Elang Langit Perkasa, sifat yang dimiliki Elang sangat sesuai dengan namanya. Bebas, kuat dan juga pantang terkalahkan. Dan yang membuatnya semakin brutal karena terlahir di keluarga Mafia.
Dari sekian banyak wanita yang mendekatinya, hanya seseorang yang bisa mencuri hati Elang, Raysa Putri Ayu. Wanita yang dia temui di waktu yang salah, wanita yang menyelamatkan nyawanya. Tapi untuk mendapatkan Raysa tidak semudah membalikkan telapak tangan, butuh perjuangan ekstra dan juga air mata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MJ.Rrn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misi Berbahaya
Brak…pintu ruangan Bastian terhempas ke dinding dan menimbulkan suara yang sangat keras, Bastian dan Raysa yang berada didalam ruangan langsung terkejut.
“Apa-apaan sih kamu Vanya? Kamu tidak bisa mengetuk pintu?” Tanya Bastian geram, Vanya dengan mata memerah penuh amarah menatap tajam ke arah mereka berdua, terutama kepada Raysa.
“Apa maksud kalian?” Vanya bertanya balik kepada Bastian.
“Maksud apa?”
“Barusan papa aku menghubungiku dan dia bilang kalau Elang akan mengambil alih semua saham di rumah sakit ini. Masa kamu tidak mengetahuinya? Kamu itu tangan kanan Elang disini Bas.” Jawab Vanya meninggikan suara, Bastian menggelengkan kepalanya.
“Aku memang tidak mengetahui apa-apa, tapi bukannya Elang sudah lama merencanakan ini semua. Dia ingin rumah sakit ini sepenuhnya menjadi milik keluarga Perkasa, lalu kenapa kamu semarah ini?” Balas Bastian.
“Aku dirugikan Bas, kalau dia mengambil alih semua saham, maka aku bisa dicampakkan dari sini.” Ucap Vanya lirih.
“Van, Elang bukan hanya mengakuisisi saham papa kamu, tapi semua saham yang dari para Investor.” Ucap Bastian menjelaskan.
“Pasti Elang akan mencampakkan aku kan?” Tanya Vanya lagi.
“Van, jangan berpikir terlalu jauh.” Ucap Bastian pelan.
“Jangan bohong kamu, pasti Elang sudah membahas inikan sama kamu. Aku tidak terima ya Bas, kalau dia berani melakukannya, maka aku juga berani membongkar semua kebusukannya.” Balas Vanya, Bastian tersenyum sumbing segera berdiri dan berjalan menuju lemari pendingin.
Raysa memilih untuk diam, tapi perkataan Vanya yang ingin membongkar kebusukan Elang sedikit menarik perhatiannya.
“Kamu berani?” Tanya Bastian menatang Vanya.
“Berani, apa yang aku takutkan.” Jawab Vanya tegas, tapi dengan suara bergetar.
“Kamu mengetahui siapa Elang Van, jangankan sahabat seperti kamu, keluarga saja tidak dia biarkan ikut campur. Kamu siap dengan resiko yang akan kamu terima, kamu tidak hanya akan hancur tapi nyawa kamu juga bisa melayang.” Ucap Bastian berjalan santai mengambil minum dan kembali duduk.
“Aku tidak takut, aku akan meminta pengawalan dari pihak berwajib.” Balas Vanya tidak mengalah, Bastian menghela nafas dan menatap lurus ke arah Vanya.
“Terserah kamu, kamu mengenal Elang bukan hanya hari ini saja tapi sudah sangat lama. Ancaman apapun yang akan kamu berikan, tidak akan membuat dia gentar. Jadi sekarang keputusan ada di tangan kamu, aku hanya mengingatkan.” Ujar Bastian, Vanya mendengus kesal mendengarnya.
“Pasti semua ini karena kamu kan?” Teriak Vanya mengalihkan tatapannya kepada Raysa, Raysa terkejut mendengarnya.
“Jangan menyalahkan orang lain.” Sela Bastian menegur Vanya.
“Siapa lagi kalau bukan dia, dia telah mempengaruhi Elang. Dan dimana Elang sekarang, kenapa nomor dia tidak bisa dihubungi.” Balas Vanya, Bastian menggelengkan kepala.
“Aku yakin saat ini dia sedang melakukan sebuah misi berbahaya, makanya dia tidak bisa dihubungi. Dan aku bisa menjebak dia, aku bisa memanggil pihak berwajib dan melacak keberadaannya.” Ucap Vanya kembali menggertak Bastian.
“Lakukan Van kalau kamu sudah siap berurusan dengan Elang, percuma saja kan aku mengingatkan kamu.”
“Brengxxx, kamu dan Elang sama saja Bas.” Umpat Vanya segera keluar dari ruangan Bastian dengan amarah yang masih menguasai dirinya.
Perkataan demi perkataan Vanya mengusik pikiran Raysa, wanita itupun akhirnya mencoba untuk menghubungi nomor Elang, mencari tahu apakah perkataan Vanya tadi benar atau tidak.
Tut….tut…
Raysa beberapa kali mencoba menghubungi nomor Elang, ternyata benar, nomor pria itu tidak aktif seperti biasanya. Perasaan Raysa mulai gelisah, dia takut terjadi sesuatu kepada Elang.
“Percuma saja kamu berusaha menghubungi Elang, kamu tenang saja. Nanti setelah pekerjaannya selesai, Elang pasti mencari kamu.” Ucap Bastian yang menyadari kegelisahan Raysa.
“Jadi benar dok kalau sekarang Elang sedang melakukan misi berbahaya?” Tanya Raysa cemas.
“Elang tidak akan berkata langsung apa yang sedang dia lakukan, tapi biasanya seperti sekarang. Kode yang diperlihatkan ya dengan nomornya yang tidak bisa dihubungi. Kita hanya bisa berdoa Ray, semoga dia baik-baik saja.” Jawab Bastian, Raysa menganggukkan kepala paham tapi perasaannya tidak tenang.
……
Sore menjelang, Raysa berjalan pelan penuh kecemasan menelusuri lorong rumah sakit menuju parkiran. Di dalam hatinya, Raysa berharap Elang saat ini menunggunya di sana, tapi ternyata harapannya sia-sia. Tidak ada Elang disana, perasaan Raysa semakin kacau jadinya.
“Sebaiknya kamu perbanyak berdoa, semoga dia kembali dengan selamat.” Ucap Vanya mengejutkan Raysa.
“Maksud dokter apa?”
“Pasti kamu berharap Elang menunggu kamu kan? Kamu pikir saya tidak mengetahui apa yang selama ini dia lakukan. Ingat ya Ray, Elang bukan orang sembarangan, hidupnya di lingkaran hitam. Dia terkadang muncul dalam kondisi terluka parah, bahkan sekarat. Jadi sebaiknya kamu pikirkan lagi, apa kamu sudah siap dengan semua itu. Selama ini hanya saya yang siap menerima dia dalam kondisi apapun, makanya dia selalu mencari saya.” Jawab Vanya membanggakan dirinya sembari tertawa angkuh, wanita itu melangkah kaki mendahului Raysa menuju mobilnya.
Raysa menghela nafas kasar, perkataan Vanya membuatnya pikirannya semakin kacau. Di dalam pikirannya saat ini hanyalah Elang, Elang dan Elang. Raysa mencemaskan pria yang perlahan telah mengisi relung hatinya.
“Dimana kamu kak, aku cemas.” Gumam Raysa didalam hati, wanita itu segera masuk kedalam mobil dan melaju pergi.
…..
Elang menyandarkan tubuh sambil memejamkan mata di dalam ruang kerjanya di markas, pria itu sedang menyiapkan dirinya untuk penyerangan nanti malam.
Nanti malam tepat di jam 12 malam, Elang dan beberapa orang anggota termasuk Heru akan menyerang anggota Deriek di kawasan jembatan pati. Elang harus segera menghentikan mereka, biar tidak terlalu banyak korban jiwa yang tidak berdosa berjatuhan karena ulah mereka.
“Tuan.” Panggil Heru, Elang membuka mata dan menegakkan tubuhnya.
Heru meletakkan sebuah rompi diatas meja dan juga senjata m milik Elang yang baru saja di periksa dan bersihkan.
“Ini tuan.” Ucap Heru, Elang menganggukkan kepala.
“Heru, kamu pesan makanan. Kamu pastikan semua anggota kita makan dulu sebelum pergi, kita butuh tenaga untuk misi nanti malam.” Ucap Elang, Heru menganggukkan kepala.
Di mata anggotanya, Elang bukanlah bos yang kejam, dia sangat perhatian dan juga peduli. Biasanya setelah misi selesai dan berhasil, maka Elang juga akan memberikan bonus kepada mereka. Elang tidak mau anggotanya hidup kekurangan, siapapun yang bekerja dengannya maka akan dijamin kehidupannya, termasuk keluarga mereka. Tapi di mata musuh, Elang adalah manusia yang kejam, licik dan tidak punya perasaan. Dia tidak segan-segan menghabisi nyawa mereka tanpa belas kasihan.
“Baik tuan.” Jawab Heru menganggukkan kepalanya.
“Ya sudah kamu kerjakan sekarang, saya mau istirahat sebentar.” Balas Elang, Heru membalikkan badan dan segera melangkah pergi.
Setelah pintu ruangannya tertutup, Elang mengambil ponsel dan menyalakannya, Elang membuka foto Raysa yang ada di dalam galeri. Sudah seharian dia tidak mendengar suara Raysa, dia merindukannya. Tapi Elang tidak pernah melanggar prinsipnya, dia akan menghilang kalau sedang menjalankan misi berbahaya. Dia tidak mau pikirannya terganggu, bukan hanya kepada Raysa dia melakukan ini, tapi juga orang tua dan adiknya.
Setelah puas memandang foto wanita yang dicintainya itu, Elang kembali mematikan ponsel dan menyimpannya di dalam laci. Nanti setelah misinya selesai, Elang akan segera mencari keberadaan Raysa untuk melepaskan rindunya.
Bersambung...