Seorang gadis bernama Mia Elisha yang selalu ceria sedang jatuh cinta kepada seorang laki-laki pendiam bernama Jiro yang duduk di depan meja di kelasnya, Namun karena kepribadiannya yang dingin, pendiam juga sangat pintar.
Suatu hari Mia mengungkap kan perasaannya kepada Jiro tetapi Jiro menolaknya namun Mia tetap berusaha untuk meyakinkan Jiro bahwa perasaan Mia tidak pernah berubah tetap saja Jiro mengabaikan Mia hingga suatu hari Mia berhenti untuk tidak lagi menyukai Jiro.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Wulandini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUNIA KASIH
Sejak saat itu hubungan kami semakin dekat antara aku Hanna, Marcel dan juga Jiro terkadang kami menghabiskan waktu bersama seperti menonton film atau pergi kuliner. Saat itu aku berniat untuk mengundang ketiga kawanku untuk pergi makan bersama di rumahku mereka pun datang dengan begitu semangat dan ceria tetapi Jiro masih dengan sikapnya yang sedikit pendiam tetapi dia tidak sependiam seperti dulu.
"Taraaaaa ..... " ucapku menuduhkan makanan yang sudah tersedia di atas meja makan.
"Woahhhh kelihatannya enak, kamu pesan di lestoran mana?" celetuk Marcel
"Sembarangan!!!! Aku yang masak tahu, tidak kah kau lihat aku masih memakai celemek" jawabku dengan nada kesal
"Maafkan mulut pacarku yang tidak ada filternya itu ya Mia" sambung Hanna
Terlihat Jiro yang memperhatikan sekeliling rumahku"Dimana ibumu?" tanyanya
"oh ibuku sedang ada proyek besar di toko bunganya, ada beberapa pesanan bunga yang harus di selesaikan untuk di kirim" jawabku
Akhirnya mereka pun segera duduk dan kami mulai makan bersama, aku menatap Jiro yang sedang memakan makanannya.
"Bagaimana?" tanyaku penasaran
"Ini ... Enak" jawabnya
"Sejak kapan makananmu jadi lebih enak rasanya?" lagi-lagi Marcel meledekku
"Tapi kemampuan masak kamu mulai meningkat Mia, ini rasanya berbeda dari rasa yang selalu aku makan sebelumnya" sambung Hanna sambil tertawa kecil
"Aku juga teringat dengan cangkang telur di bekal yang kau berikan saat sekolah dulu" celetuk Jiro
Aku merasa malu dengan pernyataan mereka semua "kalian itu, aku ini pernah kerja di lestoran tahu, dan aku sedikit-sedikit belajar masak saat itu jadi aku terus mengembangkan masak ku sampai aku ikut kursus memasak"
Aku melihat ekspresi ketiga kawanku yang begitu tercengang mendengar ceritaku.
"Tenang saja aku akan menghabiskan makanan ini" ucap Hanna dengan semangat
"Kau hebat Mia, mungkin Hanna juga tidak akan bisa sepertimu yang benar-benar serius belajar masak dia hanya tahu hitung uang" sambung Marcel hingga Hanna memukul Marcel
Aku melihat kearah Jiro, dia masih mengunyah makanannya lalu dia menatap kearahku
"Aku ingin memakan bekal buatanmu lagi" ucap Jiro membuat semua mata tertuju padanya dan aku pun tersipu malu mendengar ucapannya
"Hei Jiro, kenapa tidak kau nikahi saja Mia supaya kau pergi kerumah sakit dibekali Mia, bilang saja jika kau suka padanya" ledek Marcel
"Tidak seperti yang kau pikirkan" jawab Jiro
"Ah tepat sekali seperti yang aku pikirkan" tutur Marcel
"Aku tidak setuju" ucap Hanna membuat suasana menjadi hening"aku takut Jiro seperti dulu menyakiti Mia"
Jiro menghentikan makannya tiba-tiba suasanya berubah menjadi sedikit lebih canggung
"Hanna itu sudah masalalu, aku bahkan sudah melupakannya" ucapku kepada Hanna akan tetapi Hanna hanya terdiam tanpa menjawab apapun
"Maafkan aku Mia" ucap Jiro
"Eh ... Apa ... Ehh tidak apa-apa Jiro" ucapku dengan terbata-bata
"Aku sudah berjanji pada diriku bahwa aku tidak akan menyakitimu lagi" ucap Jiro membuat jantungku berdebar
Namun tiba-tiba Hanna tertawa lepas hingga ia mengusap air matanya yang sedikit keluar
"Kalian itu, aduh maafkan aku jika suasanya jadi lebih tegang, maafkan aku Jiro aku hanya bercanda"
Jiro pun tersenyum pada Hanna, hingga akhirnya suasananya kembali normal.
Jarum panjang menunjukkan pukul 20.42, mereka pun segera pulang dari rumahku, namun saat mereka semua keluar dari pintu tiba-tiba Hanna dan Marcel mendorong Jiro untuk masuk kembali aku pun terheran melihat tingkah mereka.
"Alangkah baiknya kau di sini saja temani Mia sampai mamanya pulang" ucap Hanna kepada Jiro
"Iya betul itu karena harus ada yang mengawasinya" sambung Marcel
"Kenapa tidak kita semua saja yang menemaninya" jawab Jiro
"Ah aku besok harus kerja Jiro, banyak yang harus aku urus selain ngitung uang" ucap Hanna
"Woah apalagi aku, jika aku telat bisa-bisa gajiku terpotong dan dapat SP" tutur Marcel
"Apa bedanya denganku, aku juga besok harus bekerja" ucap Jiro merasa heran
"Hei kalian tidak perlu memaksa, lagipula aku sudah terbiasa sendiri dirumah sebentar lagi juga pasti ibuku pulang aku akan menghubunginya setelah ini" ucapku menyakinkan mereka, namun mereka tetap meninggal kan Jiro di dalam rumahku terlihat Jiro bergitu pasrah.
Aku tertawa sedikit melihat Jiro"kamu pulang saja Jiro tidak perlu mendengarkan mereka" ucapku
Jiro memandangiku begitu dalam" tidak apa akan aku temani sampai ibumu pulang"
Aku merasa salah tingkah mendengar ucapanya"kalau begitu duduklah dulu, mau kopi? Teh?" ucapku menawarkannya kepada Jiro
Jiro tersenyum melihatku"tidak perlu, aku sudah cukup banyak makan hari ini"
Aku menggangguk" kalau begitu duduklah dulu" aku menyuruhnya untuk duduk di sofa dan Jiro mengikuti perkataanku, aku pun kembali ke dapur dan membawa beberapa snack saat itu aku pun mulai berbincang kembali dengan Jiro.
Terlihat Jiro cengengesan melihatku yang membuka snack keripik kentang"kenapa kamu, aku anehkah?"
"Jiro menggelengkan kepalanya"
"Jiro yang sekarang mudah sekali tersenyum ya" ucapku pada Jiro
"Bukankah kamu suka kalau aku tersenyum kamu akan melukisnya dalam ingatanmu dan menjadikannya simbol keindahan yang tak lekang oleh waktu" tutur Jiro membuatku terkejut hingga aku tersedak kemudian aku memukul-mukul pundak Jiro
"Jangan ingatkan aku pada masalalu dong" ucapku dengan nada sedikit kesal padanya
Terlihat ekspresi Jiro begitu polos"maafkan aku"
"Aku menghela nafasku"
"Karena sekarang aku seorang dokter tidak mungkin aku harus berwajah garang pada pasien ku, aku pun sudah mulai terbiasa menampilkan ekpresiku" ucap Jiro
Lidah ku terasa kaku dan rasanya sulit sekali untuk menelan ludah aku pun hanya terdiam.
"Setelah ini kamu tidak akan muncul di televisi lagi" sambung Jiro
"Kenapa, kau suka melihatku di televisi ya?" godaku padanya
"Hmm, iya" ucap Jiro membuat ku tertawa
"Selepas kamu berhenti dari pekerjaanmu, setelah ini apa yang akan kamu lakukan?" tanya Jiro
"Aku masih memikirkannya" jawabku
"mengapa kamu tidak mencoba untuk membuka lestoran kecil" tutur Jiro
"Hei aku tidak sekaya kamu Jiro, butuh modal besar membuka lestoran, belum lagi biaya maintenance kerusakan dan lain-lain, kalau rame aku harus masak terus menerus kalau sepi banyak bahan makan yang akan terbuang sia-sia, mungkin aku belum siap saja" ucapku padanya
"Kalau begitu aku akan membayarmu hanya untuk membuat bekalku saja" ucap Jiro membuatku berhenti mengunyah snack
"Apa kamu serius?" tanyaku memastikan kembali
Jiro menganggukkan kepalanya"aku bosan dengan masakan kantin di rumah sakit, kalau aku membuatnya dirumah aku tidak sempat"
"Huuuuu kamu benar-benar banyak uang ya Jiro" godaku padanya
"Aku bukan orang kaya, tidak seperti yang kamu kira" jawabnya
"Itu kau mau memperkerjakan ku dan membayarku" ucapku
"Itu karena aku masih single tidak bermaksud lain, anggap saja simbiosis mutualisme kamu butuh pemasukan dan aku butuh makananmu" tutur Jiro
Aku tertawa mendengar ucapannya"mangkanya kau lebih baik menikah jadi ada yang memperhatikanmu" ledekku padanya
"Memang Mia mau menikah denganku?" ucap Jiro membuat ku merasa jadi lebih canggung
"Kalau begitu kita menonton televisi saja" ucapku begitu gugup sambil menyalakan tv
Terlihat jam dinding menunjukkan pukul 21.50 dan mama sudah kembali dari tokoknya aku membukakan pintu setelah bel rumah berbunyi, terlihat mama membawa bagitu banyak barang bawaan.
"Cepat Mia bantu mama" ucap mama dan aku langsung meraih beberapa kantong kresek juga paperbag
Mama tersadar dengan keberadaan Jiro"wah ada siapa ini" ucap mama dan Jiro langsung mencium tangan mama
"Aku akan membantu" ucap Jiro meraih kantong paperbag dari tangan ku
Mama tersenyum-senyum sendiri melihat Jiro, aku pun mengarahkannya untuk membawa barang-barang tersebut ke meja makan dan mama mengikuti langkah kami.
"Dari mana semua ini mah?" tanyaku
"Dari costumer mama" jawabnya
Mata ku tertuju pada kantong yang berisi cake keju, terlihat begitu mengiurkan"aku mau, aku mau" ucapku namun tiba-tiba mama memukul-mukul lenganku membuatku kesakitan
"Kamu itu ya ... Ini sudah jam berapa, tidak ada manis-manis" omel mama kepadaku
"Itu kan keju harusnya asin dong" jawabku
"Kamu tidak lihat krim-krim itu manis tahu" mama masih mengomel padaku dan aku mulai cemberut mendengar ocehan mama
Sekali lagi mama memukul-mukul lenganku"kau itu sangat suka sekali makan, ambil saja cakenya tapi tidak dengan krimnya"
Aku melihat Jiro yang sedari tadi memperhatikan ku yang sedang di omeli mamaku dia seperti menahan tawanya, hingga aku merasa malu dan tidak ingat bahwa Jiro sedang berada di rumahku.
"Maafkan saya ya nak, anak ini memang suka makan" ucap mama pada Jiro dan Jiro hanya tersenyum
"Kalau begitu saya pamit dulu ya" ucap Jiro
"Kenapa terburu-buru sekali?" tanya mama
"Saya sudah berada disini sejak tadi sore, kalau begitu saya harus segera pulang" ucap Jiro segera melangkahkan kakinya namun tiba-tiba mama menghentikan langkahnya
"Tunggu dulu nak, ini ... Bawa ini" mama memberikan satu kantong buah apel padanya
"Aku akan mengantarkan mu kedepan Jiro" ucapku sambil menggandeng lengannya sebelum ia mengembalikan buah itu kembali karena aku tahu pasti Jiro akan menolaknya
Aku pun mengantarkannya sampai depan pintu"terimakasih ya Jiro karena sudah menemaniku, hati-hati saat kau pulang kabari aku kalau sudah sampai"
Jiro menganggukkan kepalanya dan tersenyum padaku sambil berlalu.
semangattt/Determined//Determined/