NovelToon NovelToon
BERTUKAR NASIB

BERTUKAR NASIB

Status: sedang berlangsung
Genre:Matabatin / Mengubah Takdir / Si Mujur
Popularitas:89k
Nilai: 5
Nama Author: Reny Rizky Aryati, SE.

Kisah ini bercerita tantang dua orang gadis yang memiliki kehidupan jauh berbeda sekali satu sama lainnya.

Valeria dan Gisela yang merupakan anggota academy musik di Soleram Internasional dan sama-sama menimba ilmu sebagai seorang murid disana untuk menjadi penyanyi terkenal.

Sayangnya nasib mujur bukan berpihak pada Gisela namun pada Valeria karena karya lagunya menjadi viral dan hits hingga mancanegara dan mengantarkannya sebagai penyanyi populer.

Penasaran mengikuti kelanjutan serial dua gadis yang berseteru itu !

Mari ikuti setiap serialnya, ya... 😉

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 24 PERKENALAN

Terdengar denting suara piano dari ruangan musik di akademi Soleram Internasional.

Suara dentingan piano mengalun jernih saat membawakan musik bertempo cepat dalam gubahan karya Mozzart.

Jari-jemari lentik milik Gisela menari lincah di setiap gerakannya pada tuts-tuts piano yang menggema riang.

Gisela menghayati permainan pianonya. Diiringi oleh suara denting piano yang Gisela mainkan, dia mulai bersenandung merdu.

Amur duduk di atas kursi, dekat samping sisi Gisela yang sedang bermain piano.

Suasana berubah cerah di ruangan piano, terasa sangat menenangkan ketika alunan suara piano mengalir merdu bahkan suaranya menggema hingga keluar ruangan musik.

"Wow... Wow... Wow... !" ucap seseorang sembari bertepuk tangan. "Ada orang rupanya disini", sambungnya.

"Siapa dia, Valeria ?" tanya seorang gadis berkuncir dua seraya mendekat ke arah piano.

"Entahlah, aku tidak tahu siapa dia dan aku baru melihatnya sekarang ini, Selena", sahut Valeria.

"Ugh, aku benci suara piano", kata Selena sembari berkacak pinggang.

Dua gadis berparas cantik itu menghentikan langkah kakinya lalu berdiri di samping piano yang masih menggema merdu oleh permainan Gisela.

"Hai, dia tidak menghiraukan kita, Gisela", kata Selena dengan mengerucutkan mulutnya.

"Cih, sombong sekali gadis ini", sahut Valeria.

"Suruh saja dia berhenti memainkan piano, ini terlalu berisik sekali dan aku terganggu mendengarnya", kata Selena.

Selena meraih lembaran kertas berisi syair musik dari atas piano yang sedang dimainkan oleh Gisela.

"Sreeeet... !!!"

Notasi musik itu berhamburan di udara saat Selena membuangnya lalu berserakan di atas lantai ruangan.

Gisela tersentak kaget seraya memalingkan pandangannya ke arah serakan notasi musik yang berantakan di lantai.

"Apa yang kalian lakukan ?" tegurnya marah.

Gisela segera memunguti lembaran-lembaran notasi musik yang berserakan di atas lantai.

Tiba-tiba tubuh Gisela terdorong jatuh hingga dia terjerembab keras dan dia mengaduh kesakitan.

"Aduh... ?!'' teriaknya terkejut.

Langsung terdengar suara tawa keras dari dua gadis cantik itu ketika mendengar Gisela kesakitan karena wajahnya tergesek ke lantai.

"Makanya dengarkan ucapan kami, jika kami tidak suka cepatlah tanggap dan mengerti, dasar lamban !" hardik Valeria.

Valeria menatap menghina ke arah Gisela yang masih terbaring di lantai.

"Jangan mentang-mentang piawai bermain piano jadinya pamer !" sambung Selena.

"Yah..., mungkin dia anak baru makanya dia berlagak sombong, merasa kalau ruangan ini adalah miliknya", kata Valeria.

"Memangnya dia anak direktur disini yang punya akademi Soleram ini, sangat bodoh jika dia berlagak pamer", kata Selena yang mencibir ketus.

"Yah, karena dia siswi baru disini makanya dia tidak tahu peraturan disini. Siapa yang terkuat dan berpengaruh di akademi ini", kata Valeria.

"Tapi dia cukup menarik dipandang, hati-hati Valeria, sainganmu bertambah satu", kata Selena.

"Oh, iya ?!" sahut Valeria sambil melirik tajam ke arah Gisela yang memunguti lembaran-lembaran notasi musik dari atas lantai.

Gisela berdiri cepat setelah dia membenahi notasi musik yang berserakan lalu membalikkan badannya.

Tatapannya dingin, menatap lurus ke arah Valeria dan Selena.

Ujung bibirnya naik pelan dengan senyum tertahan ketika dia memandang tajam kepada dua gadis itu.

"Kalian...", ucapnya sembari menggeram pelan.

"Apa ?" hardik Valeria seraya mendongakkan ujung dagunya.

"Dasar babi berotak udang tidak tahu dimana kalian letakkan otak kalian !" sahut Gisela.

"Apa ? Be-berani betul dia berkata seperti itu pada kita ?" ucap Valeria kebingungan seraya menoleh ke arah Selena.

Selena ikut tersentak kaget dengan omongan Gisela kepada mereka lalu berkata ketus.

"Hai, sialan. Siapa yang mengajarimu melawan kami, berani sekali kau pada seniormu !" kata Selena.

"Ya, memangnya siapa kalian ?" balas Gisela sembari melipat kedua tangannya ke depan dada dengan menatap tajam.

"A-apa ??? Dia berani membuka mulutnya ???" kata Selena terkaget-kaget.

"Hai, anak baru, dengar ! Kau hanya junior disini, jaga sikapmu. Penampilan rendah mewakili siapa dirimu yang sebenarnya, kau mengerti !" hardik Valeria.

Valeria menggerakkan jari tangannya ke arah Gisela dengan tatapan kesal.

Giliran Gisela yang mulai emosi, dia membuang muka lalu berkata lagi pada dua gadis itu.

"Berani sekali kau berkata seperti itu terhadapku, punya nyali besar rupanya kalian berdua padaku", serang Gisela yang menatap tajam.

Gisela melangkahkan kakinya, mulai menghampiri dua gadis sombong itu.

"Berusaha terlihat baik dengan menginjak orang lain... Diri manusia yang sebenarnya terlihat, bukan saat dia naik, tapi saat dia jatuh...", ucapnya.

Gisela menghentikan laju langkah kakinya, tepat di hadapan dua gadis sombong itu.

Ditatapnya sekali lagi dua gadis cantik yang berdiri di depannya seraya berkata tegas.

"Aku peringatkan pada kalian sekali lagi. Jangan berani usik diriku jika tidak ingin jiwa kalian pindah alam ! Paham !" lanjutnya sembari menepukkan pelan lembaran notasi musik ke arah bahu dua gadis itu secara bergantian.

Tampak ekspresi wajah Valeria dan Selena berubah tegang.

"Dasar pecundang !" ucap Gisela sembari berdecak keras lalu melangkah pergi diikuti oleh Amur yang berlari kecil dari ruangan musik, meninggalkan dua gadis sombong itu disana.

"BLAM... !!!"

Pintu ruangan musik ditutup keras oleh Gisela.

Valeria terhenyak sadar seusai kepergian Gisela dari ruangan musik.

Mendadak suhu tubuhnya berubah panas seperti terbakar sehingga dia terbatuk-batuk kuat.

"Uhuk... Uhuk... Uhuk... !"

Valeria melotot tajam ke arah pintu yang tertutup rapat itu.

Wajahnya berubah merah padam saat memandang lurus ke arah pintu diruangan musik ini seraya menggeram marah.

"Dasar sialan ! Berani sekali dia memanggilku pecundang !" ucapnya.

Valeria berdiri sambil mengepalkan kedua telapak tangannya kuat-kuat, menahan kekesalannya terhadap Gisela yang tidak dia kenalnya lagi lantaran Gisela telah berubah baru penampilannya sehingga Valeria tidak tahu dengan siapa dia berbicara tadi.

Jelas terlihat ekspresi wajah Valeria saat ini yang berubah sangat marah.

Valeria benar-benar marah pada siswi baru itu namun dia tidak dapat berbuat apa-apa lantaran tubuhnya berubah kaku sampai dia sulit menggerakkannya.

"Selena, kenapa kau diam saja ?" tanyanya berusaha menolehkan kepalanya yang terasa kaku.

"A-aku tidak tahu apa yang terjadi pada tubuhku, tiba-tiba seluruh badanku dipenuhi oleh lem lengket", sahut Selena.

Valeria berusaha keras menolehkan kepalanya ke arah Selena yang berdiri tak jauh darinya.

Alangkah tersentaknya dia ketika melihat Selena.

"Ke-kenapa denganmu, Selena ???" tanya Valeria dengan kedua mata terbelalak lebar.

"Aku tidak tahu, seluruh badanku lengket oleh lem ini !!!" pekik Selena ketakutan.

Tiba-tiba Selena menjerit keras karena tubuhnya berubah kaku dan keras.

"Aaaaakhhh... !!!" jeritnya lalu berlari terhuyung-huyung keluar ruangan musik.

Valeria tertegun diam saat melihat Selena lari meninggalkan dirinya sendirian di ruangan piano sedangkan sekujur badan Valeria tidak mampu digerakkan sama sekali.

Gadis cantik itu berupaya menggerakkan kedua tangannya namun terasa sangat kaku.

"Apa yang terjadi denganku ???" ucapnya gemetaran.

Seketika Valeria menangis terisak-isak saat mendapati dirinya berubah aneh.

Valeria merasa ketakutan dengan yang dia alami ini, bagaimana tidak, sekujur badannya mendadak dingin dan kaku untuk digerakkan olehnya.

"Huh huuu... Hu huuuu... Huuuuu.... !!!" isak tangisnya dengan beruraian air mata. "Apa yang sebenarnya terjadi padaku ini ???" sambungnya.

Valeria menangis sedih menyadari dirinya berubah aneh seperti ini.

"Tolong aku... Siapapun tolong aku... !!!" teriaknya sendirian di ruangan musik sembari menangis sedih.

Sayangnya tidak ada satupun orang yang ada disana , semua murid di akademi Soleram Internasional belum datang semuanya karena hari masih pagi.

Tinggal Valeria sendirian di ruangan piano sembari berdiri menangis terisak-isak, dengan seluruh tubuh kaku dan sulit digerakkan.

"Tolong aku, aku mohon...", ucapnya getir. "Kumohon, tolong aku... !" sambungnya.

Valeria berusaha menggerakkan tubuhnya yang kaku menegang dan sulit dia gerakkan itu. Namun semua usahanya hanyalah sia-sia saja karena yang bisa dia lakukan sekarang ini, hanyalah menangis tersedu-sedu tanpa ada yang mengetahui kesulitannya ini.

Perlahan-lahan permukaan kulit kedua tangan Gisela berubah menjadi mengeras seperti porselain kaca, mirip dengan boneka manekin.

Dan...

Sedetik kemudian, Valeria berteriak sekencang-kencangnya dengan kedua mata terbelalak lebar sedangkan tubuhnya perlahan-lahan berubah membatu.

"AAAAAAAAAKKKKHHHH... !!!"

1
Reny Rizky Aryati, SE.
💞💞💞
Tina Andara
hadir...
Anonymous
lanjut thor...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!