkan saya Om. Mungkin terjadi kesalahpahaman di antara saya dan Namira yang membuat saya tidak bisa mengontrol diri sehingga keluar kata-kata itu. Saya merasa bersalah dan kurang dewasa telah mengucapkan semua itu,"
"Tetapi jika saya melanjutkan pernikahan ini, maka Namira tidak akan pernah bahagia dan mungkin lebih baik memang kami berpisah," ucap Bian dengan keputusan yang sudah bulat.
Farah memejamkan mata yang saat itu memang tidak bisa protes karena takut jika Bian akan mengungkapkan semua yang telah dia lakukan.
Kalsum dan Ahmad saling melihat yang pasti sangat sedih jika putri mereka harus berpisah.
"Apa kamu sudah membicarakan semua ini dengan Namira?" tanya Kalsum.
"Saya akan membicarakannya dengan Namira dan saya sebagai penggugat akan memberikan seluruh hak Namira. Saya tidak akan merugikan Namira. Kami menikah sah secara agama dan juga hukum dan berpisah pun akan sah secara agama dan hukum Nafkah Iddah, mutha dan harta gono gini akan saya berikan secara adil," ucap Bian.
Padahal pernikahan mereka baru seumur jagung dan betapa baiknya Bian yang bertanggung jawab kepada Namira meski sudah bercerai dengan Namira. Harta gono gini yang jelas-jelas belum ada dicari bersama dan dia juga ingin memberikan secara adil.
"Bian apa kamu benar-benar sudah bulat dengan keputusan kamu?" tanya Ahmad.
"Saya tidak ingin mengambil hak Namira dan juga tidak ingin membuat dia berada dalam tekanan apapun," jawab Bian.
Namira ternyata mendengar pembicaraan itu yang membuatnya bersandar dibalik dinding. Wajahnya tampak sedih dengan mata berkaca-kaca.
"Bukankah kamu selalu tidak pernah menganggap Pernikahan ini Namira. Tetapi kenapa rasanya sakit sekali ketika benar-benar pernikahan ini berakhir," batin Namira memejamkan mata.
****
Namira berdiri di belakang Bian dengan keberadaan mereka di dekat danau. Namira terlihat gugup yang saling memencet jari-jarinya.
"Kak Bian. Namira tadi mendengar semuanya pembicaraan di ruang tamu," ucapnya yang membuat Bian memejamkan mata dengan kedua tangannya berada di saku celananya.
"Namira minta maaf selama pernikahan tidak menjadi istri yang baik, menganggap pernikahan ini sebuah mainan, Namira tidak berusaha untuk pernikahan kita dan Namira benar-benar sangat menyesal telah bertemu dengan laki-laki lain disaat kita masih menikah," ucap Namira.
Bian menarik nafas panjang dan membuang perlahan ke depan yang kemudian menghadapi istrinya itu.
"Namira kamu tidak perlu meminta maaf. Saya tahu kamu terpaksa menjalani semua ini dan kamu juga sudah berusaha sebaik mungkin. Sekarang kamu jangan pernah merasa tidak enak lagi kepada saya, kita berdua tidak akan ada ikatan apapun yang membuat kamu merasa tertekan,"
"Namira kita adalah saudara persepupuan dan sampai kapanpun kita tetap keluarga, kita juga teman masa kecil dan sampai kapanpun saya tetap akan terus menjaga kamu," ucap Bian dengan tersenyum tipis yang tampak berusaha untuk tegar.
"Tapi apa memang tidak ada kesempatan untuk pernikahan ini dilanjutkan," batin Namira yang hanya bisa mengucapkan di dalam hatinya.
Kata-kata itu keluar begitu saja yang padahal selama ini dia masih mengharapkan Ferdi.
"Kamu tidak perlu khawatir apapun, saya menggugat kamu dalam perceraian secara negara dan kamu akan mendapatkan hak kamu. Bagaimanapun kita pernah menikah dan kamu pernah menjadi istri saya. Doa seorang istri yang menjadi pintu rezeki untuk saya dan itu sudah menjadi hak kamu," ucap Bian.
"Tapi Namira tidak membutuhkan semua itu, Kak. Namira tidak berhak atas harta apapun," sahut Namira.
"Tapi saya akan tetap memberikan semua itu sesuai dengan hukum pernikahan secara agama dan juga negara," jawab Bian.
"Namira saya dan keluarga saya sudah membicarakan semua ini kepada orang tua kamu dan kamu sendiri bahkan sudah mendengarnya. Ini sudah keputusan yang bulat untuk kita berdua. Kamu bisa bersama kembali dengan laki-laki yang seharusnya menikahi kamu. Kamu harus berjanji jika kamu akan bahagia," ucap Bian definisi laki-laki melihat orang yang dicintai bahagia tidak harus memiliki.
"Maafkan saya dan keluarga saya Namira. Kelak kamu mengetahui semua keburukan yang tidak bisa kamu terima, tolong jangan benci saya maupun keluarga saya," ucap Bian.
Ternyata dia juga tidak mampu untuk jujur kepada Namira mengenai apa yang dilakukan Farah.
"Namira apa boleh saya meminta sesuatu kepada kamu?" tanya Bian.
"Apa itu?" tanyanya.
Bian mendekatkan langkahnya kepada Namira.
"Boleh saya memeluk kamu!" pinta Bian dengan suara bergetar.
"Maaf Namira. Saya sudah menjatuhkan talak 1 kepada kamu yang artinya kita memang haram bersentuhan, bagaimana jika kamu anggap saya memeluk kamu adalah karena saya seorang Kakak," ucap Bian.
Namira menganggukkan kepala yang memberi kesempatan itu. Bian langsung memeluk istrinya, entah apa masih bisa dikatakan istri atau bagaimana.
Mata Bian terpejam saat memeluk Namira, Namira bisa merasakan hangat yang penuh kasih sayang dari seorang Bian.
"Kak Bian, kenapa Namira merasakan jika Kakak sebenarnya tidak ingin melepaskan Namira, tidak ingin mengakhiri pernikahan kita. Kenapa tidak memberi kesempatan untuk Namira bisa belajar dalam pernikahan ini, kenapa harus dengan cara berpisah," batin Namira.
Ternyata sekarang dia sudah menyadari bahwa pernikahan itu sangat berharga, meski hanya suami yang menggantikan pria yang seharusnya dia nikahi, tetapi Bian selalu berusaha dalam pernikahan itu yang memberi kenyamanan kepada Namira.
"Maafkan saya Namira. Karena Mama status kamu harus menjadi seperti ini, kamu tidak seharusnya mendapat pandangan buruk dari orang lain karena harus bercerai dalam usia pernikahan yang masih sangat muda. Saya tidak bisa mempertahankan pernikahan ini karena kamu akan menderita,"
"Kamu berhak bahagia dan aku tidak bisa menyalahkan Ferdi. Dia juga menjadi korban dari Mama," batin Bian dengan air matanya yang bahkan sampai jatuh.
Namira dan Bian ternyata belum berbicara terlalu intens sehingga masih banyak di hati mereka yang tidak bisa diungkapkan. Andai saja mereka berdua bisa berbicara baik-baik dari hati ke hati dan jujur satu sama lain, pasti pernikahan mereka bisa terselamatkan.
***
Bian memang memilih untuk menggugat istrinya agar Namira mendapatkan banyak hak. Namira sekarang terus menjadi murung, bahkan tidak pernah tertawa bersama kedua sahabatnya.
Dia mengurung diri di dalam kamar yang menunggu proses perceraiannya selesai karena semua Bian yang mengurusnya. Namira bahkan tidak diminta untuk datang ke pengadilan agar proses jalan dengan cepat.
Keduanya tidak menggunakan pengacara dan bahkan tidak ada mediasi di pengadilan. Namira sebelumnya sangat bahagia jika hubungan mereka berakhir dan Bian bisa bersama Angela dan Namira kembali bersama Ferdi, tetapi ketika semua dijalani yang adanya Namira tidak pernah bahagia dan justru terus galau.
Bersambung....
duhh zahra jgn sampe gagal ya petnikahanmu ilham pria baik dan ga bakal mengungkit kisahmu yg telah di perkosa si ferdi