Keputusan berlibur selama sebulan penuh untuk memulihkan patah hati sukses besar. Rhea De Santiago tidak lagi menyalahkan dirinya atas perselingkuhan yang dilakukan oleh mantan kekasih. dia benar-benar sudah pulih dan siap menjalani kehidupan baru.
Namun sehari sebelum pulang ke Meksiko, Rhea menghabiskan malam panas tanpa paksaan dengan William Riagen. Paman dari mantan kekasihnya. Setelah bercinta dengan intens, Rhea langsung terbang ke Meksiko dengan anggapan William tidak mungkin peduli dengan hubungan satu malam yang telah terjadi. Dia tidak tahu tentang William yang sudah menaruh rasa sejak lama.
“... Usai bertemu lagi dengan Mu setelah sekian lama, bahkan menghabiskan malam panas bersama, Aku ingin memiliki Mu seutuhnya. Aku ingin Diri Mu. Rhea De Santiago, Aku akan mengejar Mu tidak peduli jika harus sampai ke ujung Dunia sekalipun. Aku akan menangkap Mu dengan kedua tangan ini, dan menjadikan Mu milik Ku. Milik William Riagen!”
=>Kalau suka, Silahkan dibaca♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neogena Girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
Gendang telinga Seleste langsung berdenging. Seolah ada kobaran api yang langsung berkobar di dalam raga nya. Tidak di pikirkan dengan keras pun Dia langsung paham. Rhea harus menjauh dari William dengan ancaman yang paling tercela di muka bumi sehingga Zion melakukan pelecehan tepat di depan mata nya. Dengan begitu Rhea pasti akan menjauhi William dan mereka bisa melakukan apa yang mereka inginkan. Seolah semua rencana gila mereka akan berjalan dengan mulus.
Srukh
Seleste ikut berlutut dan memasang sikap paling sopan di hadapan Morgan.
“Tolong temukan Pria itu. Tolong kurung Dia di ruangan yang paling aman di dunia ini, dan bawa Aku ke sana. Ijinkan Aku untuk memberikan pembalasan pada Pria itu. Monster sialan yang memakai kulit manusia.”
“Seleste…”
“Kenapa ? Apa Kau butuh pertukaran yang sepadan ? Aku akan menjadi budak Mu dalam hal apapun! Aku akan—”
“Bukan ini yang Aku inginkan. Seleste, Aku akan menemukan Pria itu. Aku akan! Percayalah pada Ku dan tunggu Aku menghubungi Mu. Sampai saat itu, tolong perhatikan kesehatan Mu. Paham ?”
“…” Seleste langsung mengangguk tegas. Namun Morgan menggeleng pelan.
“Kau tidak paham maksud Ku, Seleste.. Haah… Aku harus bergerak cepat agar badai ini berlalu. Aku ingin berbicara dengan Seleste yang membangkang, bukan yang penurut karna di himpit situasi.”
Srukkh..
Dalam satu gerakan, Morgan sudah membuat Seleste duduk di kursi.
“Jangan lupa untuk menghubungi Ku saat ada hal yang tidak bisa di tangani oleh pihak Ayah Mu. Aku pergi dulu.”
Seleste mengikuti langkah Morgan sampai pintu tertutup. Dia saat ini sungguh tidak bisa bersikap seperti biasa nya. Keadaan saat ini terlalu kacau.
Setelah itu, Hesperia, Arnold dan Stella datang karena mau tidak mau harus mengetahui kabar terkini tentang Rhea. Mendengar cerita dari mulut Seleste membuat Dia Hesperia kehilangan tenaga. Sampai saat ini Rhea belum juga sadar.
Untuk bergantian menjaga, saat ini Hesperia yang menemani Rissha, Arnold dan Stella hanya mampir sebentar karena ada pekerjaan dadakan yang harus di tangani. Sedangkan Seleste dan William yang menjaga Rhea.
Perlahan-lahan Rhea tersadar. Dia membuka kelopak mata nya dan menjadikannya berkali-kali untuk memperjelas penglihatan. Setelah pandangan nya jernih, Dia langsung teringat pada sesuatu.
“Rissha—Ughh!!” Rhea yang tiba-tiba bangun langsung di hujani rasa pusing.
“Tenanglah. Rissha ada di kamar sebelah. Kamu kembali lah berbaring. Tubuh Mu butuh istirahat.”
“Aku harus—” Perkataan Rhea terhenti saat melihat William yang saat ini juga membantu nya untuk kembali berbaring.
“Pergi!” Cetus nya sambil menepis tangan William yang bertengger di punggung nya.
“Rhea, Aku minta maaf karena tidak menjaga Mu dengan baik dan menyebabkan diri Mu mengalami hak buruk seperti—”
“Ku bilang pergi!!” Teriak Rhea yang langsung kembali batuk. Untungnya kali ini tidak berdarah.
“Baik Aku akan pergi. Jangan lagi berteriak dan menyakiti diri Mu.” Tutur William sebelum menutup pintu dengan wajah penuh kecemasan, penuh rasa bersalah, juga gemuruh kesedihan menghampiri nya. Dia belum bisa menjadi tempat yang bisa Rhea percayai saat ini.
Klek
“Seleste…” rengek Rhea dengan bibir yang bergetar.
Seolah ini merupakan jadwal piket nya, Seleste menjadi penanggungjawab yang memberikan pelukan untuk dua wanita yang tertimpa musibah hari ini.
“Karna Aku Rissha di rudal paksa oleh si Brengs*k itu.. Aghh… Kau tau ? Itu semua terjadi tepat di depan mata Ku! Aku tidak sekuat diri Mu untuk membantu nya. Aku hanya bisa berteriak, Aku hanya bisa menangis, Aku hanya bisa menjadi penonton dari kejadian mengerikan itu.. Agghh!!”
Seleste menenangkan Rhea. Dia berusaha mengelus punggung sahabat nya yang sangat rapuh itu. Suara serak yang terus mengalun di gendang telinganya bagai belati yang tertancap di tubuh Seleste.
Dalam tubuh lemah dan suara serak yang hampir tidak terdengar, Rhea mengadukan semua nya. Tanpa terkecuali.
Setelah itu, Hesperia mendatangi Rhea dan menumpahkan seluruh kegelisahan yang menjelajahi pikirannya dengan liar. Semua keluarga ataupun kenalan datang menjenguk Rhea sampai meja pasien penuh dengan berbagai jenis makanan sehat dan bunga hidup yang mengharumkan ruangan. Semua nya bisa menjenguk Rhea, kecuali William.
Rhea belum juga menunjukkan reaksi lain selain berteriak dan menyuruh William pergi. Alhasil, William hanya duduk di kursi koridor yang berada tepat di pintu masuk kamar pasien yang di gunakan Rhea dan menerima bagaimana kabar nya dar Seleste, Hesperia dan kenalan yang lain.
William sungguh tidak tahan lagi hanya duduk sambil menatap pintu rumah sakit. Dia mengambil ponsel dan menelfon Rhea.
Tidak langsung di angkat. Hingga deringan terakhir, Rhea menjawab telepon William.
“Halo…”
“!” Tubuh William seolah di setrum listrik. Dia tidak percaya suara Rhea bukan teriakan lagi. Padahal William sudah mempersiapkan diri untuk di marahi atau di teriaki, lagi.
“Merasa baikan hari ini?”
“Umm..”
William dapat membayangkan Rhea tengah mengangguk pelan di dalam sana.
“Mau memakan sesuatu ?”
“Aku ingin Steak dari restoran yang Kita makan bersama sebelum ke rumah sakit.”
“Aku akan segera kembali. Tunggu Aku!”
William langsung bergegas meninggalkan bangku yang selalu Dia duduki. Dan Rhea langsung keluar dari pintu.
“Maaf... Aku tidak bisa melihat orang lain terluka lagi,” monolog Rhea dan keluar dari ruangannya. Ponsel tidak Dia bawa, dan setelah menaiki taxi, Dia tiba di rumah sakit yang terkenal membantu para korban pelecehan untuk tidak mengandung anak dari para pelaku.
Rhea menapaki jalan dengan sangat pelan. Ada keraguan yang terkadang tersirat apalagi setelah mengingat mimpi yang Dia alami semalam.
...•••...
...“Hehehe, Halo.” Sapa seorang gadis kecil. Tubuh nya sangat mungil. Putih bersih. Wajah nya bercahaya, membuat Rhea tidak bisa melihat wajah anak itu....
...“Halo. Kau tersesat ?” Rhea langsung duduk jongkok dan menyamakan tinggi dengan gadis kecil itu....
...“Hehehe, tidak. Aku hanya datang setelah minta ijin. Uwaah, Aku sangat beruntung memiliki Ibu yang sangat cantik.” Lontar gadis itu yang sejak tadi tiada henti-hentinya memasang rekahan senyum di wajah....
...“Hm ? Apa maksud Mu gadis kecil ?”...
...“Ibu di alam mimpi sekarang, jadi tidak bisa berpikir dengan bebas. Sampai bertemu lagi Ibu. Muach!”...
...•••...
Setelah diberi kecupan, Rhea tersadar dari alam mimpi nya.
Tidak seperti mimpi biasa nya yang akan langsung terlupakan begitu bangun. Rhea bahkan mengingat dengan jelas perkataan anak mungil itu.
Tangan yang terpangku di atas perut perlahan tampak sedikit gemetaran. Rhea menuju meja resepsionis, mengatakan nama nya yang sudah membuat janji temu dengan Dokter Jack hari ini, kemudian Dia di antar ke ruangan usai mendapat konfirmasi dari Dokter Jack.
“Dengan Rhea De Santiago ?”
“Benar Dokter.” Rhea mengangguk dengan sebuah senyuman kecil namun terlihat jelas penuh keresahan.
Tok tok tok
Seorang wanita datang dan membisikkan sesuatu pada Jack, dan Dia pun meminta ijin pada Rhea sebentar untuk urusan dadakan. Dia akan kembali beberapa saat lagi dan Rhea tidak mempersalahkan hal itu.
“Mau selama apapun, mereka tidak bisa menemukan Ku di sini. Ponsel sudah ku tinggalkan, sejak insiden itu Aku belum memberitahu siapapun bahwa Aku hamil... Dan Uncle William tidak mungkin menyebarkan kabar ini karena sibuk memberikan banyak perhatian secara tak langsung untuk Ku.”
Setelah berkata pada diri sendiri, Rhea menurunkan atensinya ke arah perut yang belum menunjukkan tanda-tanda membesar sedikit pun. Matanya memanas. Dia tidak siap kehilangan janin kecil dalam rahim nya, namun tak sanggup menghadapi kenyataan bahwa dirinya akan membahayakan orang-orang di sekitar.
“Apa Ibu bunuh diri saja bersama Mu, Sayang ?” Gumam Rhea putus asa. Dia sudah lelah bergelut dengan logika dan hati nya.
...***...
...Jangan lupa like dan komen Guys, thank you ♥️...